Bab 14 : Perpisahan

245 12 0
                                    

Aldrick POV

"Waktu terasa begitu cepat berlalu. Rasanya seperti baru kemarin aku melihat senyuman itu... senyuman pertamanya. Tapi kini, aku harus bersiap masuk akademi, dan mungkin setelah lulus, aku tak akan bisa sering kembali ke sini. Tanggung jawab menjaga kedamaian di Bumi menanti."

"Huft... Rasanya berat meninggalkan tempat ini, tempat yang telah membesarkanku selama 15 tahun. Dan lagi, Banny Peri... aku khawatir padanya. Dia anak yang tertutup, sulit sekali akrab dengan orang di sekitarnya. Aku tidak tega meninggalkannya sendirian. Nanti pasti akan sulit bertemu dengannya. Tapi, aku harus siap," lirih Aldrick dengan berat hati.

"Aldrick, apa kau sudah selesai berkemas?" Suara lembut Aorora terdengar dari balik pintu kamarnya.

"Ah, sebentar, Ibu. Aku akan keluar sebentar lagi," jawab Aldrick, mencoba terdengar ceria.

POV END

Tak lama kemudian, Aldrick keluar dengan seragam akademinya yang rapi.

"Wah, Nak, kau terlihat keren dan tampan sekali mengenakan pakaian itu! Baiklah, ayo kita ke aula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, Nak, kau terlihat keren dan tampan sekali mengenakan pakaian itu! Baiklah, ayo kita ke aula. Semua peri sudah menunggumu," ajak Aorora dengan penuh kebanggaan.

"Iya, Ibu," jawab Aldrick sambil tersenyum. Koper yang sudah ia kemas melayang mengikuti pemiliknya dengan bantuan sihir.

Di Aula

"Aldrick, kau sangat cocok memakai baju itu," puji Psyche dengan antusias.

"Iya, benar. Pakaian itu benar-benar pas di badanmu," tambah Aine sambil tersenyum.

"Terima kasih," jawab Aldrick, sedikit malu sambil menggaruk tengkuknya.

Di sudut ruangan, tampak Banny Peri sibuk dengan kegiatannya sendiri, sama sekali tidak memperhatikan pujian-pujian yang diberikan kepada kakaknya.

Di sudut ruangan, tampak Banny Peri sibuk dengan kegiatannya sendiri, sama sekali tidak memperhatikan pujian-pujian yang diberikan kepada kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aldrick pun menghampiri Banny dan berkata dengan lembut, "Tersenyumlah, dan jadilah peri yang baik, ya."

Ia lalu mengulurkan bunga matahari yang ia ciptakan dengan sihirnya. "Kurasa kau menyukai bunga matahari. Ini untukmu, agar kau selalu ingat padaku."

Banny menatap bunga itu sesaat sebelum menerima dan berkata, "Terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Banny menatap bunga itu sesaat sebelum menerima dan berkata, "Terima kasih. Aku juga akan menciptakan bunga untukmu, Kakak."

Dengan gerakan halus, Banny menciptakan sebuah mawar biru dan menyerahkannya kepada Aldrick

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan gerakan halus, Banny menciptakan sebuah mawar biru dan menyerahkannya kepada Aldrick. "Mawar biru. Warnanya seperti matamu."

"Terima kasih, Banny. Aku akan menyimpannya dengan baik," ucap Aldrick, tersenyum tulus.

"Aldrick, sudah waktunya. Portalnya sudah terbuka," panggil Aine sambil menunjuk ke arah portal bercahaya yang kini berdiri megah di aula.

"Ingat pesan Kakak, ya," pesan Aldrick sambil mengacak rambut Banny dengan penuh sayang. Setelah itu, ia melangkah masuk ke portal, meninggalkan alam peri.

Ketika portal tertutup, suasana di aula berubah dingin. Hawa dingin yang tiba-tiba muncul berasal dari Banny Peri. Para peri yang ada di sana merasakan hawa itu dan langsung bergidik, refleks menoleh ke arah Banny.

Bunga matahari yang dipegang Banny kini membeku dalam genggamannya.

"Ba... Banny..." Psyche mencoba memberanikan diri untuk bicara.

Namun Banny hanya berkata dengan suara datar, "Maaf, sepertinya aku terlalu lelah. Aku akan masuk ke kamarku. Tolong, jangan ganggu aku. Aku ingin sendiri."

Tanpa menunggu jawaban, Banny berbalik dan pergi ke kamarnya, meninggalkan keheningan di aula.

"Apa yang terjadi? Apa dia merasa sedih?" tanya Aorora, penuh kekhawatiran.

"Mungkin. Selama lima tahun ini, dia mulai dekat dengan Aldrick. Biarkan dia sendiri dulu. Dia butuh waktu," ujar Aine bijak.

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang