Sesampainya di asrama, Banny segera membuka pintu dan melangkah masuk menuju kamar laki-laki.
'Syukurlah sekatnya belum dipasang,' batin Banny lega. Dengan hati-hati, ia menurunkan tubuh Michael ke atas ranjang.
"Tuan Putri, ada apa dengan Michael?" tanya Vo bingung melihat keadaan Michael.
"Dia pingsan, badannya panas sekali," jawab Banny, sementara Vidi segera memeriksa Michael dengan cemas.
"Kalau begitu, aku akan buatkan air hangat untuk mengompresnya," kata Vo sigap.
"Tidak perlu, Vo. Mengompres dia tidak akan membantu," kata Banny dengan nada serius. "Aku harus pergi ke Alam Peri untuk mencari penawar."
Namun, saat Banny hendak melangkah pergi, Michael tiba-tiba meraih tangannya dengan sisa-sisa tenaganya.
"Azuu... jangan tinggalkan aku," lirih Michael dengan tatapan lemah.
"Ada Vidi dan Vo di sini. Aku hanya akan pergi sebentar," ujar Banny lembut.
Michael hanya diam, masih memandang Banny dengan tatapan sayu.
"Huh," Banny mendesah. Akhirnya, ia duduk di pinggiran ranjang Michael. Melihat Banny yang memilih tinggal, Michael tersenyum tipis dan membawa tangan Banny ke pipinya.
'Panas sekali,' pikir Banny sambil merasakan suhu tubuh Michael yang tinggi. Michael akhirnya terlelap dengan genggaman tangannya yang tetap erat di tangan Banny.
❄️🪶
"Tuan Putri," panggil Vidi pelan agar tidak mengganggu Michael yang sedang tidur.
"Iya, kenapa?" tanya Banny tanpa melepaskan perhatiannya dari Michael.
"Sebenarnya, beberapa hari terakhir Michael memang tidak tidur nyenyak. Aku sering mendengarnya mengigau. Dia selalu menyebut namamu sambil meminta maaf," jelas Vidi hati-hati.
Banny terdiam. "Begitu, ya..."
Suara pip pip pip terdengar, tanda sekat antar ruangan akan muncul.
"Aku harus ke kamar perempuan," gumam Banny sambil berdiri.
Namun, Michael yang tertidur nyenyak malah berbalik posisi dan memeluk tangan Banny erat-erat.
"Micha..." Banny memanggil lembut, mencoba melepaskan tangannya.
'Kumohon, tetaplah di sini, Azuu,' telepati Michael yang masih setengah sadar.
"Tapi..." Banny ragu, namun ia akhirnya menyerah.
"Tuan Putri, tidurlah di sini saja. Biar aku yang tidur di kasurmu," usul Vidi dengan nada tenang sebelum bergegas meninggalkan ruangan.
"Jangan macam-macam, ya," ujar Banny memperingatkan Vidi dan Vo.
"Kau sebaiknya memperingatkan Michael juga," balas Vidi sambil tersenyum kecil.
❄️🪶
Semalaman Banny menyalurkan energinya untuk membantu menurunkan suhu tubuh Michael. Setelah beberapa jam, suhu Michael mulai normal, dan Banny yang kelelahan akhirnya tertidur di sebelah ranjang Michael.
Pagi harinya, sekat otomatis terbuka.
"Tuan Putri..." Vo bergegas masuk, namun langkahnya terhenti melihat Michael memeluk Banny di ranjangnya.
"Ah, maaf!" Vo mundur dengan wajah memerah dan buru-buru menutup sekat kembali.
"Kenapa kau menutupnya lagi?" tanya Vidi yang baru keluar dari kamar mandi.
"Percayalah, lebih baik kita tinggalkan mereka dulu," ucap Vo sambil menarik tangan Vidi pergi.
❄️🪶
Michael perlahan sadar, membuka matanya, dan mendapati Banny di sebelahnya.
"Azuu..." panggil Michael sambil mengelus rambut Banny yang tertidur.
"Azuu, bangun..." bisiknya lembut.
Banny perlahan membuka matanya, dan dikejutkan oleh kecupan singkat Michael di dahinya.
"Michael!" seru Banny yang segera menteleport dirinya menjauh.
"Apa yang kau lakukan?!" Banny marah dengan wajah memerah.
"Aku hanya membangunkanmu," jawab Michael santai.
"Dasar bodoh! Sudahlah, aku mau mandi," Banny bangkit, meninggalkan Michael yang tersenyum tipis melihat kepergian Banny.
❄️🪶
Setelah siap, mereka berangkat ke kelas bersama. Saat di kelas, Banny mendapat tawaran Michael untuk mengerjakan tugas bersama.
"Yah, tak ada pilihan lain," jawab Banny akhirnya.
Mereka pun kembali ke asrama setelah jam pelajaran selesai untuk mulai mengerjakan tugas kelompok.
Berjam-jam berlalu, pekerjaan mereka semakin serius hingga mengabaikan rasa lapar.
"Azu, kau lapar?" tanya Michael tiba-tiba.
"Hah? Tidak... aku masih kenyang," jawab Banny spontan, teringat kejadian memalukan sebelumnya.
"Tapi...Aku ingin Pai apel, sih," tambah Banny pelan.
"Oke, aku ke kantin," ucap Michael.
❄️🪶
Beberapa saat kemudian, Michael kembali dengan makanan yang dibelinya dari kantin
"Ini Pai apelnya," ujar Michael sambil menyerahkan makanan pada Banny.
"Terima kasih," ucap Banny sambil mulai memakannya.
"Tidak perlu sungkan. Eh, coba suap aku satu gigitan," pinta Michael.
"Dasar manja," gumam Banny sambil menyuapi Michael.
Michael tersenyum puas sambil berkata pelan, "Azuu, kau memang selalu spesial."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Queen
FantasyAku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas. Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...