Bab 16 : Peri Kecil

223 11 0
                                    

Di ruang tengah istana peri, Aorora berbicara dengan nada khawatir.

"Bagaimana keadaan Banny? Apa dia baik-baik saja, Aine?" tanyanya dengan cemas.

"Dia masih belum mau keluar dari kamarnya," jawab Aine sambil menghela napas. "Sepertinya dia kesal pada dirinya sendiri. Dia merasa ditinggalkan oleh semua orang. Jujur saja, aku juga tidak sepenuhnya mengerti apa yang ada di pikirannya."

Psyche yang mendengar percakapan itu pun ikut angkat bicara. "Aine, kurasa Banny Peri memiliki masa lalu yang kelam. Saat kau pertama kali bertemu dengannya, apakah kau tau sesuatu tentang masa lalunya?"

"Tidak," jawab Aine sambil menggeleng pelan.

❄️

Keesokan pagi di kamar Banny
Banny terbangun karena sesuatu mengganggu tidurnya.

"Bangun... Bangun... Ayo, bangun!" suara kecil itu terdengar riuh sambil terbang ke sana kemari di sekitar Banny.

"Hishh... Apa sih? Aku masih mengantuk," gumam Banny dengan mata masih terpejam.

Setelah beberapa detik, ia akhirnya memicingkan matanya dan melihat sosok kecil yang mengganggunya.

"Apa itu... peri kecil?" tanyanya setengah sadar.

"HAH, PERI KECIL?! Hey, tunggu! Siapa yang mengirimmu?" tanyanya lagi, bingung.

"HAH, PERI KECIL?! Hey, tunggu! Siapa yang mengirimmu?" tanyanya lagi, bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya peri kecil itu berhenti terbang dan membungkuk sedikit dengan sopan. "Akhirnya kau bangun juga. Selamat pagi, Tuan Putri."

"Aku bertanya, siapa yang mengirimmu ke sini?" ulang Banny dengan nada tegas.

"Maaf, Tuan Putri, aku tidak bisa menyebutkan siapa," jawab peri kecil itu. "Tugasku adalah menjagamu dan menemanimu di sini."

"Para peri, ya? Pasti mereka yang mengirimmu," tebak Banny. Peri kecil itu hanya menggeleng dengan tegas.

"Sudah, sekarang ayo keluar dari kamar ini. Kau butuh udara segar," ajak peri kecil itu dengan semangat.

"Tidak," bantah Banny dengan cepat.

"Ayolah! Kalau kau begini terus, semua orang akan khawatir," bujuk peri kecil itu lagi.

"Sudah kubilang tidak mau, ya tidak!" tolak Banny tegas.

Namun, peri kecil itu tidak menyerah. "Ayo... ayo... ayo!" Ia terus terbang ke sana kemari di depan wajah Banny, membuatnya risih.

"Ya, ya! Baiklah, aku akan mandi dan bersiap dulu. Tapi berhentilah mondar-mandir di depan wajahku!" gerutu Banny kesal.

Di taman peri
Setelah bersiap, Banny mengikuti peri kecil itu ke taman.

"Kenapa kau membawaku ke sini? Aku mau kembali saja ke kamar," keluh Banny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kau membawaku ke sini? Aku mau kembali saja ke kamar," keluh Banny.

"Kau terlalu lama berada di kamar. Setidaknya keluarlah dan lihat bunga-bunga di sini. Itu baik untuk tubuhmu," jawab peri kecil itu sambil tersenyum.

"Huh, jadi sekarang apa?" tanya Banny dengan nada malas.

"Duduklah dan bersantailah di taman ini dulu," saran peri kecil itu.

"Kalau ujung-ujungnya cuma buat duduk-duduk, mending aku kembali ke kamar," balas Banny dengan nada kesal.

Namun, peri kecil itu tiba-tiba berbicara dengan nada serius. "Tuan Putri, sebenarnya ada hal yang ingin aku tanyakan padamu."

"Hmm," Banny mendengus, menandakan kebosanan.

"Apa kau bahagia di reinkarnasi kali ini? Apa ada yang berbeda dari reinkarnasi sebelumnya?" tanyanya tiba-tiba.

Banny terdiam sejenak, merasa pertanyaan itu menusuk sesuatu yang dalam di hatinya. "Kenapa peri kecil ini tahu tentang reinkarnasiku? Tapi... kenapa aku merasa familiar dengannya? Aneh, tapi aku ingin menjawab pertanyaannya," pikir Banny.

Setelah beberapa menit hening, peri kecil itu merasa gugup. "Putri... kalau kau tidak mau menjawab, tidak apa-apa. Maaf aku sudah bertanya hal yang tidak pantas," katanya terbata-bata.

"Tidak, aku akan menjawab," kata Banny akhirnya.

"Sebenarnya, kehidupanku tidak ada yang spesial. Reinkarnasi yang dulu maupun sekarang tidak membuatku benar-benar bahagia. Orang-orang di sekitarku selalu saja pergi. Ibu dan Ayah pun masih menjalani kutukan mereka. Aku... aku selalu sendirian," jelas Banny dengan suara yang berusaha tetap tegar.

"Tuan Putri, kau tidak sendirian," kata peri kecil itu penuh keyakinan. "Ada aku di sini, dan para peri lainnya sangat mengkhawatirkanmu. Itu tanda bahwa mereka peduli dan menyayangimu. Bukan hanya Pangeran Aldrick yang peduli padamu. Mulai sekarang, jangan merasa sendirian lagi, ya."

Banny tersenyum tipis. "Kau ini, berani-beraninya menasihatiku. Tapi sepertinya kau benar. Mungkin mereka akan menerimaku. Baiklah, aku akan mencoba akrab dengan mereka. Terima kasih, peri kecil."

"Tidak, Putri, kau tidak perlu berterima kasih," jawab peri kecil itu gugup.

"Oh, ya. Kalau aku terus memanggilmu peri kecil, rasanya aneh. Bagaimana kalau aku memberimu nama? Hmm... Trinly. Ya, mulai sekarang aku akan memanggilmu Trinly."

"Terima kasih, Putri! Terima kasih banyak," ucap Trinly sambil menunduk penuh hormat.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang