Bab 56 : Kelulusan

60 3 0
                                    

Waktu berlalu dengan cepat. Tugas terakhir telah dikumpulkan dan dipresentasikan, ujian demi ujian pun berhasil dilewati. Kini tiba hari yang paling dinanti oleh para murid tingkat tiga: hari kelulusan. Semua murid diperintahkan untuk segera menuju aula tempat acara akan berlangsung.

Di Asrama Hijau, Banny dan teman-temannya masih sibuk bersiap-siap. Tepat pukul delapan pagi, sekat pemisah kamar pun menghilang.

Vo yang tadi berdiri di samping Banny tiba-tiba berlari ke arah Vidi dan langsung menggandeng tangannya.

Vo yang tadi berdiri di samping Banny tiba-tiba berlari ke arah Vidi dan langsung menggandeng tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Wah, mereka mulai berani menunjukkannya di depan umum," batin Banny sambil tersenyum kecil.

"Cantik," ucap suara yang familiar dari depan Banny.

"Cantik," ucap suara yang familiar dari depan Banny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hmm" balas Banny dengan nada datar.

Ayo, kita segera ke aula," ajak Vidi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayo, kita segera ke aula," ajak Vidi. Banny dan teman-temannya mengangguk, lalu bersama-sama meninggalkan asrama.

❄️🪶

Di aula, murid-murid lain sudah duduk rapi di bangku masing-masing. Banny dan kelompoknya segera mengambil tempat di kursi yang telah disediakan. Beberapa menit kemudian, kepala sekolah masuk dan memberikan sambutan hangat.

"Terima kasih telah belajar di sini. Jadilah ras yang membawa kebaikan di luar sana. Selamat menikmati hari kelulusan kalian," ucap kepala sekolah dengan senyum tulus.

Setelah sambutan selesai, acara berlanjut. Banny segera menuju meja makanan untuk mengambil puding coklat dan pai apel kesukaannya sebelum kembali ke tempat duduk.

Namun, ia tidak menemukan Vidi dan Vo di sana.

"Kemana mereka?" tanya Banny bingung.

"Tuh," tunjuk Michael ke arah lantai dansa. Vidi dan Vo tampak menari dengan serasi di tengah aula.

"Hari ini mereka terlihat romantis sekali," komentar Michael. Namun, Banny tak menghiraukannya dan lebih memilih fokus menikmati puding coklatnya.

"Hah," Michael menghela napas, menyerah pada sikap Banny yang acuh.

"Bagaimana kalau kita berdansa?" tawar Michael.

"Hmm, aku ingin pai apel lagi. Lalu mungkin coklat, atau es krim juga," gumam Banny, tetap tak memedulikan tawaran Michael.

'Azura, ayo dansa denganku,' telepati Michael.

'Tidak, aku masih ingin mencoba makanan di sini,' balas Banny dingin.

Michael hanya bisa mendesah pelan.

Setelah mengambil makanan lagi, Banny kembali ke meja. Namun, kali ini Michael tidak ada di sana. Di atas meja hanya ada secarik kertas kecil.

"Aku ada di taman."

Tulisan tangan Michael terlihat jelas di kertas itu.

"Ngapain ke taman? Acaranya kan di sini," gerutu Banny.

"Ada yang ingin aku bicarakan."

Tulisan lain muncul di kertas itu, membuat Banny kesal.

"Ah, nanti saja. Aku habiskan makananku dulu."

"Kutunggu sekarang."

Banny mendengus kesal, menyimpan makanannya dengan sihir, lalu beranjak menuju taman.

❄️🪶

Di taman, suasana terasa sepi. Hampir semua murid masih berada di aula, sehingga mudah bagi Banny untuk menemukan Michael.

"Ada apa?" tanya Banny dengan nada ketus.

"Duduk dulu," pinta Michael. Banny menurutinya.

"Aku akan langsung ke intinya. Tadi ayah mengabariku. Dia bilang aku harus segera pulang untuk menjalankan tugasku," jelas Michael dengan kepala tertunduk.

Banny menatapnya, mengingat percakapan mereka sebelumnya. "Seperti yang kau katakan malam itu, waktumu hanya sampai kelulusan kita. Kalau ini tugasmu, kau harus melakukannya. Aku mengerti."

Michael ragu. "Benarkah kau tidak apa-apa?"

Banny mengangguk pelan. "Aku tidak sendiri, Michael. Di sini ada Vidi dan Vo. Aku akan baik-baik saja."

Michael memeluk Banny erat. "Azu..." ucapnya penuh emosi.

Tanpa sadar, air mata Banny jatuh, berubah menjadi butiran mutiara saat menyentuh tanah. Michael semakin mempererat pelukannya.

"Ini untukmu," kata Michael setelah melepas pelukan. Ia mengeluarkan gelang indah dari sakunya. "Gelang ini terbuat dari mutiara, dengan liontin berbentuk kupu-kupu dan es yang kubuat khusus untukmu. Aku akan menjagamu lewat gelang ini."

Michael memakaikan gelang itu di pergelangan tangan Banny.

"Terima kasih," ucap Banny sambil tersenyum hangat.

Michael membalas senyumnya, meski tatapan matanya berat. "Aku harus pergi sekarang, Azura." Ia menepuk pelan kepala Banny sebelum berdiri dan melangkah ke portal yang terbuka.

"Sampai jumpa, Michael," lirih Banny, menahan perasaannya.

Michael menoleh sebentar, tersenyum tipis. "Sampai jumpa, Azura."

Ia menghilang ke dalam portal, meninggalkan Banny yang berdiri sendiri di taman.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang