Malam itu, setelah memastikan Banny peri telah tertidur lelap, Aldrick menyelipkan sebuah surat melalui celah pintu. Setelahnya, ia pergi ke aula.
🌻❄️
Di aula, para peri telah menantinya.
"Aldrick, apakah kau sudah siap?" tanya Aine.
"Aku sudah membeli apartemen di daerah XX," sahut Psyche.
"Ingat, Aldrick, kau hanya boleh menggunakan sihir dalam keadaan terdesak, dan itu pun hanya untuk melindungi manusia yang tertindas. Sebisa mungkin, jangan sampai kau menarik perhatian," Aine memperingatkan.
"Nak, Ibu pasti akan sangat merindukanmu. Kapan-kapan, kembalilah ke sini, ya," ucap Aurora seraya memeluk Aldrick.
"Itu pasti, Ibu," jawab Aldrick, membalas pelukan hangat Aurora.
"Baiklah, sekarang ayo masuk, Al," kata Aine.
Aldrick pun melangkah masuk ke dalam portal dan menghilang.
"Dia akan baik-baik saja, kan?" tanya Aurora gelisah.
"Tentu saja. Dia adalah anak yang kuat, Aurora," balas Psyche menenangkan.
"Sekarang, ayo kita kembali ke kamar masing-masing sebelum Banny peri bangun," ajak Aine.
❄️❄️
Ketika matahari mulai merangkak naik, cahayanya menembus jendela kamar Banny, membangunkannya dari tidur.
"Tuan Putri, aku menemukan surat di bawah pintu. Surat ini dari Pangeran Aldrick," kata Trinly sambil menyerahkan surat itu.
"Ungg... Kakak?" gumam Banny setengah sadar.
"Ya, Putri."
Banny duduk dan mulai membaca surat itu.
Banny, jika kau menemukan surat ini, berarti aku sudah pergi. Kurasa aku tak perlu mengkhawatirkanmu lagi, karena kau kini jauh lebih kuat dari aku, hahaha. Satu hal lagi, kau tidak perlu mencariku. Suatu hari nanti, kita pasti akan bertemu lagi. Byee...
Kakakmu yang menyayangimu 🌻
"Cih, isinya cuma omong kosong begini. Kupikir apa," desis Banny. Meski begitu, matanya mulai berkaca-kaca. Namun, ia berusaha menyangkal perasaannya.
'Seharusnya aku sudah terbiasa dengan ini semua,' batinnya.
Ia pun bersiap-siap pergi ke ruang makan. Sesampainya di meja makan, para peri terlihat keheranan dengan sikapnya.
"Banny, apa kau tidak merasa ada yang hilang?" tanya Aurora hati-hati.
"Oh, Kakak sudah pergi ya? Ya sudahlah, itu memang tugasnya," jawab Banny cuek sambil melanjutkan makannya.
"Apa kau tidak merasa sedih?" kali ini Psyche bertanya.
"Sedih? Kenapa harus sedih? Hal seperti ini sudah sering terjadi padaku," ucapnya enteng sambil mengambil cupcake dari meja.
"Bagaimana dengan kejadian tiga tahun lalu? Kau hampir membekukan seluruh istana peri waktu itu," goda Aine.
"Uhuk, uhuk! Sudahlah, jangan bahas itu lagi," balas Banny dengan wajah merah.
"Haha, baiklah, baiklah," Aine terkekeh kecil.
"Hmm, seperti yang kau tahu, sekarang kau sudah berusia 13 tahun. Dua tahun lagi, kau akan pergi ke akademi, dan..."
"Dan aku harus menyelamatkan orang-orang yang lemah, kan? Ya, ya, aku sudah tahu itu," sela Banny.
"Bukan hanya itu. Kau juga harus menyamar. Lebih tepatnya, kau harus menyembunyikan kekuatanmu. Kau hanya diperbolehkan menggunakan satu sihir saja," jelas Aine.
"Ya... terserah," jawab Banny dengan nada acuh.
![](https://img.wattpad.com/cover/325751906-288-k935172.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairy Queen
FantasyAku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas. Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...