Tiga hari telah berlalu, namun Aldrick masih belum membuka matanya. Setelah pertengkaran dengan anak perempuan itu, Aldrick terjebak dalam koma.
Air mata Aorora telah kering, sebab selama tiga hari ia terus menangisi pangeran kecilnya yang tak kunjung bangun. Luka dalam yang menyebabkan kerusakan parah pada setiap sel tubuh Aldrick sulit untuk disembuhkan. Untungnya, Aorora memiliki sihir penyembuh yang bisa mencegah kerusakan itu menyebar. Namun, itu saja belum cukup. Karena itu, Aorora, dibantu oleh Ery, peri ahli ramuan, berusaha keras meracik obat untuk menyelamatkan Aldrick.
"Ery, tolong campurkan ramuan di atas meja dengan yang ini," perintah Aorora sambil menunjuk ramuan yang dimaksud.
Ery segera melaksanakan perintahnya tanpa ragu.
"Ini ramuan terakhir. Setelah ini selesai, kita harus segera memberikannya kepada Aldrick," ujar Aorora sambil membawa bahan terakhir ke dalam campuran.
"Syukurlah," desah Ery lega. "Tapi, ada satu hal yang ingin kutanyakan sejak tadi—sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana Aldrick bisa seperti ini?"
Aorora terdiam, enggan menjawab pertanyaan itu.
"Ah, sudahlah, jika kau tidak ingin menjawab, lupakan saja. Yang penting sekarang, mari kita beri ramuan ini pada Aldrick," kata Ery, merasa tak enak.
Setelah ramuan selesai, mereka bergegas menuju kamar Aldrick. Di sana, mereka mendapati Psyche sedang duduk di samping tempat tidur Aldrick, membacakan cerita meski ia tahu pangeran kecil itu tidak bisa mendengarnya.
"Psyche, aku dan Ery berhasil menyelesaikan obatnya," ujar Aorora dengan suara lelah.
"Syukurlah. Cepat berikan pada Aldrick," kata Psyche sambil berdiri.
Aorora segera meminumkan ramuan itu ke Aldrick. Namun, setelah beberapa saat, tidak ada perubahan yang terjadi. Aldrick tetap terbaring diam.
🌻
Aorora, yang kelelahan, terjatuh ke lantai. "Hah... kita gagal... Apa lagi yang harus kita lakukan, Ery? Psyche? Aku... aku tidak bisa membangunkan pangeran kecilku. Hiks..." Air matanya kembali mengalir saat ia memegangi tangan Aldrick dengan erat.
"Aku akan membantumu, Aorora," kata Ery dengan nada menenangkan. "Aku akan mencari bahan-bahan paling mujarab di seluruh alam peri."
"Aku juga akan ikut mencarinya. Jika perlu, aku akan pergi ke dunia manusia," tambah Psyche dengan penuh tekad.
Saat itu, terdengar ketukan di pintu. Ery segera membukanya.
"Aine..." mereka bertiga berseru serempak.
"Bagaimana keadaannya? Apa Aldrick sudah sadar?" tanya Aine langsung.
Mereka hanya menggeleng, ekspresi mereka penuh kesedihan.
"Begitu ya... Aorora, apa kau sudah meminumkan obat itu pada Aldrick?" tanya Aine lagi.
"Sudah... tapi Aldrick belum juga bangun," jawab Aorora, air matanya kembali mengalir.
"Jika obatnya sudah diminum, kau seharusnya menyalurkan kekuatanmu kepadanya," ujar Aine tegas.
Kata-kata itu menyadarkan Aorora. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menyalurkan energinya kepada Aldrick. Namun, tubuhnya yang sudah sangat lemah tak mampu bertahan, hingga akhirnya ia pingsan.
"Aorora terlalu memaksakan dirinya," kata Ery. "Selama tiga hari ini, pagi, siang, malam, ia terus meracik obat tanpa berhenti."
"Aku yang akan melanjutkannya," ujar Aine. "Psyche, Ery, antar Aorora ke kamarnya. Kalian juga pasti lelah. Beristirahatlah."
Mereka mengangguk, lalu membawa Aorora pergi.
🌻
Aine terus menyalurkan energinya ke Aldrick selama hampir tiga jam, namun hasilnya tetap nihil. Saat Psyche dan Ery kembali, Aine menggelengkan kepala.
"Maaf, energiku belum cukup untuk membangunkannya," kata Aine, kecewa.
"Tidak apa-apa. Kami akan membantumu kali ini," kata Aorora yang baru saja sadar.
"Benar, aku juga akan menyalurkan energiku," tambah Psyche.
Mereka bertiga bekerja sama, menyalurkan energi mereka kepada Aldrick. Setelah 30 menit, perlahan Aldrick membuka matanya.
"Aldrick! Nak, kau bangun!" seru Aorora, langsung memeluk pangeran kecilnya dengan penuh haru. "Bagaimana? Ada yang sakit? Katakan pada Ibu, ya?"
"Terima kasih, Ibu. Terima kasih juga untuk Psyche dan Ratu Aine. Aku sungguh berterima kasih," ujar Aldrick dengan suara lemah. "Tapi... di mana anak perempuan itu?"
Pertanyaan Aldrick membuat semua peri saling berpandangan. Mereka baru teringat bahwa selama tiga hari ini, mereka terlalu fokus pada penyembuhan Aldrick hingga lupa memikirkan anak perempuan itu.
"Dia... aku menghukumnya," ujar Aine. "Aku mengurungnya di kamarnya dengan segel. Dia tidak bisa keluar atau menggunakan sihirnya."
Semua peri terkejut mendengar penjelasan Aine.
"Kalau begitu, bagaimana dia bisa membantuku?" pikir Aldrick dalam hati, bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Queen
FantasyAku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas. Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...