Bab 62 : Tawaran

50 3 0
                                    

Tahun demi tahun berlalu. Banny, peri muda itu, akhirnya beranjak dewasa. Kini ia dianggap sudah siap memikul tanggung jawab besar sebagai pemimpin alam peri.

Di Kantor Aine

"Aku menolaknya, Aine. Aku tidak mau menjadi ratu peri!" tegas Banny.

"Tapi itu sudah menjadi tugasmu untuk menjadi penerusku, Banny," ucap Aine dengan lembut namun tegas.

"Kenapa tidak kakak saja?" desak Banny.

"Aldrick sudah ditugaskan di dunia manusia. Kau harus memimpin para peri di sini," jawab Aine, menegaskan posisinya.

"Ugh..." gerutu Banny kesal.

"Aku memberimu waktu satu minggu untuk mencari seseorang yang kau percaya untuk membantu tugasmu nanti," ujar Aine.

"Psyche dan Aurora tetap menjadi ketua di bidang mereka masing-masing, jangan khawatir."

"Kalau begitu, kenapa tidak menjadikan salah satu dari mereka saja sebagai ratu peri?" keluh Banny.

"Itu mustahil. Di alam peri, jika sang ratu memiliki penerus yang telah siap memimpin, dia harus menyerahkan takhta pada penerusnya, bukan pada orang lain," jelas Aine.

"Hahh... Baiklah, aku akan memikirkannya dulu," ujar Banny, pasrah.

Setelah mendengar penjelasan Aine, Banny pergi ke taman. Ia merenungi tanggung jawab besar yang akan segera ia emban, sambil melanjutkan tugasnya sebagai peri pelindung.

❄️

Di Taman

"Selamat siang, Tuan Putri," sapa sebuah suara di belakang Banny.

"Ada apa?" jawab Banny malas, tanpa mengalihkan perhatian dari buku kehidupannya.

"Banyak tugas, ya?" tanya Michael sambil tersenyum.

"Kau punya mata, kan?" balas Banny ketus, kembali fokus pada bukunya.

"Mau puding cokelat?" tawar Michael tiba-tiba.

Banny hanya diam. Ia tahu Michael sengaja mengganggunya.

"Mau pai apel?" Michael mencoba lagi.

"Tidak," jawab Banny datar.

"Terus apa dong?" tanya Michael bingung.

"Kamu pergi."

Jlebb.

Kata-kata Banny langsung menohok Michael.

"Jangan usir aku," lirih Michael dengan suara kecil.

Namun Banny tetap mengabaikannya.

"Azura... Kumohon jangan usir aku," rengek Michael.

Banny, yang mulai kesal, memukul kepala Michael dengan buku yang ia pegang. "Kalau tidak mau diusir, diam saja. Jangan ganggu aku terus!"

Michael mengerutkan dahi, namun tetap duduk di sampingnya. Beberapa menit kemudian, ia menyandarkan kepala di bahu Banny.

"Kalau begini boleh?" tanya Michael pelan.

"Tidak," jawab Banny sambil mendorong kepala Michael hingga ia terjatuh.

Michael tak menyerah dan terus mengikuti Banny. Ketika mereka tiba di taman bunga matahari, Banny melamun. "Bagaimana kabar Kak Aldrick, ya?" gumamnya.

'Aldrick lagi...' batin Michael, merasa kesal.

"Aku kan ada di sini, jadi kau tidak perlu memikirkan Kak Aldrick terus," ucap Michael mencoba menarik perhatian.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang