Bab 33 : Ingatan Lama 2

88 6 0
                                    

Kini hanya ada Azura sendirian di dimensi yang luas dan sunyi itu. Ia tak pernah lagi bertemu dengan teman-temannya. Waktu terus berlalu, berminggu-minggu sejak kepergian Dewa dan Dewi Kehidupan. Hingga suatu hari, seseorang menyadari kejanggalan itu dan memutuskan pergi ke dimensi kehidupan tempat Azura tinggal.

"Kenapa dimensi kehidupan jadi terasa sunyi seperti ini? Tanaman-tanamannya layu, dan tidak ada satu pun makhluk hidup yang terlihat. Biasanya kupu-kupu atau binatang lain akan menyambutku saat masuk ke sini. Apa aku salah masuk dimensi? Tapi di sini jelas tidak ada kehidupan lagi," gumam Michael sepanjang perjalanannya, bingung dengan pemandangan di sekitarnya.

Ia berjalan hingga tiba di depan istana yang tampak lusuh dan sepi. Dengan ragu, ia mengetuk pintu.

TOK TOK TOK

"Azu..." panggilnya.

Pintu itu terbuka perlahan, didorong oleh sihir Azura dari dalam. Michael melangkah masuk dan tertegun melihat keadaan di dalam.

"Berantakan sekali..." bisiknya. Kertas-kertas berserakan di lantai, tidak ada tanda-tanda kehidupan. "Ke mana perginya keluarga ini?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil terus berjalan, mencoba menemukan Azura.

"Azu, di mana kamu?" panggilnya lagi.

Tiba-tiba, butiran-butiran mutiara mengambang di udara, seolah memberikan petunjuk arah. Michael mengikutinya hingga tiba di depan sebuah kamar. Sepanjang perjalanan, ia terus melihat kertas-kertas yang tergeletak di lantai tanpa ada yang membereskannya.

"Azu, aku akan masuk," ujarnya pelan sebelum mendorong pintu kamar.

Di dalam, ia melihat Azura duduk membelakangi dirinya, menatap kosong keluar jendela.

"Azu, apa kau baik-baik saja?" tanyanya hati-hati, mendekat perlahan. "Jika kau ada masalah, kau bisa ceritakan padaku."

" Aku baik-baik saja," balas Azura datar.

Michael menggeleng. "Bohong. Kau selalu berpura-pura tegar, bahkan pada dirimu sendiri. Ceritakanlah apa yang sebenarnya terjadi."

Mendengar kata-kata itu, Azura terdiam sejenak sebelum tiba-tiba berlari dan memeluk Michael erat. Ia menangis sejadi-jadinya, melepaskan semua kesedihan dan kepedihan yang selama ini ia pendam sendirian.

 Ia menangis sejadi-jadinya, melepaskan semua kesedihan dan kepedihan yang selama ini ia pendam sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ibu... Ayahku... Micha..." isaknya di pelukan Michael.

"Tenanglah, Azura. Menangislah sepuasmu," ujar Michael lembut, membiarkannya meluapkan perasaannya.

Setelah Azura tenang, ia mulai menceritakan segalanya. Ia menjelaskan apa yang terjadi beberapa minggu lalu, tentang kutukan yang menimpa kedua orang tuanya, dan bagaimana ia kehilangan semangat menjalankan tugasnya sebagai Dewi Kehidupan. Michael pun memahami kenapa belakangan ini tugasnya sebagai Dewa Kematian menjadi jauh lebih berat.

❄️

Waktu berlalu.

Suatu hari, Azura sedang duduk bersama Tarisha di taman. Tarisha tampak malu-malu sebelum akhirnya bertanya, "Azura, menurutmu Michael itu Dewa yang seperti apa?"

Azura menoleh sekilas. "Dia Dewa Kematian," jawabnya singkat.

"Kalau itu aku juga tahu. Maksudku... bagaimana sifatnya menurutmu?" Tarisha bertanya lagi, wajahnya mulai memerah.

"Dia baik," balas Azura dengan nada datar.

Tarisha mendengus kesal. "Hanya itu jawabanmu? Lama-lama kau menyebalkan juga, ya!"

Azura hanya tersenyum kecil, tak terlalu memedulikan protes Tarisha.

"Azura, aku rasa... aku mulai menyukainya," ujar Tarisha akhirnya, suaranya hampir berbisik. "Dia tidak hanya baik, tapi juga tampan dan keren. Aku... menyukainya."

"Oh," balas Azura singkat.

"Ihhh, Azura! Kau benar-benar menyebalkan!" Tarisha berteriak frustrasi.

"Ihhh, Azura! Kau benar-benar menyebalkan!" Tarisha berteriak frustrasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄️

Waktu terus berlalu hingga akhirnya orang tua Azura kembali ke dimensi kehidupan setelah kutukan mereka berakhir untuk sementara waktu

Di kamar Azura, mereka mengutarakan maksud mereka.

"Azura, kami ingin menjodohkanmu dengan Michael," ujar ayahnya lembut. "Kami tidak ingin kau merasa kesepian lagi saat kami pergi nanti."

Azura terdiam. Deg. 'Michael? Aku tidak bisa menerima ini... Tarisha menyukainya,' pikirnya.

"Maaf, Ayah, Ibu. Aku tidak bisa menerima Michael," jawab Azura dengan tegas.

"Tapi kami hanya ingin kau bahagia, nak," ucap ibunya, mencoba membujuk.

"Jika kalian memaksa, lebih baik aku pergi dari dimensi ini," kata Azura sambil berdiri.

Tanpa menunggu jawaban, Azura meninggalkan dimensi kehidupan dan menciptakan dimensi barunya sendiri, yang ia sebut Dimensi Mutiara, tempat yang tak bisa ditemukan oleh siapa pun.

Kabar tentang perjodohan Azura dan Michael tersebar luas, namun tak ada yang tahu bahwa Azura sebenarnya menolak perjodohan itu dan memilih menghilang.

Kabar tentang perjodohan Azura dan Michael tersebar luas, namun tak ada yang tahu bahwa Azura sebenarnya menolak perjodohan itu dan memilih menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄️

"Hah... hah..." napas Banny tersengal-sengal. Ia mulai mengingat semuanya. "Aku ingat... aku adalah Azura. Itu namaku. Tapi bagaimana kabar Ayah dan Ibu sekarang?" pikirnya cemas.

Ia berhenti menatap pantulan dirinya di air dan menggenggam erat jubahnya.

"Sebaiknya aku kembali ke asrama sebelum ada yang melihatku di sini," ujarnya pelan sebelum beranjak pergi menuju kamar asramanya.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang