Bab 51 : Keposesifan Michael dan Keakraban yang Canggung

86 5 0
                                    

Setelah Luna dan Angel pergi, Vidi dan Vo segera mendekati Banny. Vo tanpa ragu langsung memeluk Banny erat-erat.

"Syukurlah kau terlihat baik-baik saja, Tuan Putri. Aku benar-benar khawatir," ujar Vo dengan penuh emosional, mempererat pelukannya.

"Ya, aku baik-baik saja, Vo," bisik Banny sambil membalas pelukan itu dengan lembut.

Namun, Michael yang mulai merasa cemburu segera menarik Vo dari Banny.

"Sudah-sudah," ujar Michael, tampak tidak senang.

"Ck, apa sih, Chel," balas Vo kesal, memandang Michael dengan tajam.

"Banny masih punya luka dalam, jadi jangan peluk dia terlalu lama," kata Michael dengan nada serius. Tapi tindakan Michael justru berbanding terbalik, karena ia malah memeluk Banny lebih erat.

"Kalau begitu, kenapa kau boleh memeluk Tuan Putri? Hah?!" seru Vo, terlihat semakin kesal.

"Aku boleh, karena aku menyalurkan energi positif untuknya," jawab Michael dengan nada bangga.

Vo dan Vidi saling pandang, lalu muncul ide iseng di benak mereka.

"Tuan Putri, apa sekarang kau sudah merasa lebih baik?" tanya Vidi lembut sambil perlahan menyingkirkan Michael dari sisi Banny.

"Iya, Vidi, sekarang aku sudah jauh lebih baik. Terima kasih," jawab Banny dengan senyum hangat.

"Maaf, aku tidak bisa membantumu saat itu," ujar Vidi sambil mengelus lembut puncak kepala Banny.

"Tidak apa-apa, Vidi. Aku tetap berterima kasih," balas Banny tulus.

"Tuan Putri, aku benar-benar khawatir padamu, loh," tambah Vo dengan nada memelas, sambil menggenggam tangan Banny.

"Haha, maaf ya aku telah membuat kalian khawatir," ujar Banny sambil tersenyum kecil.

Michael yang sudah tak tahan akhirnya angkat bicara.

"Hey, kalian," panggilnya tiba-tiba dengan tatapan tajam.

"Apa aku perlu mengirim kalian ke tempat Tuhan kalian berada?" lanjutnya dengan suara dingin.

Pertanyaan itu langsung membuat Vo dan Vidi menyadari kesalahan mereka. Mereka bukan sedang menjahili manusia biasa, melainkan seorang dewa kematian.

"Ba... baik, kami menyingkir sekarang!" ujar mereka sambil gemetar.

Michael mendekati Banny lagi, tapi sebelum ia sempat mengatakan apa-apa, sebuah jitakan keras mendarat di kepalanya.

"Aww!" rintih Michael sambil memegangi kepalanya.

"Sudah kubilang jangan seperti itu," gerutu Banny kesal.

"Ma... maaf," ujar Michael, menunduk dengan wajah menyesal.

"Minta maaf pada mereka juga," perintah Banny tegas.

"Maafkan kelakuanku tadi, Vidi, Vo," ucap Michael, meskipun kedua nya masih terlihat trauma dengan ancamannya sebelumnya.

"Aku traktir kalian makan di kantin. Kalian pasti belum makan, kan?" tawar Michael dengan nada sedikit lebih lembut.

"Su... sungguh?" tanya Vidi ragu.

"Iya, sungguh."

"Ya sudah, ayo sebelum bel masuk berbunyi lagi!" seru Vo antusias.

Michael menoleh ke arah Banny. "Banny, kau mau aku belikan apa?"

"Hm, puding cokelat dan yogurt saja," jawab Banny santai.

"Baiklah. Ayo ke kantin," ajak Michael sambil berjalan bersama Vidi dan Vo.

Setelah mereka bertiga pergi, ruang kesehatan menjadi sepi. Hanya Banny yang kini sendirian di dalamnya. Ia duduk bersandar sambil melamun, merasakan keheningan yang tiba-tiba melingkupinya.

Banny tersenyum kecil, tapi segera mengerutkan dahi sambil bergumam, "Kenapa Michael jadi posesif begini, ya? Perasaan waktu dulu dia nggak seberlebihan ini. Masa iya ini semua karena bertemu Kak Aldrick?"

Pikiran itu membuatnya sedikit bingung, tapi ia tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil, meskipun rasa heran masih menyelimuti hatinya.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang