Pagi ini mereka masih terlihat bermusuhan, keduanya tidak mau mengalah atau sekedar menyapa, setelah kejadian tadi malam aksi diam antara keduanya semakin bertambah parah. Bahkan saat ini mereka sibuk sendiri, sang Mama Larasati yang melihat hanya bisa menepuk jidat.
Kelakuan mereka berdua sangat mirip dengan Larasati sewaktu muda, bahkan lebih parah lagi. Dulu sewaktu marah pada suaminya, Larasati mengancam akan memotong kebanggaan sang suami. Mengigat itu membuat wanita yang sudah terlihat tua itu tersenyum samar sedikit.
Larasati ....
Wanita ini melangkah mendekati sang anak, menepuk pelan pundak gadis itu membuat Laras sedikit kaget. Larasati ikut berjongkok menemani Laras menanam cabe kesayangan.
"Ada apa, Sayang?" tanya Larasati dengan ke ibu-ibuan.
Laras mendongkakkan kepala menatap di samping, sedangkan tangan sibuk pada anak cabe. Laras kembali fokus pada cabe ya.
"Ada apa, Sayang?" tanya sang Mama dengan sosok ke ibu-ibuan.
Laras mengeleng, walaupun jawabannya mengeleng Larasati pasti ada sesuatu yang tidak benar pada rumah tangga sang anak.
"Bo, kalau ada masalah itu dibicarakan baik-baik jangan diam-diam, nanti masalahnya tambah besar," nasehat sang Mama agar menyadarkan dua bucin tersebut.
"Ish! Ma, yang salah tuh A'a. Kenapa harus Laras yang minta maaf?!" kata Laras sedikit kesal.
Pasalnya yang bersalah di sini itu Reno bukan dia, siapa suruh punya mantan mana cantik disayang lagi, 'kan Laras cemburu.
"Mama nggak nyuruh kamu minta maaf, Mama kan nyuruh kamu sama Reno kalau ada masalah itu selesaikan dengan baik-baik," bilang sang Mama.
"Suruh A'a Reno aja! Kenapa harus Laras?!" Setelah mengatakan itu Laras tidak mempedulikan sang Mama lagi.
Sedangkan di tempatnya sekarang ada Reno yang sedang telponan dengan sang Mama.
[Ma! Reno tuh nggak tahu salah Reno di mana!] kesalahannya pasalnya sang Mama selalu menyalahkan dirinya.
[Pokoknya kalau kamu nggak baikan sama mantu Mama, awas aja kamu Ren! Bakal Mama bikin jadi rempeyek rebus!] ancam sang Mama terdengar sangat mengerikan.
Kecam segala mamanya, yang anaknya siapa sih di sini? Kenapa sang Mama tampak lebih sayang pada sang istri dari pada Reno sendiri. Memang istrinya mampu membuat sekitarnya merasa nyaman, sampai-sampai mamanya sendiri lebih membela sang istri.
"Astaga Mama, Reno jadi pusing. Sebenarnya waktu Reno sama Laras ke rumah Mama cerita apa sampai-sampai sepulang dari itu Laras kayak ayam lagi bertelur gitu,] ucap Reno tampak frustasi.
[Mama nggak cerita apa-apa ... ya, Tuhan, ya, Tuhan! Mama cerita tentang mantan kamu!] teriak sang Mama di sebrang sana yang mampu membuat Reno meradang sendiri.
[Astaga, Mama! Mama cerita apa aja?] tanya Reno dengan suara panik.
[Itu, Mama cerita kamu suka ngelus, ciuman, dan tidur sama mantan kamu.] Jawaban di sebrang sana mampu membuat otak Reno seketika terasa lumpuh.
[Mama! Mana ada gitu, pegang tangan aja Reno jijik gimana sampai tidur barang. Wong dulu gak sengaja difitnah.]
Ya, dulu gara-gara kepergok dalam kelas sama tuh cewek dia di fitnah pacaran, berhubungan nanggung, ya nggak enak dong udah difitnah gak dapat orangnya sekalian aja Reno pacarin aja.
[Yang Mama ceritain itu, mantan mu yang metong.] Sang Mama hanya cengengesan di sebrang sana.
[Sudah ku dugong ... Mama ngeselin!] Setelah mengatakan itu Reno mematikan teleponnya.
Reno bangkit dari duduknya, berjalan ke arah Laras dan Mama mertuanya.
Hap!
"Ma, pinjam Laras-nya sebentar, ya." Reno menyeret sang istri untuk ikut dengannya, lalu membawanya ke suatu tempat.
***
Wajah Laras semakin ditekuk saat melihat pemakaman kecil di depannya, sedangkan Reno hanya menahan tawa yang hampir tersembur keluar.
Aksi saling balas dendam keduanya terlupakan seketika, padahal tadi mereka saling memanaskan. Huhu!
"Jadi gimana? Masih kesal? Marah?" tanya Reno masih setia menahan tawa di bibirnya.
"A'a kok nggak bilang kalau itu kuncing!" Wajahnya semakin terlihat masam, hal itu malah membuat Reno ngemes.
"Salah siapa nggak nanya? Terus marah-marah nggak jelas sampai A'a makan aja dilarang!" ejek Reno membuat Laras menatapnya tidak suka.
"Ya, 'kan ...."
"Apa lagi? Apa lagi cintaku?" goda Reno yang malah mendapat tabokan sayang dari Laras.
"Gimana? Masih mau berkenalan sama dia?" Lagi-lagi Reno semakin menggoda Laras.
"Ish! A'a nggak seru, masa kenalan sama yang udah mati. Berarti Laras mati dulu baru bisa kenalan," katanya dengan bibir manyun.
"Hahah ... ya, nggak mati juga, Sayang! Kalau nggak bisa kenal sama induknya kamu kan bisa kenalan sama anak-anaknya," kata Reno membuat mata Laras langsung berbinar-binar.
"Wow, dia ada anak ya A'a?" Kagum Laras menatap sang suami.
"Ayok tengok!" ajak Laras menarik tangan sang suami.
Kerena tarikan itu membuat tubuh Reno yang jongkok berdiri seketika, mereka meninggalkan halaman belakang rumah tersebut masuk ke dalam rumah.
"Jadi benar dong A'a, A'a tidur sama dia?"
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomanceSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...