Aku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas.
Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...
Kegiatan belajar di akademi pun dimulai. Banny, Vidi, dan Volentia bergegas menuju papan pengumuman untuk mencari tahu kelas mereka.
"Kita sekelas!" seru Vidi dengan antusias setelah menemukan nama mereka.
"Wah, benarkah? Syukurlah!" ucap Volentia dengan wajah lega.
"Baiklah, ayo kita segera pergi ke kelas," ajak Banny, berjalan mendahului mereka.
❄️
Sesampainya di depan kelas, Banny membuka pintu dan mengamati suasana ruangan. Tatapannya langsung tertuju pada seseorang yang terlihat tidak asing baginya.
Yang benar saja... dia sekelas denganku? pikir Vidi dengan raut wajah cemas.
Volentia yang berdiri di sampingnya mulai menggigil ketakutan dan memeluk lengan Vidi erat-erat.
"Hah..." Banny menghela napas panjang, bersiap menghadapi situasi yang sudah ia duga sebelumnya.
"Oh, ternyata kita sekelas ya! Selamat datang," sapa seorang peri perempuan dengan senyuman licik yang segera mendekati mereka.
"Ayo, kita berteman dengan baik. Kau pasti belum tahu siapa aku, kan?" lanjutnya dengan suara penuh kesombongan.
Dia berjalan perlahan ke arah Banny dan memperkenalkan dirinya. "Aku Fay, peri anak dari asisten salah satu petinggi di Alam Peri, yaitu Ery Peri." Ucapannya penuh keangkuhan sambil menjulurkan tangannya, seolah menunggu Banny menyambutnya.
Banny pun menjulurkan tangannya dengan senang hati, namun tiba-tiba...
PLAAKK!
Tamparan keras mendarat di pipi Banny.
"Lihat, pipinya sampai merah sekali!" bisik seorang murid. "Kasihan dia." "Haruskah kita menolongnya?" gumam murid-murid lainnya, mulai merasa iba.
"B-Banny, apa kau baik-baik saja? Pipimu harus segera dikompres. Ayo kita pergi ke—" Volentia mencoba berbicara, tetapi...
"VOLENTIA!" teriak Banny saat melihat Volentia tiba-tiba diseret menjauh oleh Fay.
"Oh, lihat! Kita sekelas juga, ya? Sekarang aku bisa menindasmu setiap hari," ucap Fay sambil menarik rambut Volentia dengan kuat, membuat gadis itu menangis kesakitan.
"LEPASKAN VO!" Vidi berteriak marah, mencoba melepaskan tangan Fay dari rambut Volentia.
Namun, Fay hanya mendengus kesal. "Berisik."
BRAK!
Dengan kekuatannya, Fay mendorong Vidi hingga terpental keras ke dinding kelas. Tubuh Vidi tergeletak tak sadarkan diri.
"Dasar lemah," cibir Fay dingin.
"Hentikan ini, Fay! Kau ingat peraturan yang disampaikan kepala sekolah, kan?" seru seorang murid yang akhirnya memberanikan diri berbicara.
"Aku tidak peduli dengan peraturan itu," jawab Fay sambil tersenyum sinis. "Dengar, kalian semua. Kalian harus tunduk padaku. Jika tidak, kalian akan berakhir seperti mereka."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ancaman itu membuat semua murid membeku. Ruangan kelas terasa penuh dengan tekanan dari energi Fay yang begitu menindas.
KRING! KRING!
Bel masuk berbunyi, menandakan dimulainya pelajaran.
"Tch, sial," gerutu Fay sambil melepaskan cengkeramannya pada rambut Volentia.
Banny segera berlari menghampiri Volentia, yang terisak ketakutan. "Vo, ayo kita ke UKS. Kau butuh pertolongan. Vidi juga," ujar Banny dengan nada tenang namun tegas.
Volentia mengangguk cepat tanpa berkata apa-apa, tampak tak sabar untuk segera keluar dari kelas.
❄️ ❄️ ❄️ ❄️ ❄️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.