Bab 60 : Pagi yang Baru di Alam Peri

50 3 0
                                    

Sinar matahari pagi perlahan menyelimuti alam peri, membawa hangat dan kehidupan baru. Cahaya itu menembus jendela kamar Banny, membelai wajahnya yang masih terlelap di atas kasur empuknya.

"Hangat... nyaman... ah, kasurku memang empuk," pikir Banny dalam kantuknya.

Namun, kesadarannya mulai tumbuh. "Tunggu... tadi malam aku tidur di sofa, kan?" batinnya. Ia mendapati dirinya kini terbaring di kasur, dan saat memutar kepala, ia melihat seseorang tertidur pulas di sebelahnya.

"Michael," ucap Banny dengan nada datar, kini benar-benar terjaga.

Ketika ia mencoba bangkit, Michael dengan refleks memeluknya erat.

"Lepaskan, Michael!" seru Banny kesal, mencoba melepaskan diri.

"Sebentar lagi... lima menit lagi," gumam Michael dengan mata setengah tertutup, semakin mengeratkan pelukannya.

Kesal, Banny berkata tegas, "Kalau lima menit lagi, aku serius buatmu membeku di sini."

Nada ancaman itu berhasil. Michael segera melepaskan pelukannya, menatap Banny dengan wajah setengah sadar.

"Iya, iya... aku bangun," ujarnya akhirnya, menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aku mau mengantar Vidi dan Vo sarapan sebelum mereka kembali ke dunia manusia. Kalau kau ingin ikut, cepat bersiap," kata Banny sambil melangkah menuju kamar mandi.

Michael mengangguk, meski wajahnya masih mengantuk. Setelah Banny selesai dan keluar dengan pakaian rapi, Michael segera berganti pakaian, dan keduanya menuju kamar Vidi dan Vo untuk menjemput mereka.

❄️🪶

Di ruang makan, suasana akrab dan penuh canda tawa terasa. Para peri menyambut mereka dengan hormat, sementara Michael dengan santai meminta mereka tidak terlalu formal.

Makan pagi itu penuh kehangatan, menjadi momen yang akan selalu dikenang oleh Vidi dan Vo.

Setelah selesai, mereka menuju aula untuk membuka portal kembali ke dunia manusia.

"Terima kasih, Tuan Putri, untuk semuanya. Kami benar-benar berhutang budi," ujar Vidi dan Vo sambil membungkuk hormat.

Banny tersenyum, menepuk bahu mereka. "Kalian selalu diterima di sini kapan saja. Jangan lupa kabari aku, ya."

Ketika portal mulai aktif, Vidi dan Vo memeluk Banny erat, air mata Vo mulai mengalir.

"Jaga diri kalian," kata Banny lembut, suaranya hampir bergetar.

"Terima kasih, Tuan Putri." Mereka melangkah masuk ke portal, tubuh mereka perlahan menghilang, meninggalkan aula dalam keheningan.

Banny berdiri mematung di depan portal yang kini telah tertutup. Air matanya nyaris jatuh saat ia berbisik pelan, "Mereka pergi lagi..."

Michael yang sedari tadi memperhatikan, mendekati Banny. "Jangan khawatir, aku masih di sini," bisiknya lembut.

Ratu Aine yang menyaksikan dari kejauhan tersenyum tipis dan mengirim telepati pada Michael. "Aku titipkan Azura padamu, Michael."

Michael mengangguk kecil, lalu berkata pada Banny, "Kapan-kapan, kita bisa mengunjungi mereka lagi. Sekarang, jangan sedih. Mau puding coklat?"

Banny tersenyum tipis. "Iya, yang banyak."

"Kalau begitu jangan sedih lagi, ya. Kalau kau terus sedih, pudingnya cuma aku kasih satu," goda Michael.

Banny melotot kecil sebelum berjalan pergi, pura-pura kesal.

"Eh, tunggu! Maaf, aku kasih yang banyak kok! Jangan ngambek, Azuu!" seru Michael sambil mengejar Banny.

Akhirnya, mereka menghabiskan waktu di taman sambil menikmati puding coklat, pai apel, dan yogurt favorit Banny. Meski perpisahan menyisakan rasa pilu, kehadiran Michael membuat hari Banny terasa lebih ringan.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang