Hari-hari berlalu, kondisi Banny pun perlahan membaik. Pagi itu, Angel memulai rutinitasnya dengan memeriksa kondisi Banny.
"Banny, besok kamu sudah bisa kembali ke asrama dan mulai belajar di akademi lagi," kata Angel setelah menyelesaikan pemeriksaannya.
"Begitu, ya? Terima kasih, Kak," jawab Banny sambil tersenyum kecil.
"Sama-sama," balas Angel sambil melanjutkan pekerjaannya meracik obat.
"Kak, boleh aku meminta sesuatu?" tanya Banny tiba-tiba.
"Boleh, apa itu?" Angel menoleh dengan penasaran.
"Pagi ini pasti mereka akan menjengukku seperti biasa sebelum berangkat sekolah. Jadi, aku minta Kakak bilang pada mereka kalau keadaanku mendadak memburuk dan aku tidak sadarkan diri lagi," ujar Banny dengan nada jahil.
"I-itu tidak baik, Banny," tolak Angel tegas.
"Tolong, Kak. Sekali ini saja, ya. Aku ingin menjahili mereka," mohon Banny sambil menatap Angel dengan mata penuh harap.
Angel menghela napas panjang. Setelah mempertimbangkan sejenak, ia akhirnya menyerah. "Baiklah, baiklah, tapi hanya kali ini saja, ya!"
"Ya, hanya sekali ini saja. Terima kasih, Kak!" seru Banny dengan antusias.
Setelah rencananya disetujui, Banny pun bersiap. Ia kembali berbaring, mengontrol denyut nadi dan detak jantungnya agar melemah seolah-olah benar-benar dalam kondisi kritis. Angel yang memeriksanya sempat panik.
"Tidak, ini tidak mungkin. Denyut nadinya benar-benar melemah," gumam Angel panik, tak tahu bahwa itu semua hanya trik Banny.
Tok tok tok!
Cklekk.Pintu ruang kesehatan terbuka, menampilkan tiga anak yang masuk ke dalam ruangan.
"Banny masih tidur, ya?" tanya Michael sambil melirik ke arah tempat tidur.
"Apa kita datang terlalu pagi?" gumam Vidi bingung.
"Kak Angel, bagaimana kondisi Tuan Putri hari ini?" tanya Vo. Namun, Angel hanya diam dengan wajah pucat karena panik.
"Kak Angel?" panggil Vo lagi.
"Kak?" Vidi melambaikan tangan di depan wajah Angel, membuyarkan lamunannya.
"Ah, maaf," ucap Angel gugup.
"Bagaimana kondisinya?" desak Michael.
"Maaf... barusan aku memeriksa kondisinya. Denyut nadinya makin melemah, dan sekarang dia tidak sadarkan diri lagi," jelas Angel dengan suara gemetar.
'Hah?!'
'Apa?!'
'Tidak mungkin!'Panik, mereka bertiga langsung memeriksa denyut nadi, napas, dan detak jantung Banny. Angel benar—semua tanda kehidupan Banny melemah. Yang lebih mengerikan, tubuh Banny perlahan berubah menjadi butiran mutiara, sedikit demi sedikit hancur dan menghilang.
"Apa ini?!"
"Kenapa?!"
"Jangan tinggalkan aku, Azura!" seru Michael sambil memeluk tubuh Banny yang terus berubah menjadi butiran mutiara hingga akhirnya benar-benar menghilang.
"Tuan Putri!"
"Banny!"
"Azura!"Semua yang menyaksikan hanya bisa terduduk lemas di lantai.
"Ini tidak mungkin..." gumam Vo tak percaya.
"Ini pasti bohong!" Michael menggertakkan giginya, menolak kenyataan.
"Tuan Putri itu kuat. Tidak mungkin dia hancur begitu saja," ujar Vidi dengan suara gemetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Queen
FantasyAku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas. Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...