"Ish! A'a tukang tipu, tak nak percaya sama A'a lagi!" Lagi-lagi Laras menggerutu kereta ditipu Reno, wajahnya tambah cemberut ketika tadi dengan gampangnya Reno berucap. 'Aku antar kamu ke rumah Mama ya, A'a ada urusan penting sebentar!' emangnya apa yang mau dilihat di rumah Mama?! Dasar! Suami nyebelin.
Mama Reno yang melihat wajah mantu satu-satunya terlihat tidak bahagia mencoba mendekati Laras, menepuk pelan pundak gadis itu yang sedang mengiris-iris bawang merah.
"Bawangnya jahat ya, Sayang?" tanya Mama begitu lembut.
Laras berbalik, dengan menghapus air matanya. "Nggak kok, Ma. Tenang, Ma! Ini cuma bawang bukan hati Laras," ucapnya ngawur, sang Mama malah mengelus kepalanya sayang.
Dengan senyum yang tersungging di sudut pipinya menjawab. "Yakin Sayang? Bukan si biang kerok itukan yang buat kamu nangis?" Laras tahu siapa yang dibilang Mama, siapa lagi kalau bukan Reno anaknya.
"Nggak, Ma, A'a Reno mah nggak pernah bikin salah," ucapnya percaya diri, walaupun kenyataannya sekarang yang menyebabkan Laras cemberut itu adalah Reno.
"Yakin, nih? Tuh kenapa ponselnya nggak diangkat?" kata sang Mama dengan tawa kecil yang disembunyikan.
Laras langsung melihat ponselnya yang tergeletak tidak jauh darinya, lalu menatap sang Mama dengan wajah menyengir tanpa dosa sedikitpun yang membuat sang Mama mengeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir dengan Laras.
"Heheh ... nggak kedengaran, Ma," katanya dengan tawa canggung.
Laras mengambil ponselnya, lalu menekan ikon hijau yang langsung menyambungkan dirinya dengan Reno di seberang sana.
[Yang, A'a kayaknya pulang telat, kamu di rumah Mama aja dulu! Jangan pulang sembarangan nanti diculik orang!] bilang Reno yang berada di sebrang sana.
[Sekalian nggak usah pulang, biar Laras cari suami baru!] balas Laras dengan kata-kata mematikan.
"Huft ... punya istri gini amat," gumam Reno di sebrang sana.
[Jangan gitu, Yang! Kamu tahu kan suamimu ini idaman Mak, Mak, sama wanita muda di luar sana,] ujarnya dengan bangga.
[Tuh, 'kan! A'a ngeselin ...!]
Tuttt ... tuttt....
Panggilan langsung Laras matikan tanpa membiarkan Reno menjawab, sedangkan seseorang di lain tempat hanya bisa menarik napas sabar dengan perlakuan istri kecilnya ini. Eh, bukan istri kecil Laras kan sudah kuliah bulan kecil lagi umur-umur segitu.
"Kamu sama kayak mantan Reno ya, Sayang," kata sang Mama tiba-tiba berucap begitu.
Laras langsung tertarik untuk mendengarkan lebih jelas lagi mengenai mantan suaminya itu, kerena setiap kali bertanya Reno pasti jawab itu masa lalu yang nggak perlu diketahui. Padahal Laras penasaran setengah mati.
Laras yang tadi sedang memotong bawang menggeser tubuhnya sedikit ke dekat Mama mertuanya. Hal itu malah membuat sang Mama tersenyum kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya merasa Laras itu sangat lucu sangat mirip dengan mantan Reno.
"Mantanya A'a Reno cantik ya, Ma?" tanya Laras berusaha mengorek informasi dari sang Mama mertua.
Mama tampak manggut-manggut membenarkan ucapan Laras, membuat Laras tiba-tiba saja kesal dengan sendirinya. Entah kenapa dia tidak suka Mama mertuanya memuji wanita lain di depannya, apa lagi itu mantan Reno.
"Ya, Sayang! Di antara banyaknya mantan-mantan Reno, mantan terakhir sebelum nikah sama kamu menurut Mama yang cantik sih!" bilang Mama begitu muda tidak mengetahui isi hati yang sekarang ingin mengecek wanita itu.
"Kalau boleh tahu kenapa A'a Reno sama wanita itu nggak nikah aja dulu, Ma?! Kenapa malah Mama menjodohkan A'a Reno dengan Laras?!" tanya Laras meski ada sakit saat mengatakan itu, bagaimana tidak sakit jika pertanyaan begitu?
Sang Mama tampak sedang manggut-manggut kecil sebentar sebelum kembali menjawab pertanyaan Laras.
"Mereka tidak akan bisa menikah, Sayang. Dan, juga wanita itu lebih memilih pergi sama jantan lain, Sayang ...." Mama menjedah sedikit ucapannya ada rasa sakit juga yang dia rasakan pasalnya dia juga ikut menyayangi wanita itu.
Laras merasa sedikit kasihan atas percintaan suaminya, walaupun rasa senangnya melebihi rasa kasihan ya. "Kasihan bangat A'a Reno ya, harus menikah dengan orang yang tidak dia cintai!" katanya dengan wajah sok-sok kasihan padahal hatinya berteriak senang atas apa yang menimpa Reno.
"Kamu tahu Reno itu sering elus-elus kepala sama cubit pipi ya," bilang Mama, hatinya seketika panas tidak ingin mengetahui lebih dalam lagi, segini saja sudah memakan Laras apa lagi kalau tahu hal-hal apa saja yang Reno lakukan dengan wanita itu.
"Reno sering tidur sama dia!" Perkataan Mama mertuanya sekali ini berhasil melebarkan bola-bola mata Laras.
"Yasudah, Ma, kita lanjut masak-masak aja!"
5 jam kemudian!
Reno datang dari pintu dengan wajah lesuh, saat melihat Laras yang sedang duduk santai di depan televisi Reno melangkahkan kakinya mendekati Laras, saat sudah berada di samping wanita itu hendak memeluknya Laras malah menolak dengan berkata.
"Badan A'a bau! Jangan peluk-peluk," katanya yang langsung memberhenti gerak tangan Reno.
"Nggak bau kok," jawabnya setelah mengendus-endus tubuhnya sendiri.
"Yaudah ayok pulang!" ajak Reno yang langsung dapat respon berdiri dari Laras pertanda setuju.
Sebelum pulang mereka sempat berpamitan dan sedikit aksi cipiki-cipiki antar wanita setelahnya mereka keluar dan memasuki mobil.
Dalam perjalan tidak ada percakapan antara mereka, Laras yang sibuk dengan kegiatannya sedangkan Reno yang fokus pada jalan meski sesekali melirik istrinya tampak ada yang aneh menurut Reno! Aneh saja Laras diam begini biasanya seperti cacing kepanasan gomong ini itu.
Hap!
"Jangan pegang!" pekik Laras, mampu membuat Reno kaget, padahal Reno hanya mengambil tisu di pertengahan mereka kenapa reaksi Laras begitu bangat.
"Tisu," bilang Reno sambil mengangkat tisu yang sudah ia ambil.
Laras hanya acu saja, kembali lagi aksi diam antara mereka, kerena hari sudah hampir jam 8 malam sudah seharusnya mereka di rumah, sekarang mereka malah masih di mobil.
Sesampainya di rumah Laras langsung turun tanpa menunggu Reno, Reno berusaha mengejar sesamanya di depan pintu kamar Laras berbalik dengan wajah biasa.
"A'a! Tidur di luar, Laras nggak suka sama bau badan A'a!"
Brak!
Pintu ditutup dengan keras membuat Reno meringis sedikit.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomanceSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...