[3] Suara Cempreng Laras

7.3K 94 0
                                    

'Sakit hatiku, hancur-hancurkan hatiku bagaikan tersayat sembiluh. Lama pacaran kau nikah dengan yang lain'

Suara itu berasal dari ruang tengah, Laras bernyanyi seperti orang gila dengan di pagi buta. Tanpa memikirkan suara musik yang digunakannya membuat seseorang yang sedang tertidur nyenyak harus terbangun dengan wajah yang amat kesal.

Reno yang masih tidur mendengar alunan musik yang amat keras terpaksa harus bangun dari tidur untuk mengecek pelaku yang berani menganguh tidurnya.

'Sayangku jangan halu, ku tahu dirimu halu. Kau pikir aku percaya, kau punya tipu daya'

Lanjut Laras dengan mengerakan tubuhnya kesana kemari mengikuti alunan musik. Tubuh seksinya bergoyang sangat menggoda, tanpa tahu seseorang berjalan ke arahnya dengan wajah yang ditekuk kesal.

'Hanya bisa----'

Click!

Nyanyian Laras seketika terhenti.

Reno mematikan TV dengan sedikit kasar, dia membalik tubuh menghadap istrinya.

"Apa sih Ayang! Pagi-pagi udah berisik aja," ucap Reno kesal.

Reno melangkah ke sofa menduduki sofa dengan lesu, wajahnya masih terlihat belum benar-benar terbangun. Laras yang tidak terima menghentak-hentakan kaki kesal menghadap Reno yang mengacuhkan dirinya setelah mematikan TV.

"Aa, kenapa TV ya, dimatiin sih?!" Laras merajuk berjalan ke arah Reno, duduk memunguti Reno.

"Ya, siapa suruh mengganggu orang lagi tidur," alasannya sambil menguap lebar.

"Udah jangan marah-marah terus nanti cepat tua lo! Emang mau wajahnya terli----" Ucapan Reno terhenti seketika saat Laras berbalik badan dengan mata tajam siap untuk melahapnya hidup-hidup.

'Salah gomong gue,' batin Reno was-was melihat ke arah Laras.

"Terus, kenapa kalau aku tua? A'a mau cari yang lebih muda?" ucapnya dengan wajah menghitam kerena marah.

Reno memundurkan tubuh saat Laras mulai memajukan tubuhnya.

"Nggak Ayang. Nggak!" Reno mengeleng-gelengkan kepala sambil terus mundur.

"Terus apa?" Laras semakin maju. Melihat suaminya ketakutan begitu membuatnya tertawa jahat dalam hati.

"Itu, itu ...."

Bug!

Kerena terus mundur-mundur ke belakang tanpa sadar tubuhnya sudah duduk menyamping di sofa, dan berakhir dengan dirinya sudah terjengkang di bawah. Laras tertawa melihat kelakuan Reno.

"Hahahaha, A'a! Rasakan itu A'a," ejek Laras sambil berdiri menjulang tertawa dengan kerasnya.

"Hahahaha ...."

"Ha-ha-ha-hahahh. Perutku sampai sakit gara-gara terlalu banyak ketawa," ucapnya sambil menggigit bibirnya untuk tidak tertawa lagi. Kasihan melihat suaminya yang wajahnya sudah tidak bisa diartikan lagi.

"Sabar-sabar cintaku."

Setelah mengucapkan itu Laras berlari terbirit-birit ke kamar takut kena amuk Reno. Sedangkan Reno hanya menatap kesal pusing melihat perangai istrinya tersebut.

'Awas aja bakal aku balas,' batin Reno tersenyum misterius.

Reno berjalan kembali ke kamar melihat ke sana ke sini ternyata Laras berada di dalam kamar mandi terdengar air dari dalam sana. Reno menunggu Laras selesai dengan ritual mandi mendi-nya, tidak beberapa Lama Laras keluar dengan handuk yang melilit tubuhnya.

Reno tersenyum.

"Apa? Jangan me'sum!" peringat Laras sambil berjalan ke arah lemari.

Laras melihat-lihat pakaian yang hendak di pakainya. Sebua rok yang panjangnya di bawah lutut, dan Laras masih kebingungan harus memakai baju apa supaya mecing. Reno yang berdiri di sampingnya mengambil baju yang berada pada lipatan terakhir, memberikan kepada Laras.

"Ini saja bagus."

Laras yang menerima baju itu hanya menganguk lalu memakainya, tidak terlalu buruk rok hitam baju putih cocok lah. Reno tersenyum-senyum sendiri melihat itu.

