Bab 50 : Matahari yang Bersinar dan Pertemuan Hangat

76 2 0
                                    


Matahari mulai menampakkan diri, cahayanya menembus kaca jendela ruang kesehatan. Namun, penghuni ruangan itu masih saja terlelap. Para petugas kesehatan, peri-peri, dan Aldrick akhirnya tiba di ruangan.

Cklekk

"Michael?" seru mereka serempak, terkejut melihat keberadaannya di sana.

"Ungg..." Michael menggeliat, matanya perlahan terbuka.

"Jam berapa sekarang? Hoaaam," gumamnya sambil menguap lebar.

"Sudah jam 10 pagi, Michael," jawab Aldrick yang kini berdiri di sampingnya.

"HAH? JAM 10?!" teriak Michael, refleks bangkit dari tempat duduknya.

Teriakannya membuat Banny terusik dari tidurnya. Dengan mata masih setengah terpejam, Banny bergumam, "Micha... di sini saja..." lalu menarik lengan Michael dan memeluknya seperti bantal.

"BANNY, KAU SADAR?!" teriak mereka serentak untuk kedua kalinya.

Banny yang mendengar itu langsung tersadar sepenuhnya. Ia menatap sekeliling dengan bingung.

"Kak Aldrick? Kak Luna? Kak Angel? Para peri juga? Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Banny, matanya masih mencari penjelasan.

"Adikku!" seru Aldrick dengan penuh emosi, langsung memeluk erat Banny.

"Kakak..." Banny balas memeluk Aldrick dengan hangat.

"Syukurlah kau sudah bangun, Banny," ucap Aine dengan lega.

"Terima kasih semuanya," ujar Banny, tersenyum penuh rasa syukur.

Karena terlalu senang, Aldrick tanpa sadar mencium pipi, kening, dan kepala Banny. Banny tidak keberatan, tetapi Michael yang berdiri di sana terlihat sangat tidak terima.

"Kak Aldrick!" panggil Michael dengan wajah kesal.

Aldrick hanya tersenyum sinis, menatap Michael sambil berpikir, 'Kenapa? Cemburu, ya?'

Michael yang membaca pikirannya langsung menggertakkan gigi. "Ukhh..." desisnya kesal.

"Banny, apa yang kau rasakan sekarang? Masih sakit? Kalau ada yang sakit, bilang saja pada kakak," ucap Aldrick penuh perhatian, mengabaikan kemarahan Michael.

"Jangan berlebihan, Kak. Aku sudah merasa jauh lebih baik sekarang," balas Banny sambil tersenyum.

"Michael, kau sudah izin tidak masuk sekolah hari ini?" tanya Luna tiba-tiba.

"Teman-temanku sudah membereskan semuanya. Aku juga sudah mengirim surat kepada wali kelasku pagi tadi," jawab Michael tenang.

"Baiklah. Kakak, waktumu sudah habis. Minggir," ujar Michael sambil menarik Aldrick menjauh dari Banny.

Setelah menyingkirkan Aldrick, Michael mendekati Banny, mengusap bekas kecupan yang diberikan Aldrick tadi, lalu menggantikannya dengan kecupan di tempat yang sama.

"Hei, hei!" protes Aldrick, merasa tidak terima.

"Hahaha, wlee," ejek Michael dengan santai.

"Kalian ini, ya..." keluh Aurora yang mulai kesal melihat tingkah mereka. Ia pun mengikat keduanya dengan tanaman rambat dan menjauhkan mereka dari Banny.

"Banny, minumlah ini. Minuman ini akan membantumu memulihkan energimu," kata Angel, menyodorkan sebuah gelas berisi cairan hijau terang.

"Terima kasih, Kak," jawab Banny sambil menerimanya.

"Banny, makan buah ini agar kau kembali bertenaga," ujar Psyche sambil memberikan sepiring buah segar.

"Banny, tolong telan obat ini. Ini akan sangat membantu menyembuhkan luka dalammu," tambah Aurora sambil menyodorkan sebuah pil kecil berwarna putih.

"Banny, berikan tanganmu," kata Aine, lalu menyalurkan energi lewat sentuhan, membuat Banny merasa lebih segar seketika.

"Terima kasih semuanya," ucap Banny dengan penuh rasa terharu.

Sementara itu, Aldrick dan Michael yang masih diikat mulai berkomunikasi lewat telepati.

'Aldrick, apa ada yang kau sukai di sini?' tanya Michael penasaran.

'Oh, tentu saja ada. Dia adalah Banny Peri' Aldrick sengaja menjawab sambil menyeringai.

Tatapan Michael langsung berubah tajam. 'Aku bisa menghabisimu sekarang, tahu!'

'Aku bercanda, bercanda!' ujar Aldrick cepat.

'Jadi? Jawab yang benar' desak Michael serius.

'Angel. Aku sudah lama menyukainya. Awalnya aku hanya ingin melindunginya karena dia manusia, tapi entah sejak kapan aku mulai menyukainya.'

'Syukurlah... Jadi kau tidak benar-benar menyukai Banny' balas Michael, lega.

'Heh, tapi aku juga menyukai Banny. Kalau kau menyukai adikku, kau harus melewatiku dulu,' goda Aldrick.

'Baiklah. Kalau begitu aku akan—'

'TOLONG DIAM!' tiba-tiba suara Banny terdengar di kepala mereka. 'Kalau kalian terus seperti ini, aku pastikan di kehidupan ini atau kehidupan selanjutnya aku akan membenci kalian!'

Aldrick dan Michael langsung saling meminta maaf dengan ekspresi panik.

"Dia masih bisa mengancam meskipun sedang tersenyum," gumam Aldrick pelan.

"Kalau dia marah, lebih seram dari Dewa Kematian," bisik Michael.

Akhirnya, setelah 15 menit dihukum, Aurora melepaskan tanaman rambat yang mengikat mereka.

"Terima kasih, Ibu," ujar Aldrick sopan.

"Terima kasih," tambah Michael.

Mereka pun mendekati Banny lagi, kali ini tanpa membuat keributan.

KRING KRING KRING!

"Itu pasti bel istirahat," ujar Luna.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki tergesa-gesa.

BRAK!

"Tuan Putri! Hah... hah..." terdengar suara Volentia dan Vidi.

"Vo? Vidi?" sahut Banny.

Melihat para peri terhormat di ruangan itu, Vo dan Vidi langsung berlutut.

"Hormat kami pada Sang Cahaya Peri," ucap mereka serentak.

"Haha, tidak apa-apa. Sekarang berdirilah," kata Aine sambil tersenyum.

"Terima kasih," jawab Vo dan Vidi serempak.

"Baik, kami pamit dulu. Banny, cepat sembuh, ya," ucap Aurora dan Psyche sebelum masuk ke portal bersama yang lain.

"Michael, aku titip adikku," ujar Aldrick sebelum pergi.

"Tenang saja, Aku akan menjaganya," jawab Michael yakin.

Setelah itu, ruangan kembali tenang.

"Banny, aku ke kantin dulu, ya," kata Luna.

"Aku ikut, Master," sahut Angel, mengikuti di belakang Luna.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang