Bab 37 : Penjelasan

96 5 0
                                    

Berikut versi yang telah disempurnakan:

Sementara itu, di dimensi lain, seseorang akhirnya menyadari keberadaan Banny Peri.

"Wah, wah... ternyata kau ada di situ," suara misterius terdengar dari kegelapan.

"Aku tak sabar ingin bertemu denganmu lagi."

"Aku ingin segera bertemu lagi denganmu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku ingin segera bertemu lagi denganmu"

"Aku ingin segera bertemu lagi denganmu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa mereka??

❄️

Kembali ke Akademi, setelah pertemuan di aula selesai, para murid dipersilakan kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran mereka masing-masing. Hari berlalu hingga akhirnya pelajaran selesai, dan semua murid kembali ke asrama mereka.

Di depan kamar asrama mereka, Volentia dan Vidi terkejut ketika melihat seseorang yang tak terduga sedang tertidur di dalam kamar mereka.

"Ba... Banny?!" Vo hampir berteriak, perasaan takut dan gugup menyelimuti dirinya.

"Hmm..." Banny mengeluarkan deham pelan, merasakan kehadiran mereka.

Secara refleks, Vo dan Vidi langsung berlutut, memberikan penghormatan.

"Hormat kami kepada Tuan Putri Banny Peri," ucap mereka serentak.

Banny bangun perlahan dan duduk di pinggir ranjang, menatap mereka dengan ekspresi malas.

"Sudah, panggil aku seperti biasa saja. Tidak apa-apa kok," ujarnya santai.

"Ti-tidak, Putri! Kami akan selalu memanggilmu seperti ini," tegas Vidi, yang langsung diangguki oleh Vo.

"Huh... ya sudahlah, terserah kalian saja. Sekarang bangunlah," kata Banny sambil menghela napas.

Mereka berdiri perlahan, tetapi tetap menunduk, tidak berani menatap langsung wajah Banny.

"Bisakah kalian bersikap biasa saja padaku? Lakukan saja hal yang kalian suka seperti biasanya. Lagi pula, ini kamar kalian juga. Jangan terlalu sungkan denganku, itu malah membuatku merasa tidak nyaman," pinta Banny dengan nada santai.

Meskipun demikian, Vo dan Vidi masih merasa canggung. Mereka menjalani rutinitas harian mereka dengan rasa takut yang tak kunjung hilang.

Hingga malam tiba, keheningan terus menyelimuti kamar. Akhirnya, Vidi memberanikan diri untuk memecah suasana.

"Tuan Putri, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" tanyanya ragu.

"Tentu, tanyakan saja," jawab Banny singkat.

"Kemarin, kamu pergi ke mana? Apa kau kembali ke Istana Peri? Tapi bagaimana caranya? Kau terluka sangat parah waktu itu," tanya Vidi dengan rasa penasaran yang tak tertahankan. Vo pun melirik ke arah Banny, menunggu jawaban dengan penuh antusias.

Banny tersenyum kecil sebelum menjawab, "Ah, ya. Seperti yang kau duga, aku kembali ke Istana Peri. Sebenarnya, tidak mudah untuk keluar-masuk Akademi ini karena penjagaannya yang sangat ketat. Tapi aku berhasil setelah mempelajari caranya selama aku di sini."

"Lalu bagaimana dengan lukamu? Kau terlihat begitu parah waktu itu," desak Vidi.

"Oh, soal itu... Sebenarnya aku bisa menyembuhkan diriku dengan cepat," jawab Banny, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tapi aku sengaja menahan diri agar kalian tidak curiga. Dan maaf, aku juga yang membuat kalian mengantuk tiba-tiba saat itu. Aku menggunakan kekuatanku agar bisa pergi tanpa kalian sadari. Maaf ya," lanjutnya, tampak sedikit malu.

"Heee... pantas saja waktu itu aku merasa mengantuk secara tiba-tiba! Ternyata itu ulah kekuatanmu," seru Vo, sedikit lega mengetahui alasannya.

"Hmm, begitu rupanya," gumam Vidi, mulai memahami situasinya.

"Oh iya, Tuan Putri," Vo tiba-tiba teringat sesuatu. "Kami mendapat informasi tadi bahwa minggu depan akan ada ujian. Jadi, kita harus semangat belajar!" katanya dengan antusias.

"Begitu ya. Baiklah, terima kasih atas informasinya," ucap Banny dengan anggukan kecil.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang