[79] Berjalannya Waktu

779 11 0
                                    

Hari berganti bulan, kini sudah memasuki akhir-akhir sidang Laras, wanita itu sekarang sangat berusaha keras agar bisa lolos, terutama lolos dari Dosen tua yang jadi pembimbing dirinya, kerena Dosen itu benar-benar menyulitkan Laras.

Kejadian beberapa bulan lalu sudah jelas pelakunya, mereka adalah dari beberapa rombong anak laki-laki yang tak menyukai Reno, Reno juga sudah mengurus masalah itu, meski kembali menyembuhkan sampai sidangnya benar-benar lolos.

Entah kedepannya Reno akan memberi tahu Laras tak peduli, laki-laki itu meminta dirinya untuk tetap fokus pada skripsi yang sedang Laras buat sekarang.

Laras kembali memijat pelipis disaat tak menemukan ide, posisinya sekarang berada di atas ranjang bersama leptop kesayangan. Bersandar di kepala ranjang, lalu melihat seseorang yang masuk ke dalam kamar sambil membawa beberapa cemilan dan teh hangat.

"Jangan dipaksa, ini minum dulu biar kepala kamu rileks," ucap Reno sembari meletakan cangkir teh dan cemilan yang dia bawah di atas meja kecil samping ranjang.

Laras tak mengindahkan ucapan Reno, ia malah kembali melanjut merevisi proposal yang salah.

Ini sudah sekian kalinya Laras melakukan revisi, Dosen tua itu tampaknya sengaja menjebak dirinya agar berlama-lama di kampus. Padahal beberapa Minggu lagi mereka akan wisuda ... ais!

Terasa pergerakan pelan di sampingnya, tentu saja pelakunya sang suami emang siapa lagi.

"Berbalik! Biar A'a pijit!" perintah Reno, Laras mengangkat kepala.

Selanjutnya menurut perkataan sang suami untuk berbalik, dengan lembut tangan besar itu mulai memijat pundak Laras, Laras yang tadi ingin melanjutkan kerjanya jadi terhenti dan malah menikmati pijitan Reno.

Tanpa sadar wanita itu menyandarkan kepalanya pada dada depan Reno, dengan mata yang tiba-tiba terpejam sejenak.

"Pusing," sebutnya mengadu pada sang suami tercinta.

Reno yang masih posisi memijit beralih memeluk pinggang Laras, membawa tubuh sang istri semakin menempel padanya. Lalu mendekatkan bibirnya pada telinga sang istri.

"Makanya jangan dipaksa, Sayang," balas Reno berbisik pada Laras.

"Ish! Laras kesel lo A'a, gara-gara Dosen tua itu Laras belum kelar-kelar juga, seharunya sekarang Laras udah free, ini malah masih sibuk sama ini." Laras mencurahkan isi hatinya.

Leptop yang ada di depan kini sudah mulai meredup, sedangkan sang milik malah sibuk pelukan.

"Makanya jangan suka cari masalah sama Dosen, Yang, 'kan jadi kualat kamunya," tegur Reno.

Tangan Reno secara pelan mengusap perut Laras yang sudah membesar, usia kandungan Laras sudah masuk delapan bulan, dan sekarang bulan terakhir di tahun ini, maka bulan besok genap sudah delapan bulannya.

Meskipun begitu tak ada yang tahu kecuali orang-orang terdekat mereka, Reno juga malas untuk memberi tahu sekarang, takut ada pembicaraan kurang baik di belakang mereka nantinya, lebih baik tunggu sebentar.

Laras tak terima disalahkan. "Ais! Laras itu anak baik asal A'a tahu ya, jadi jangan tuduh Laras yang bukan-bukan dong!" peringat Laras.

Reno terkekeh. "Mana ada anak baik yang ngelempar dosennya sendiri, apa lagi sampai dosennya pingsan." Reno kembali mengungkit kejadian yang menghebohkan satu kampus.

'Masih saja masalah itu,' gerutu Laras dalam hati.

Dia memang bersalah, gara-gara tak berhati-hati saat dulu mengejar Rani malah dia melemparkan sepatunya tepat di kepala dosennya sendiri, membuat itu dosen pingsan seketika. Padahal menurut Laras nggak sakit, dosennya aja yang lebay.

Kampus jadi heboh, dan dia dipanggil. Untung saja dia selamat, dengan berbagai alasan dan bantuan dari temanya yang lain, yang membela Laras, berakhir hanya meminta maaf.

Namun, ia tak menyangka harus dipertemukan sebagai pembimbing skripsinya, Dosen tersebut tampaknya sengaja ingin balas dendam.

"Aku gambek sama A'a," ujarnya melepas paksa tangan Reno di pinggangnya.

Melangkah bersama leptop menuju balkon kamar, namun langsung dihentikan oleh Reno kerena menurut laki-laki itu angin malam sangat tak baik bagi kehamilan Laras.

Laras yang baru di depan pintu menuju balkon terhenti saat suara Reno mendominasi ruangan, ia kembali dengan kaki yang dihentikan.  Lalu kembali duduk di atas ranjang.

Reno yang melihat itu tersenyum kecil, istri penurut.

"Apa senyum-senyum?!" berang Laras pura-pura marah.

Kembali bersandar di kepala ranjang, dan kembali fokus pada leptop, sesekali ia mencicipi atau meminum teh yang Reno buat, kan sayang kalau diangguran.

Lambat laun jam berganti, menunjukan angka 12:00 wib, Laras pun sudah tertidur dengan posisi masih memangku leptonya, sedangkan Reno yang tadi berali menyelesaikan tugasnya melepas kacamata yang bersenger di telinga.

Meletakan beberapa berkas di pangkuan di dalam laci, lalu beralih menjauhkan leptop Laras, membernarkan tidur wanita itu. Setelahnya Reno menuju meja belajar Laras, bersama leptop sang istri. Masih sama, dia lah yang akhirnya yang harus melanjutkan kerja Laras.

Reno memeriksa setiap yang Laras ketika, takut-takut kalau ada salah, setelah membaik beberapa Reno melanjutkan untuk memeriksa, sebenarnya ini dia juga yang bantu buat, dan lihat yang salah banyak bukan di bagiannya melainkan bagian yang Laras ketik.

Mengamati setiap inci, setelah sampai bawah Reno kembali mengulang, dah seperkian detik merasa tak ada lagi yang harus dia benarkah Reno meng-ngeseve file tersebut, lalu menutup leptop Laras, padahal gampang kenapa Laras malah bikin ini jadi lama?

'Dasar!'

Sambil melirik Laras yang sudah tertidur nyenyak di atas tempat tidurnya, Reno melangkah mendekat. Merebahkan tubuhnya di samping sang istri, dan ikut ke alam mimpi.

"Selamat malam istriku!"

Cup!

Setelah mengatakan itu dan mengecup kepala Laras Reno memejamkan matanya, posisi mereka saling berhadapan.

Tak terasa baru saja menutup mata sinar matahari menerobos, membuat Laras yang sedang tertidur nyenyak merasa terganggu, dia menutupi kepala dengan selimut.

Namun, selanjutnya dia berteriak panik sambil bangun dari tidur.

"Omg ... Laras ketiduran!" pekik Laras mencari leptonya.

Wanita itu belum sadar kalau hari sudah menunjukkan pukul tujuh.

"Leptop mana? Leptop?" Laras menyingkap selimut, mengobrak ambrik ranjang, bahkan Laras juga menyingkap baju celana Reno barang kali berada di sana.

"Kenapa sih, Yang?! Ribut-ribut pagi begini," kesal Reno pasalnya tubuh Reno terasa dingin.

Laras tak menghiraukan, dia sibuk mencari leptonya, saat tak menemukannya Laras menarik rambutnya frustasi.

Reno bangun, mendudukkan tubuhnya sambil mengucek-gucek matanya untuk menyesuaikan dengan cahaya kamarnya.

"Cari apa?" tanya Reno yang bingung melihat sang istri.

"Leptop ku mana?" Laras langsung bersimpuh di depan Reno, membuat Reno tercengang pasalnya Laras menatapnya dengan raut wajah yang minta dikasihani.

"Leptop Laras mana?!" Sambil mengepalkan kedua tangannya di depan wajah Reno, semakin mendramatisir keadaan.

Reno memberitahu dengan menunjuk ke arah meja belajar, tanpa kata wanita itu langsung turun dari ranjang, Reno hanya melihat Laras yang tampak kesulitan kerena perutnya yang sudah membesar.

"Sungguh pagi yang menguras esmosi!"

Bersambung...

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang