[70] Reno Saat Mabuk

1.1K 7 0
                                    

Mata Reno rabun-rabun, jadi tak nampak jelas Laras di depannya. Dengan kesusahan menyingkirkan Laras dari tubuh, lalu beranjak dari ranjang berjalan sempoyongan.

Dan ....

Brung!

Reno terjatuh dengan posisi menelungkup, pasti hidung mancung dan wajah tampannya sedikit terluka. Reno kembali bangun, berusaha melangkah lagi. Entah kenapa pintu di depannya berasa jadi tiga, akhirnya Reno memilih yang paling kanan, dan yang terjadi Reno malah menabrak tembok cukup kencang.

Tubuh besar Reno terhuyung kebelakang, lagi-lagi wajah dan hidungnya jadi korban perbuatannya.

Laras yang masih setia berbaring di atas ranjang, hanya diam menyaksikan semua pergerakan Reno, tanpa ingin membantu sang suami, salah sendiri kenapa keras kepala segala, 'kan jadinya begitu.

Laras masih kesal pada Reno, berani-beraninya laki-laki itu tadi bersama wanita lain, disaat dirinya merasa bersalah dan terus mencarinya di rumah. Reno malah pergi bersenang-senang ke bar.

Laras kembali fokus, melihat sekarang Reno sudah kembali berusaha membuka pintu, dan laki-laki itu berhasil untuk membuka. Reno melangkah keluar masih dengan kondisi sempoyongan, sampai pada tangga Laras beranjak dari ranjang secepat kilat.

"Awas, A'a!" pekik Laras memegang satu tangan Reno.

"Huem." Reno malah menyentak tangannya dari pegangan Laras.

Laras memaksa menuntut Reno untuk turun, sudah sampai pada beberapa tangga, dan tinggal dua tangan lagi Reno malah kembali berulah.

Reno mengerakkan seluruh tubuhnya yang berusaha melepas diri dari Laras, bahkan dia juga mengunakan kaki menendang tempurung kaki Laras sedikit keras.

Laras yang merasa kesakitan merasa kesal, niat ingin membantu malah dibeginikan oleh Reno, Laras melepas genggamannya pada Reno, lalu membiarkan laki-laki itu melangkah sendiri ke bawah. Jatuh dari sini menurut Laras tak sakit-sakit bangat, kecuali kalau dari atas tadi bisa-bisa Laras jadi janda kembang.

Brung!

Benar saja tubuh Reno menggelinding, dan mendarat di lantai dengan etisnya, bukan membantu Laras malah bersorak di belakang.

"Aduh ...," ringgis Reno berusaha bangun, memegang pinggang terasa ingin patah saja.

Walaupun dalam kondisi mabuk, jatuh ini cukup membuat dirinya kesakitan, apalagi kepalanya bertambah mendengung tak enak.

Laras kasihan akhirnya membantu Reno, memapah laki-laki itu menuju sofa, sesampai di sofa Laras melepas pegangannya membuat Reno kembali tersungkur, untung saja kali ini tersungkurnya di sofa yang cukup empuk saat bersentuhan dengan tubuh Reno yang keras.

Laras membiarkan Reno berbaring, sambil tutup mata, dia mengambil duduk di ujung kaki Reno, melihat Reno yang meracau dan mengeluarkan ekspresi begitu membuat Laras mengelus perutnya.

"Sayang, apa nanti kamu akan sama seperti Deddy mu ini?" menolok Laras pada bayi yang belum tubuh di perut.

Laras tersenyum sendiri mengigat ucapannya pada bayi dalam perut, dia tak sabar untuk memberi tahu Reno, ingin melihat reaksi laki-laki itu, apakah bahagia atau malah sebaliknya. Laras harap yang baik-baik saja nanti yang Reno bilang.

"Baik-baik di sana ya, Sayang," bisik Laras pada bayinya.

"Apa?!"

Tiba-tiba saja Elena muncul dari tangga bersama sang suami, keduanya tampak terkejut dengan apa yang Laras katakan, Elena berserta suami melangkah cepat menuju Laras, sesampai di depan Laras Elena mengambil tempat, duduk di samping menantunya itu.

Hal itu malah membuat Laras bergeser untuk memberi Elena tempat duduk, malah Laras jadi menduduki kaki Reno, sedikit tak enak rasanya duduk di kaki Laras.

"Sejak kapan, Sayang?" tanya Elena sambil memegang tangan Laras.

"Tadi sore, Ma, Kak Alvin yang memeriksa," jelas Laras pada sang Mama mertua.

Elena terkagum-kagum, membawa Laras berdiri, lalu bersorak-sorak bergembira yang Laras ikuti juga, melonjak senang atas kabar kehamilan yang secara tiba-tiba.

"Udah, Ma, jangan ajak mantanmu jadi monkey, ingat mantuku lagi hamil," peringat Anton melihat kelakuan mantunya dan istrinya yang seperti orang utan.

Elena yang lupa segera berhenti, membawa Laras duduk, sekarang bukan duduk di sofa yang sama dengan Reno lagi, melainkan sofa lain yang cukup dekat dengan mereka.

Laras melihat Mama mertuanya yang sangat bahagia atas kabar kehamilan dirinya, memang inilah yang Elena tunggu-tunggu selama ini, mendengar ada yang akan memanggilnya Nenek.

Elena yang membayangkan itu sudah tak sabar untuk melihat cucunya lahir ke atas dunia ini.

"Mama lupa, kita harus beritahu Mama sama papamu, Sayang. Ayok pergi kasih tahu mereka!" Elena kembali berdiri sambil menarik Laras mengikutinya.

"Tu-tunggu, Ma." Laras melihat ke arah Reno.

Elena yang tahu apa yang mantunya pikirkan segera membuka suara. "Tenang saja, Sayang, suamimu nggak bakal hilang." Menatap sang suami.

"Papa, jaga Reno di rumah ya, jangan sampai ilang!" perintah Elena pada suaminya yang masih berdiri di tempatnya.

Anton yang juga ingin ikut hanya bisa mengangguk pasrah, setelah selesai dan tak ada yang perlu dikuatirkan Laras dan Elena segera meninggalkan rumah menuju rumah Larasati.

Anton yang masih di sana mengambil duduk di bawah kaki Reno, melihat sang anak yang terlihat aneh, Anton berniat untuk membangun Reno dengan mengerakkan kaki anaknya.

"Reno, bangun!"

Tak ada jawaban, Reno masih setia menutup mata, tak menghiraukan ucapan sang Papa.

"Bangun, bangun, Ren ... tidur di kamar sana!" ucap Anton lagi yang sudah membangunkan tubuhnya setengah.

Dan, apa yang terjadi?

Brung!

Reno malah menendang kaki sang Papa dengan kakinya.

"A'su, dasar anak kambing!" maki Anton pada sang anak.

"Heum."

Plak!

Anton malah membalas dengan menampar pan'tat Reno, hal itu malah membuat Reno berbalik menghadap sofa, bukanya merasa terganggu atas tamparan Anton, Reno malah merasa semakin nyeyak, malahan tamparan Anton seperti elusan yang membuatnya semakin nyaman dalam tidur.

Dengan paksa Anton mengangkat Reno, meletakan di bahunya, lalu memapah Reno ke kamarnya, dia malas harus menunggu Reno yang entah kapan akan terbangun.

Langkah demi langkah akhir sampai juga Anton membawa Reno ke kamarnya, Anton menjatuhkan Reno di ranjang, lalu membenarkan tubuh Reno, terakhir Anton menyelimuti Reno dengan selimut tebalnya.

"Berat juga kamu ya, Ren ... banyak dosa kayaknya kamu," bilang Anton pada sang anak, Reno. Dan, kembali mendapatkan jawaban sebuah deheman.

Setelah memastikan Reno merasa aman, Anton segera meninggalkan kamar Reno, tak lupa menutup pintu kamar itu sebelum benar-benar pergi menghilang.

***

"Apa?! Siapa hamil? Anton hamilin siapa lagi?!" Larasati terlihat sok mendengar ucapan besannya ini.

Sedangkan Elena, Laras, dan suami Larasati merasa tersakiti mendengar suara cempreng Larasati.

"Boh, ya nggak usah teriak-teriak juga, Larasati!" peringat sang suami menakan ucapannya pas di nama Larasati.

Larasati menyenggir kuda atas peringatan dari sang suami, dia kan teramat sok tadi.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang