Setelah ujian selesai, hari-hari pun kembali seperti biasa.
Kegiatan belajar dan liburan berlalu begitu saja hingga akhirnya mereka naik ke kelas tiga. Sebagai tahun terakhir di akademi, mereka diharuskan belajar lebih serius agar mendapatkan nilai yang memuaskan.Pagi itu, matahari bersinar cerah, menyambut semangat para murid akademi. Hari ini, seluruh murid bersiap menyambut kedatangan murid-murid baru. Tak terkecuali Vidi, Volentia, dan Banny Peri, yang bergegas menuju aula.
"Vidi, Vo, jangan lupa makan apel yang sudah aku letakkan di meja nakas kalian. Acara penyambutan biasanya lama, jadi kalian butuh energi," ujar Banny mengingatkan.
"Terima kasih, Tuan Putri," jawab mereka serempak sebelum keluar dari kamar asrama dan bergegas menuju aula.
Di Aula
Kegiatan demi kegiatan berlangsung dengan lancar. Hingga Di akhir acara, kepala sekolah maju ke podium untuk memberikan pengumuman penting.
"Anak-anak, tahun ini kalian akan mendapatkan teman baru yang akan bergabung di kelas tiga," ujar kepala sekolah.
"Wah, siapa ya kira-kira?"
"Cowok atau cewek?"
"Ganteng enggak ya?" gumam para murid kelas tiga, membuat aula riuh.'Siapa lagi yang masuk akademi di tahun terakhir seperti ini? Huh,' batin Banny.
"Masuklah," ujar kepala sekolah.
Seorang murid laki-laki melangkah masuk. Tatapannya dingin, dan auranya memancarkan ketenangan yang misterius.
"Halo, namaku Michael," katanya singkat. Namun, suaranya cukup untuk membuat para murid perempuan histeris.
"Wah, ganteng banget!"
"Aku suka tipe dingin kayak gitu!"
"Mau jadi pacar aku nggak?" terdengar suara mereka saling bersahut-sahutan."Dia..." Banny tersentak, mengenali wajah Michael. Rasa terkejutnya tidak luput dari perhatian Vidi dan Volentia.
"Kenapa, Tuan Putri?" bisik Volentia.
"Ah, tidak. Aku... aku ingin ke toilet sebentar," jawab Banny mencoba menghindar.
"Sepertinya tidak bisa, Tuan Putri. Penjaga sedang menjaga ketat aula ini," sahut Vidi sambil melirik penjaga yang berjaga di setiap sudut aula.
'Ukhh, benar kata Vidi. Ini tidak bagus,' batin Banny mulai gelisah.
"Selamat datang di Akademi Wonderful School, Anak Dewa Kematian, Michael," kata kepala sekolah, memberikan penghormatan.
DEG.
Seisi aula mendadak sunyi. Semua murid, guru, dan staf yang tadi ribut langsung terdiam, menyerap pernyataan itu.
Banny pun ikut berlutut bersama yang lainnya untuk memberikan penghormatan. Ia melakukannya agar tidak menarik perhatian.
Namun, satu orang tetap berdiri tegak tanpa memberikan penghormatan: Dewi Hujan Tarisha.
'Hai, Michael sayangku. Akhirnya kita bertemu di sini,' telepati Tarisha dengan senyum penuh arti.
'Berhenti memanggilku seperti itu, Tarisha,' balas Michael dingin, tatapannya tajam menusuk ke arah Tarisha.
"Bangunlah," ujar Michael pada semua murid yang berlutut.
"Michael adalah Anak Dewa Kematian, jadi aku harap kalian semua berteman baik dengannya," tambah kepala sekolah.
"Untuk hari ini, kalian dibebaskan dari pembelajaran. Anak baru dipersilakan untuk memindahkan barang ke asrama masing-masing. Kalian boleh membubarkan diri sekarang."Namun, sebelum semua murid pergi, kepala sekolah melanjutkan, "Oh ya, Tuan Putri Banny Peri, tolong datang ke kantor saya setelah ini."
Banny mengangguk pelan, sementara aula mulai kosong.
"Aku akan ke kantor kepala sekolah dulu. Kalian duluan saja ke asrama," pinta Banny kepada Vidi dan Volentia.
"Kami harus ke laboratorium kimia, Tuan Putri. Anak baru itu pasti akan memeriksa lab, dan kami harus mempersiapkannya," jawab Vidi.
"Baiklah. Kalau begitu, aku duluan," ujar Banny sebelum melangkah pergi.
Di Kantor Kepala Sekolah
Tok, tok, tok!
"Permisi," ucap Banny, berusaha tetap sopan."Masuklah," sahut kepala sekolah dari dalam.
Banny membuka pintu dan masuk. Kepala sekolah segera memberikan penghormatan kecil.
"Hormat saya kepada Tuan Putri Banny Peri," ucapnya.
"Terima kasih. Ada keperluan apa hingga memanggil saya ke sini?" tanya Banny, formal.
"Ini tentang murid baru itu, Michael," ujar kepala sekolah.
"Sesuai pembagian, dia ditempatkan di Asrama Ungu. Namun, kelas tiga di Asrama Ungu sudah penuh. Asrama Merah dan Oranye juga penuh. Hanya Asrama Hijau, tempat Anda tinggal, yang masih memiliki ruang kosong. Jadi, saya ingin meminta izin agar Michael tinggal di sana bersama Anda."Banny mendesah pelan, menahan rasa kesal.
"Terserah Anda saja.""Terima kasih, Tuan Putri. Dan satu lagi, saya ingin Anda mengantarkan Michael berkeliling untuk mengenalkan lingkungan akademi, sekaligus mengantarkannya ke asrama," tambah kepala sekolah dengan senyum ramah.
"Ukhh, baiklah," jawab Banny, sedikit sebal.
"Michael sedang menunggu di ruang tunggu. Saya mohon kerjasamanya ya, Tuan Putri," kata kepala sekolah, masih dengan senyum sumringah.
"Iya, iya. Saya akan melakukannya," jawab Banny, lalu keluar dari ruangan.
Di luar, Banny mendesah panjang.
'Kenapa harus aku? Huh,' pikirnya sambil melangkah menuju ruang tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Queen
FantasyAku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas. Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...