Bab 74 : Penyesalan

57 3 0
                                    

Sesampainya Michael di alam peri, ia pun langsung pergi ke kamar Banny. Setelah ia sampai di depan kamar Banny, dia pun langsung bisa mendengar suara tangisan dari dalam kamar

Kriett

"KAU" Geram Aldrick ketika melihat seseorang yang membuka pintu kamar itu

Belum sempat orang itu masuk ke dalam kamar Banny, Aldrick yang sudah geram itu pun langsung mendekati orang itu

BRAKKK

Aldrick langsung melayangkan tinju dengan sekuat-kuatnya kepada orang itu, sampai orang itu pun menabrak tembok di depan kamar Banny

Tidak selesai sampai disitu, Aldrick yang amarah nya sudah mendidih langsung mendekati nya lagi dan langsung memukuli orang itu terus-menerus

"Kak berhenti lah"
"Sudah ka, tenangkan diri Kaka"
Ucap Lin Dan Kai menahan aldrick agar berhenti memukuli Michael

"Tidak, masih belum cukup" berontak Aldrick, berusaha melepaskan diri

"Kaka tenanglah" ucap Lin

"Memukuli dia hanya akan membuang waktu dan energi Kaka, jadi berhentilah kak" ujar kai

Aldrick yang masih dipenuhi dengan amarah pun masih berusaha melepaskan dirinya dari Lin Dan Kai

"Banny juga pasti tidak mau kaka melakukan hal yang sia-sia seperti ini" ujar Lin

"Jadi berhentilah kak" kompak Lin Dan Kai

"Hahh" Hela nafas Aldrick

"Lepaskan" pinta Aldrick yang mulai tenang

Kai dan Lin pun melepaskan tangan mereka dari tubuh Aldrick

"Pergilah, kau tidak memiliki kepentingan lagi disini" ucap Aldrick

Michael pun hanya diam sambil menundukkan wajahnya, dia faham betul maksud dari Aldrick, dia memang sudah tidak memiliki kepentingan apapun di alam peri dan tidak ada alasan lagi bagi dirinya untuk tetap berada di alam peri

"Kak bolehkah aku melihat serpihan mutiara Banny untuk terakhir kalinya" lirih Michael

"Kumohon kak, aku tidak akan menyentuh mutiara Banny, aku hanya akan melihat dari jauh, jadi kumohon izinkan aku kak" mohon Michael

Aldrick pun sempat ragu untuk mengizinkan Michael melihat serpihan terakhir mutiara itu, namun dia tidak tega melihat Michael terus-terusan memohon pada dirinya

"Baiklah, aku pegang ucapanmu itu"

"Terimakasih kak" ujar Michael

Mereka pun masuk kembali ke kamar Banny dan sesuai yang diucapkan Michael, ia tidak mendekati serpihan mutiara itu, ia hanya memperhatikan mutiara itu dari jauh

'Dewa kehidupan, aku mohon bangkitkan Azura lagi'
'Kumohon hidupkan anak mu lagi'
'Aku harus meminta maaf pada nya'
'kumohon, izinkan aku bertemu dengannya lagi'
'kumohon' batin Michael terus-terusan memohon kepada sang dewa kehidupan

"Memangnya apa yang akan kau lakukan jika aku menghidupkan Azura kembali"

TIK

Pada detik itu juga waktu berhenti seketika, ruangan itu sunyi tanpa ada suara tangisan sama sekali

"Dewa Kehidupan" ucap Michael spontan

"Tugas anakku Azura sudah selesai disini, sudah waktunya dia kembali" ujar sang dewa kehidupan

"Apa aku bisa bertemu Azura lagi" pinta Michael

"Jika tidak bisa, bisakah anda membunuhku, aku tidak bisa menjalani hari-hari tanpa nya lagi" lanjutnya

"Tidak bisa, aku tidak akan bisa membunuhmu dan tidak ada alasan untuk membangkitkan Azura secepat ini, tunggulah dia bereinkarnasi lagi"

'Aku memang bodoh, kenapa aku meninggalkannya, kenapa aku tidak berada di sisinya, kenapa... kenapa...' batin Michael menyalahkan diri nya sendiri

"Kenapa kau begitu menginginkan Azura kembali" tanya sang dewa
.
.
.
.
.
"Karena aku membutuhkannya, aku akan selalu membutuhkan dia, aku berjanji akan selalu melindunginya".

Fairy Queen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang