Aku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas.
Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...
Malam terakhir Vidi dan Vo di istana peri terasa begitu cepat. Selama beberapa hari terakhir, mereka telah menjelajahi keindahan alam peri, menikmati keramaian, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan.
"Vidi, Vo, besok kalian langsung pulang ke dunia manusia atau kembali ke akademi dulu?" tanya Banny sambil membantu mereka membereskan barang-barang.
"Kami sudah membawa semuanya, jadi sepertinya kami akan langsung pulang ke dunia manusia," jawab Vo, yang diangguki oleh Vidi.
"Terima kasih sudah mengajak kami ke sini, Tuan Putri," ujar Vidi penuh rasa syukur.
"Tidak perlu sungkan. Bahkan, jika kalian mau, kalian bisa tinggal di sini dan menjadi profesor di alam peri," tawar Banny sambil tersenyum.
"Terima kasih atas tawarannya, Tuan Putri. Tapi, untuk saat ini, kami ingin fokus membantu dunia manusia terlebih dahulu," jawab Vo dengan sopan.
"Baiklah. Oh, sebelum kalian pergi, aku punya sesuatu." Banny mengambil dua gelang berwarna perak dengan liontin kecil berbentuk daun. "Ini adalah gelang pelindung. Jika kalian dalam bahaya, cukup tekan liontinnya, dan aku akan langsung tahu lokasi kalian."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vidi dan Vo menerima gelang itu dengan penuh rasa terima kasih. "Kami akan selalu memakainya, Tuan Putri. Terima kasih banyak."
"Pastikan kalian tidak melepasnya, ya. Tenang saja, aku tidak akan melacak kalian tanpa alasan, jadi privasi kalian aman," ujar Banny meyakinkan mereka.
Setelah barang-barang mereka selesai dibereskan, suasana menjadi hening.
"Jadi, enaknya kita ngapain sekarang?" tanya Banny, merasa waktu berjalan lambat.
"Di dunia manusia, ada permainan yang sering dimainkan untuk mengisi waktu seperti ini," kata Vidi sambil tersenyum.
"Apa itu?"
"Truth or Dare," jawab Vo dan Vidi bersamaan.
Setelah Vidi menjelaskan aturan permainan, Banny terlihat antusias. "Sepertinya menarik. Ayo kita main di kamarku!"
❄️
Di Kamar Banny
Mereka duduk melingkar di lantai, sebuah botol kaca diletakkan di tengah. Namun, suara langkah kaki terdengar dari luar pintu.
"Kenapa aku tidak bisa langsung teleport ke kamar ini?" keluh Michael, membuka pintu tanpa permisi.
"Kau sendiri kenapa di sini?" tanya Vo, bingung.
"Tugasku baru selesai. Tadi aku ingin langsung masuk, tapi sistem perlindungan kamar ini menghalangiku," jawab Michael, melirik ke arah Banny.
"Akses resmi memang hanya melalui portal utama. Kalau bukan dewa, kau pasti muncul di luar alam peri," jelas Banny santai.
Michael mendekat dan duduk di samping Banny. "Baiklah, aku ikut main. Ayo mulai."
Permainan Dimulai
Putaran pertama, botol berhenti di depan Vo. "Truth or Dare?"
"Truth," jawab Vo cepat.
"Apa kau pernah menyukai seseorang sebelum Vidi?" tanya Banny penasaran.
"Ya, pernah," jawab Vo sambil tersenyum malu.
Putaran berlanjut hingga giliran Michael. Ketika mendapat tantangan untuk mencium sesuatu yang disukainya, Michael mendekat ke arah Banny. Namun, Banny dengan cepat menciptakan dinding es tipis di antara mereka.
"Azura," gumam Michael dengan wajah kesal.
Permainan terus berlangsung hingga larut malam. Saat waktu menunjukkan pukul 10.00, Vidi dan Vo pamit untuk beristirahat.
🪶❄️
Setelah Vidi dan Vo pergi, Banny mendapati Michael sudah tertidur di kasurnya.
"Kenapa kau tidak pulang saja ke dimensi kematian?" gumam Banny, mencoba membangunkannya.
Namun, Michael hanya bergumam pelan dan memeluk tangan Banny. "Di sini saja..."
Banny menghela napas panjang. "Kalau begitu, aku tidur di sofa saja."
Michael, setengah sadar, menarik tangan Banny. "Jangan tidur di sofa. Tidur di sini saja."
"Jangan manja, Michael. Aku tidur di sofa," tegas Banny. Ia lalu menyentuh dahi Michael dengan sihir lembut hingga Michael kembali tertidur.
Setelah memastikan Michael benar-benar tertidur, Banny berbalik untuk pergi ke sofa. Namun, sebelum pergi, ia berhenti sejenak, menatap Michael yang tampak begitu lelah.
Cupp
Banny mengecup singkat dahi Michael. "Semoga ini membuatmu lebih tenang."
Ia kemudian berjalan menuju sofa dan berbaring di sana, menikmati ketenangan malam terakhir bersama teman-temannya.