Bab 76 : Mencoba Dekat Dengannya Lagi

59 2 0
                                    


Malam akhirnya tiba. Para peri, Lin, dan Kai telah kembali ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan Aldrick dan Angel, yang kini berada di kamar mereka. Suasana kamar Banny yang sebelumnya ramai mendadak sunyi dan sepi.

'Entah mengapa aku suka sekali dengan gelang ini,' batin Banny sambil memeluk erat gelang di pergelangan tangannya.

"Kira-kira siapa nama dia, ya? Dan kenapa Kakak bersikeras menjauhkannya dariku?" gumam Banny bingung, memperhatikan gelang itu lekat-lekat.

"MCL? Apa ini inisial namanya?"
Ia mulai mencoba menebak.

"MCL... MCL... Hmm... Apa mungkin namanya Michael?" tebak Banny.

"Ya, kau memanggilku?" suara yang familiar tiba-tiba muncul, membuat Banny tersentak.

"Hee!?" seru Banny kaget, menatap Michael yang tiba-tiba muncul di kamar.

"Apa kau memerlukan sesuatu, Banny?" tanya Michael bingung.

"Ah, ti... tidak! Aku cuma menebak nama pemilik gelang ini. Ternyata benar namamu Michael, ya," ucap Banny agak malu.

"Itu sekarang sudah menjadi milikmu. Apa kau ingin aku mengubah namanya?" tawar Michael sambil tersenyum tipis.

"Ti... tidak usah," jawab Banny buru-buru, merasa salah tingkah.

Michael tersenyum kecil, senyum yang membuat Banny merasa gugup.
'Kenapa aku jadi gugup seperti ini, ya?' pikir Banny, mencoba menenangkan dirinya.

"Du... duduklah dulu," ujar Banny, mempersilakan Michael duduk di sofa. Ia pun ikut duduk di sampingnya.

"Bagaimana jika Kakakmu melihatku berada di kamarmu?" tanya Michael dengan nada cemas.

"Kebetulan sekali, aku ingin bertanya soal itu," jawab Banny.
"Sebenarnya, kau punya masalah apa dengan Kak Aldrick? Kenapa dia sampai bersikeras mengusirmu? Ada apa sebenarnya?" tanyanya penasaran.

Michael hanya diam, menundukkan kepalanya.
"Maaf, aku tidak bisa menceritakannya. Masalah ini terlalu besar, sampai-sampai Kak Aldrick menyuruhku menjauh darimu," jelas Michael pelan.

"Apa masalah itu ada hubungannya denganku?" tanya Banny lagi.

Namun Michael tetap diam, tak menjawab.

"Yasudahlah, kalau kau tidak mau menceritakannya, aku mengerti kok," kata Banny mencoba memahami.

Ia menghela napas panjang.
"Hah... Besok aku harus mengurus berkas-berkas menyebalkan itu lagi. Huft," keluhnya.

"Kalau begitu, kau harus istirahat," ucap Michael.

Sebelum Banny sempat berkata apa-apa, Michael tiba-tiba menggendongnya ke tempat tidur.

"Tidurlah," katanya lembut.

"Tunggu!" seru Banny, menahan tangan Michael yang hendak pergi.

"Hmm? Ada apa?" tanya Michael, menatapnya.

"Maukah kau tetap di sini sampai aku benar-benar tertidur?" pinta Banny lirih.

Michael tersenyum kecil.
"Ya, baiklah," jawabnya sambil duduk di sisi tempat tidur, menunggu sampai Banny benar-benar terlelap.

❄️

Tok tok tok.

"Ratu, apa kau sudah bangun?" suara seseorang dari luar pintu membangunkan Banny.

"Ya, aku bangun," jawabnya sambil menguap.

"Aku tunggu di kantor setengah jam lagi. Cepatlah bersiap. Berkas-berkas yang harus kau kerjakan sudah menunggumu," ucap Fay, rekannya di istana.

"Baiklah, baiklah."

Banny melihat sekeliling, tetapi Michael sudah tidak ada di sana.
'Hmm, sepertinya Michael sudah pergi,' pikirnya.

Ia segera bangkit dan bersiap untuk menemui Fay.

Hari-hari berlalu seperti biasa, seolah tidak ada hal besar yang terjadi sebelumnya. Banny sibuk mengurus tugas-tugasnya di istana, sementara malam hari ia diam-diam memanggil Michael. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, bahkan terkadang Michael mengajaknya keluar istana untuk berjalan-jalan, menghilangkan penat.

Suatu malam, mereka duduk bersama di bawah Pohon Kehidupan.

"Michael," panggil Banny.

Namun Michael hanya diam, tampak tenggelam dalam pikirannya.

"Michael," panggilnya lagi, tapi tidak ada respons.

"Hey, Chel!" seru Banny sambil menggoyangkan tubuh Michael pelan.

"Ah, ya? Ada apa?" tanya Michael, tersadar dari lamunannya.

"Kamu melamun lagi. Sedang memikirkan apa sih?" tanya Banny kesal.

"Ah, maaf. Aku hanya tidak fokus," jawab Michael dengan senyum canggung.

"Kamu memikirkan orang lain, ya? Siapa?" goda Banny dengan nada curiga.
"Akhir-akhir ini kamu sering sekali melamun."

Michael menghela napas kecil.
"Maaf, aku hanya merasa lelah karena banyak tugas," jawabnya singkat.

"Huft. Yasudahlah," gumam Banny, lalu tersenyum kecil.
"Besok ada festival di negeri Vidi dan Vo. Mereka mengundang kita untuk menghadiri acara itu. Festivalnya malam hari, lho."

"Ayo kita pergi bersama, ya?" ajaknya antusias.

Michael tersenyum tipis dan mengangguk.
"Ya," jawabnya singkat, meskipun pikirannya masih terbelit oleh kegelisahan yang ia sembunyikan.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang