[78] Siapa Dia?

772 8 0
                                    

"Kok bisa sih, Ras?! Nggak menyangka gue sama lu .... hebat," ujar Rani bangga tertuju pada Laras.

Sambil menunjukkan dua jempol, Rani tak habis pikir jampi-jampi apa yang Laras kasih ke Reno sehingga bisa dinikahin, tampaknya Rani perlu belajar dari Laras biar sih Van ... ehm, hampir keceplosan.

Laras mengkode dengan jarinya yang di letakan pada bibirnya sendiri, ini lah yang Laras malasin, kalau sudah ketahuan begini dirinya yang merasa bersalah, kenapa segala kemarin Rani harus lewat segala kan jadi ketahuan.

"Lu bisa kecilkan suara lu!" Laras mencubit lengan Rani.

"Bisa berabe kalau ada yang denger, lu mau gue dikeroyok hidup-hidup, hah? Iya kalau cuma dikeroyok, kalau disembelih hidup-hidup gimana?" lanjutnya lagi.

Rani malah mengcengir tanpa dosa, yang ingin rasanya Laras ketok kepalanya pakai sendok yang dia pegang, biar Rani waras dikit. Bahkan untuk berbicara saja Laras menunduk ke arah Rani supaya tak kedengaran orang-orang, lah ini Rani seenaknya bercucap tanpa saringan.

"Hehe ... maaf, Ras! Habisnya gue senang bangat akhirnya lu bisa dapatin Pak Reno dengan menikahi Dosen ganteng itu," ucap Rani beralasan tak ingin dimarahin.

"Apa? Menikahi Pak Reno?"

Vano datang entah dari mana, lalu menatap Rani dan Laras bergantian untuk meminta jawaban, dan tak ada jawaban dari keduanya, tampak Laras dan Rani yang saling memandang.

"Ayok bilang sama gue siapa yang nikahin Pak Reno?" Vano kembali berucap.

Kedua wanita itu seperti dialiri listrik tegangan tinggi tak bisa bergerak di tempatnya duduk, namun detik berikutnya Rani menepuk pundak Vano cukup kencang.

Plug!

"Itu sih Laras mimpi nikahin Pak Reno, Ha-ha ... lucu kan?" Rani tersenyum hambar begitu juga dengan Laras di depannya.

"Iya." Kemudian lanjut memasukkan bakso ke dalam mulutnya. Rasanya bakso yang Laras makan sulit untuk dikunyah.

Vano tampak diam memandang keduanya, tak lupa wajah yang tampaknya tak percaya dengan ucapan keduanya, serta alis terangkat satu meter ke atas.

Sedemikian detik berikutnya ....

Plug!

"Ras–Ras, ada-ada aja lu. Tiati ya nanti Pak Reno dengar bisa diskors lu, kayak gue gak bisa masuk lagi jam pelajaran ya ... uhm, mending lu mimpiin gue deh dari pada dia!"

Saran menyesatkan itu malah membuat Vano mendapatkan tarikan kuat di telinganya, pelakunya tentu saja kalian tahu, siapa lagi kalau bukan Rani, sedang Laras hanya jadi penonton perkelahian keduanya.

Namun, kegaduhan antara Vano dan Rani terhenti saat sebuah kerumunan di depan mading membuat mereka saling pandang, seolah tahu apa yang dipikirkan masing-masing ketiganya kompak menegakan tubuh, lalu melangkah mendekati kerumunan.

Langkah mereka semakin dekat, dan semakin banyak juga yang berada datangan. Setelah sampai di kerumunan ketiganya memaksa untuk masuk meski berdesakan, dan untungnya ada Vano yang mendorong-dorong orang-orang itu.

[Dosen sok dingin bernama Reno Bagaskara harap dikeluarkan dari kampus, alasan kerena menikahi salah satu mahasiswi ya! Siapa yang setuju nanti siang kumpul di halaman kampus, kita demo!]

Itulah yang tertera di sana, tampaknya itu bukan dari Dosen di kampus, melainkan ada mahasiswa iseng yang melakukannya.

'Cih! Kekanakan, apa masalahnya menikah dengan mahasiswi sendiri? Perasaan kan tak ada yang bisa larang.' Laras mengomeli dalam hati.

Dan, untungnya tak ada foto atau semacamnya sebagi bukti, siapa orang iseng yang menyebarkan berita ini? Laras akan beri pelajaran orang tersebut, namun bukan itu yang harus dia urus sekarang. Melainkan Reno, Reno tak boleh tahu.

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang