Bab 38 : Kejanggalan

95 5 0
                                    

Ujian telah usai, dan kini para murid Akademi tengah menunggu pengumuman hasil akhir di aula utama.

"Peringkat pertama akademis angkatan kali ini adalah..."

Suasana hening sejenak. Semua mata tertuju ke arah kepala sekolah.

"Vidi dan Volentia! Kalian berhasil meraih nilai sempurna di semua mata pelajaran. Selamat, ya," ucap kepala sekolah, tersenyum bangga.

"Terima kasih!" jawab keduanya serentak.

"Selanjutnya, peringkat pertama dalam duel sihir adalah... Tuan Putri Banny Peri!" seru kepala sekolah dengan semangat.

Namun, ia segera menyadari sesuatu.

"Tunggu, di mana Tuan Putri Banny Peri? Vidi? Vo?" tanya kepala sekolah sambil menatap kedua murid tersebut.

Vidi dan Vo saling bertukar pandang sebelum Vo angkat bicara.
"Ahh... sebenarnya..."

Flashback On

"Tuan Putri, bangunlah. Hari ini hasil ujian akan diumumkan. Ayo bangun," ujar Vo, menggoyang tubuh Banny perlahan.

"Malas... Kalian saja yang pergi," jawab Banny sambil memeluk selimutnya erat.

"Sudahlah, mungkin Tuan Putri masih mengantuk. Nanti kita jelaskan saja jika ada yang bertanya," kata Vidi menenangkan.

Flashback Off

"Sebenarnya, Tuan Putri masih di asrama," ucap Vo jujur.

"Huft... Baiklah, terima kasih atas informasinya," balas kepala sekolah dengan nada pasrah.

Ia kemudian melanjutkan pengumuman.
"Info selanjutnya adalah tentang liburan akhir tahun kalian."

Seketika aula menjadi riuh.
"Wah!"
"Akhirnya liburan!"
"Yeay, libur!"

"Anak-anakku, tolong dengarkan, ya!" ujar salah satu guru sambil mencoba menenangkan suasana.

"Saya akan melanjutkan informasinya, jadi perhatikan baik-baik," kepala sekolah mengambil alih lagi.
"Liburan kali ini berlangsung selama dua minggu. Kalian bebas pulang ke rumah masing-masing atau menetap di asrama. Namun, kalian harus kembali ke sini dua hari sebelum masa liburan berakhir."

"Baik!" jawab murid-murid serentak.

❄️

Di kamar asrama, Vidi dan Vo menyampaikan informasi dari kepala sekolah kepada Banny.

"Hmm, begitu ya. Jadi, apakah kalian akan pulang ke dunia kalian?" tanya Banny.

"Sepertinya tidak. Kami ingin menghabiskan waktu di sini untuk belajar, dan ada beberapa penelitian yang ingin kami lakukan," jawab Vidi, yang langsung diangguki oleh Vo.

"Begitu, ya. Kalau begitu, aku juga akan tetap di sini. Aku ingin mempelajari astronomi lebih lanjut," ujar Banny santai.

"Heee, yang benar, Tuan Putri? Bukankah istana jauh lebih nyaman?" tanya Vo terkejut.

"Tidak apa-apa. Lagipula, besok kita harus bersiap-siap pindah kamar. Kepala sekolah sudah memberitahuku tentang asrama baru kita," jawab Banny.

"Benarkah?" seru Vidi dan Vo dengan wajah antusias.

"Ya, kita akan pindah asrama besok," ucap Banny sambil tersenyum tipis.

❄️

Malam harinya, ketika Vidi dan Vo sudah tertidur lelap, Banny diam-diam keluar dari kamar.

Ia berjalan menyusuri taman sekolah yang sunyi, berpikir keras.

"Aneh... Sudah satu tahun aku berada di sini, tapi peri kecil itu tidak pernah muncul lagi. Bahkan, energinya pun sudah tidak terasa sejak aku tiba di sini."

Banny berhenti sejenak, menatap langit malam.

"Hmm... Apa mungkin Tuan dari peri kecil itu ada di sini? Kalau begitu, dia tak perlu lagi muncul di hadapanku. Tapi, selama aku berada di sini, aku tak pernah merasakan energi yang sama dengannya."

Ia menggenggam erat tangannya.
"Tidak... Jika benar begitu, jika energinya tidak ada berarti Tuan dari peri kecil itu tidak ada di sini. Jadi, siapa sebenarnya yang mengirim peri kecil itu padaku?" gumamnya, masih mencoba mencari jawaban.

Ia melanjutkan langkahnya, sembari berbicara dalam hati.
'Dan aku merasa sesuatu yang tak asing akan segera datang. Aku tidak tahu apakah itu baik atau jahat. Tapi aku harus mempersiapkan diriku dan tetap berhati-hati.'

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang