Liburan dua minggu pun akhirnya usai.
Vidi dan Vo menghabiskan waktu mereka di perpustakaan dan laboratorium kimia, sementara Banny Peri lebih sering bermalas-malasan di kamar. Sesekali, ia pergi ke taman, dan di malam hari ia mengunjungi laboratorium astrologi untuk meneliti bintang dan planet. Rutinitas itu mereka ulangi hari demi hari, hingga akhirnya masa liburan berakhir.
Kini, para murid kembali ke Akademi. Dua hari sebelumnya, sebagian besar murid sudah tiba, termasuk mereka bertiga. Pagi itu, seluruh siswa diinstruksikan untuk berkumpul di aula utama untuk menghadiri upacara penyambutan murid baru.
Saat dalam perjalanan menuju aula, Vidi, Vo, dan Banny bertemu seorang murid baru yang tampaknya baru keluar dari ruang kepala sekolah.
Banny tiba-tiba berhenti melangkah, terdiam memandangi anak itu.
"Tuan Putri, ayo. Kita tidak boleh terlambat," kata Vo, sambil menarik tangan Banny.
'Anak itu... Energinya terasa familiar. Siapa dia sebenarnya?' pikir Banny dalam hati.
Di Aula
Kegiatan penyambutan berlangsung seperti biasa, termasuk proses pemilihan asrama bagi para murid baru. Setelah semua selesai, kepala sekolah memberikan pengumuman tambahan.
"Ada satu pengumuman lagi untuk kalian, terutama anak-anak tingkat dua. Kalian akan mendapatkan teman baru."
Semua murid tingkat dua mulai berbisik-bisik penasaran.
"Kemarilah," panggil kepala sekolah kepada murid baru itu.
Seorang gadis berjalan maju ke depan aula dengan percaya diri.
"Perkenalkan, aku Tarisha, anak dari Dewa dan Dewi Hujan. Semoga kita bisa berteman akrab," katanya dengan senyum lembut.
Kepala sekolah langsung memberikan penghormatan.
"Hormat saya kepada Dewi Hujan."Para murid yang lain dengan cepat mengikuti.
"Hormat kami kepada Dewi Hujan, Tarisha!"Namun, hanya Banny yang tetap diam di tempat, tertegun.
'Tarisha? Apa yang dia lakukan di sini?' pikir Banny, matanya tak lepas dari gadis itu.Tarisha melirik ke arah Banny, menyunggingkan senyum tipis.
'Di situ kau rupanya,' gumam Tarisha dalam hati."Ahaha, bangunlah teman-teman. Aku ingin kita berteman tanpa memandang statusku," kata Tarisha sambil tertawa kecil.
"Dan panggil saja aku Tarisha."Para murid kembali ke tempat duduk masing-masing. Setelah pembagian asrama selesai, seperti yang diduga, Tarisha masuk ke asrama ungu—simbol kekuatan dan kecerdasan. Ia kini satu asrama dengan Fay Peri.
Saat jam istirahat tiba, Vo membisikkan sesuatu kepada Banny.
"Tuan Putri, aku tidak menyangka Dewi Hujan itu sekelas dengan kita. Dan lihat, sekarang saja sudah banyak yang mengelilinginya. Dia sepertinya mudah bergaul, ya," kata Vo sambil memandang ke arah Tarisha.
Namun, Banny tetap diam, tak menggubris ocehan Vo.
"Hei, aku ke kantin duluan, ya. Teman sebangkuku sudah menunggu," kata Vidi, sebelum berlari menyusul temannya.
"Tuan Putri, sebaiknya kita juga—"
"Boleh aku bergabung dengan kalian?"
Vo terdiam ketika Tarisha tiba-tiba muncul, memotong ucapannya.
"Ah, maaf. Seharusnya aku memberikan penghormatan dulu, bukan? Iya kan, Tuan Putri?" kata Tarisha sambil melirik Banny dengan tatapan meremehkan.
"Hormat saya kepada Sang Putri Mutiara, Tuan Putri Banny Peri. Saya—"
Namun, Tarisha tiba-tiba menghentikan ucapannya. Aura besar yang terpancar dari Banny membuatnya tertegun.
"Tuan Putri..." lirih Vo, terlihat cemas.
Banny perlahan berdiri, menunduk sedikit.
"Maafkan aku. Kau tidak perlu memberikan penghormatan padaku, Dewi. Sebaliknya, akulah yang harus menghormatimu."Ia berlutut di hadapan Tarisha.
"Aku jauh lebih lemah darimu. Jadi, tolong jangan panggil aku seperti tadi," ucap Banny dengan nada tenang."Kalau begitu, kami permisi dulu, Dewi. Ayo, Vo."
Banny pergi, meninggalkan Tarisha yang masih dikelilingi murid-murid lain.
Tarisha berdiri diam, tatapannya tampak bingung.
'Apa benar dia orangnya? Tapi saat dia mengeluarkan auranya tadi, aku tidak merasakan kekuatan Dewi. Yang kurasakan hanyalah kekuatan peri yang sangat besar. Apa benar dia Dewi Azura?' pikir Tarisha, masih belum menemukan jawaban.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Nama : Erick
Bangsa: Kitsune
Teman sebangku Vidi
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Queen
FantasyAku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas. Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...