"Sekarang A'a pergi mandi! Aku akan menunggu di meja makan!" suruh Laras berjalan keluar dari kamar.

Reno masih tersenyum-senyum melihat punggung Laras yang menghilang di ambang pintu. Setelah Laras tidak terlihat lagi dirinya memasuki kamar mandi.

20 menit Reno keluar dengan pakaian formal, Reno berjalan keluar.

"A'a nanti jadikan les 'kan?" tanya Laras saat melihat Reno mulai duduk di kursi.

Reno yang mendengar itu menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkan dengan beratnya.

"Iya," jawabnya pasrah. Mana mungkin dia bisa menolak permintaan dari istri tercintanya.

"Makasih!" Reno hanya tersenyum paksa.

10 menit memakan makanannya Reno dan Laras siap untuk berangkat barang ke kampus. Mereka melangkah berbarengan. Setiba di luar rumah mereka memasuki mobil, mobil melaju dengan santai.

30 menit perjalan ke kampus, Reno memberhentikan Laras tidak jauh dari kampus. Tidak mungkin mereka keluar mobil berbarengan bisa-bisa rahasia pernikahan mereka menjadi bumerang.

Laras berjalan santai ke kampus setelah di turunkan Reno. Saat memasuki kampus semua mata memandang dengan senyum yang tertahan. Laras yang melihat itu agak risi kerena dilihat sedemikian rupa.

Laras terus berjalan memasuki kelasnya, duduk disampingnya Rani.

"Oh my Laras! Baju lo kenapa begini?" tanya Rani sedikit memekik tidak habis pikir.

Laras yang memang tidak tahu apa-apa menatap binggung sahabatnya itu, Rani yang ditatap begitu berdecak.

"Ckk, Laras. Itu baju lo kenapa ada tulisan 'I LOVE YOU RENO' kayaknya otak lo benar-benar geser!" ejek Laras dengan menyipitkan matanya.

"Apa! Lo bercanda 'kan?" ucapnya agak berteriak sok.

"Astaga Laras buat apa gue bohong. Kalau lo nggak percaya ayok balik badan lo!" perintah Rani sambil membalikan badan Laras paksa.

Cklek!

Sekali bidik Rani sudah bisa mengambil gambar belakang Laras.

"Ni lo lihat sendiri!" Rani menyerahkan henpone miliknya ke Laras.

Mata Laras melotot saat melihat tulisan dibelakang bajunya. Tulisan yang mengunakan huruf kapital semua hurufnya.

'I LOVE YOU RENO!'

Itulah tulisan yang membuat para mahasiswa lain tertawan menatapnya. Pantesan Reno memberikan baju ini untuknya ternyata suaminya inggin balas dendam. Rani yang melihat sahabatnya sok mengusap-usap pusing Laras untuk menenangkan.

"Yaudah sih Ras! Semuanya 'kan udah tahu lo suka sama Pak Reno, jadi nggak usah malu gitu," ucap Rani.

"T--apikan ...."

"Udahlah jangan dipikirkan, gimana kalau nanti siang kita jalan?" ajak Rani ingin menghibur sahabatnya.

"Nggak bisa gue ada les sama Pak Reno," ucap Laras sambil membenarkan rambut untuk menutupi tulisan di belakang bajunya.

"Apa! Lo les sama Pak Reno? Gimana bisa, Ras?" tanya Rani berteriak heboh membuat beberapa mahasiswa lain melihat mereka.

Tag!

"Awkk!"

"Lo bisa nggak, kalau gomong jangan teriak-teriak. Kita dilihatin!" peringat Laras kesal dengan temanya itu.

"Iya, iya de, maaf. Gue kan kaget! Gimana bisa Pak Reno mau ngajarin lo les?" tanya Rani sambil mengelus kepalanya yang dijitak Laras.

"Mudah aja! Gue tinggal mintak sama Pak Reno." Laras terlihat santai menjawab pertanyaan Rani.

"Lo nggak guna-guna Pak Reno buat ngajarin lo les kan, Ras?" bilang Rani dengan lancarnya.

"Ya nggak lah! Gue mana bisa pakai gituan," balas Laras.

"Syukur, ternyata teman gue masih waras," kata Rani sambil mengaminkan kerena temanya masih waras.

"Jadi? Selama ini lo anggap gue nggak waras, Ran?" tanya Laras dengan mata tajam.

"Dikit."

Pembicaraan mereka terhenti saat dosen mereka memasuki ruangan.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang