[4] Air Mata Laras

3.8K 68 0
                                    

"Yang, udah dong! Jangan marah lagi ya!" Rengekan Reno suaminya membuat Laras tertawa di dalam hati.

Sehabis kelasnya di kampus Laras langsung pulang dengan menaiki taksi, dia sengaja pulang sendiri biar suaminya Reno merasa khawatir mencari keberadaan. Dan, sekarang berakhir mereka di sofa rumahnya dengan Reno yang selonjoran sambil memegang kaki Laras untuk meminta maaf.

"Yang! A'a minta maaf ya," rengek Reno lagi sambil menempatkan kepalanya di pangkuan Laras.

Laras yang memang kesal kerena dikerjain oleh Reno biar untuk membalas suaminya itu, dengan cara mendiamkannya untuk beberapa menit kalau bisa beberapa jam lah. Apa yang suaminya lakukan benar-benar membuat dirinya malu sekali. Bagaimana tidak malu seisi kampus menertawakan dirinya hanya kerena tulisan sialan di punggungnya.

"Apa sih A'a! Awas, pergi sana A'a. Kepala A'a berat!" kesal Laras sambil mendorong kepala Reno di pangkuannya.

Reno menekuk mukanya, Laras yang melihat itu ingin mencubit Reno sekarang. Tapi, ingatkan Laras lagi membalas perlakuan jahil suaminya, biar sedikit kapok dan tidak lagi berani mengusilinya.

Reno tidak habis ide agar istrinya itu memaafkan kesalahannya. Reno kembali meletakan kepalanya di pangkuan Laras, dan kembali di dorong Laras lagi. Reno lagi-lagi berusaha untuk meletakan kepalanya di atas pangkuan Laras meski akan lagi mendapatkan dorongan.

"Makanya Maafin dulu, baru A'a menyingkir," ujarnya berusaha untuk menegosiasikan dengan Laras.

"Nggak!"

Kekukuhan Laras tidak akan tergoyahkan hanya mendengar rengekan suaminya.

"Yaudah de kalau nggak mau maafin." Reno pasrah sekarang.

Laras yang merasa kurang yakin dengan ucapan suaminya mencoba untuk mengangkat kepala Reno di pangkuannya. Menatap dengan seksama apakah ada kebohongan, Reno memundurkan tubuhnya enggak untuk berdekatan lagi dengan Laras.

"Baguslah kalau gitu," ucap Laras polos yang semakin membuat Reno kesal.

Reno membangunkan tubuhnya, melangkah lebar meningkatkan Laras.

"A'a! A'a mau kemana?" teriak Laras kencang saat suaminya semakin cepat berjalan.

Tidak ada jawaban dari Reno, Laras yang merasa khawatir dengan segera menyusul suaminya. Ginini kalau suaminya kalau udah gambek susah untuk di pujuk, niat untuk balas dendam malahan suaminya yang jadi gambek padanya.

"Mau apa?" tanya Reno saat tepat di depan kamar mandi, tangannya memegang kenop pintu siap untuk membuka. Namun, pergerakannya terhenti karena ujung bajunya di tarik Laras dari belakang.

"A'a marah ya sama aku?" tanya Laras sambil masih memegang ujung baju Reno.

"Nggak."

Reno melepaskan tangan Laras dari bajunya, lalu memasuki kamar mandi. Laras yang masih belum menyerah mengikuti suaminya dari belakang. Setelah masuk Reno berbalik menghadap Laras.

"Kenapa masuk? Mau menemanin aku mandi?" ucapnya dengan dingin. Laras yang mendengar itu bergedik, lalu memilih untuk keluar dari kamar mandi membiarkan suaminya selesai dalam sana.

Brak!

Pintu kamar mandi di tutup Reno kasar, membuat Laras kaget akan itu. Laras mengusap-usap dadanya.

"Astaga, dia benar-benar marah kayaknya," ujar Laras yang masih berdiri di depan pintu.

Laras menunggu Reno untuk keluar dari kamar mandi, namun tidak juga kunjung keluar. Kaki Laras merasa sakit kerena kelamaan berdiri di depan kamar mandinya. Sedangkan di dalam kamar mandi Reno sedang tertawa jahat karena sudah bisa kembali membalas istri jahilnya.

"Dua, satu. Sayang," ucap Reno kerena merasa menang.

Reno menatap ke cermin sebelum keluar dari kamar mandi, dirinya harus kembali memasang ekspresi dingin supaya Laras semakin tertipu dengannya. Reno keluar dengan wajah yang sekarang semakin dingin dibuatnya.

"Aa, ayok katanya mau ngajarin aku les," ajak Laras sambil tersenyum manis, berharap suaminya luluh.

Reno hanya diam, berjalan ke arah sofa kembali, dan diikuti Laras dari belakang. Laras akan melakukan satu cara lagi, kalau nggak berhasil juga dia menyerah. Laras ikut mendudukkan tubuhnya di samping Reno.

Laras memegang tangan Reno, Reno tetap diam meski sudah di rayu oleh istrinya itu. Laras mencium tangan suaminya sayang. Reno yang melihat seketika darahnya berdesir saat bibir Laras bersentuhan dengan kulitnya.

'Lembut' itulah yang Reno rasakan. Reno otak mesum kumat.

"Maafin aku ya!" minta Laras dengan senyum semakin di manis-maniskan.

Tetap saja sama, Reno tetap diam dengan bibir yang tertutup rapat. Laras yang melihat itu berdiri dengan marah, menatap suaminya mulai menantang dan berkaca-kaca siap untuk menangis. Namun, dengan sekuat tenaga Laras tahan, dirinya tidak ingin menangis di depan Reno. Itu memalukan menurut Laras.

"Yaudah kalau nggak mau maafin," ujar Laras kemudian berjalan meninggalkan Reno sendirian.

Reno yang melihat itu mengaruk kepala yang tidak gatal. Kayaknya istrinya itu kesal terhadap dirinya. Reno menyusul Laras yang berjalan ke kamar, saat memasuki kamar dirinya tidak melihat keberadaan Laras.

"Yang!" pangil Reno celiguk celiguk.

Tidak ada jawaban dari Laras.

"Yang!" pangil Reno lagi dengan agak kencang kali ini.

Masih tetap tidak ada jawaban hanya ada kesunyian di kamarnya dan Laras.

"Yang, Laras! Kamu dimana? Jangan sembunyi Ayang!" teriak Reno mencari ke sana ke sini, memeriksa kamar mandi tetap tidak ada. Laras tetap tidak ada di dalam kamar.

Asik mondar-mandir kesana ke mari, Reno mendengar suara isak tangis yang berasal dari arah balkon. Reno memeriksa kesana, mana tahu Laras disana. Benar, ternyata Laras berada di balkon duduk dengan wajah yang di sembunyikan dalam lutut yang ditekuk ya.

"Hiks, hiks, hiks, ...."

Isak tangis Laras kembali terdengar, Reno berjalan mendekati Laras, duduk di hadapan istrinya itu. Reno mengusap pelan punggung Laras.

"Hiks, hiks, hiks," tangis Laras semakin menjadi saat merasakan usapan di punggungnya.

"Cup, cup, cup. Sayangnya Reno jangan menangis dong!" bujuk Reno dengan rayuan mautnya. Laras tetap saja menangis.

"Usah-udah sayang! Hey, tatap aku!" perintah Reno sambil mengangkat kepala Laras agar menatapnya.

Laras tidak mau menatap Reno, wajah Reno sekarang sangat mengesalkan untuk di pandangnya.

"Laras sayang! Tatap suamimu ini, hey!" bujuk Reno berusaha membuat Laras menatapnya. Tetapi Laras tetap tidak mau menatap kepadanya.

"Aa jahat! Aku nggak suka," ucap Laras yang tadi kembali membenamkan kepala di antara lututnya.

"Iya, Aa tahu Aa jahat. Makanya pukul Aa sepuasnya, asalkan kamu nggak marah lagi sama Aa," ucap Reno sambil mengangkat tangan Laras, memukulkan tangan mungil itu ke tubuhnya.

Laras yang di perlakukan seperti itu menarik tangannya agar tidak lagi memukul Reno.

"Ayok sayang! Puku A'a lagi."

Reno tidak habis akal agar istrinya tidak lagi kesal dan marah terhadap dirinya. Reno kembali mengambil tangan Laras, memukulkan ketubuh ya. Laras juga kembali menarik tangannya.

"Jangan, nanti A'a kesakitan," ujar Laras sambil mengangkat kepalanya.

Reno yang mendengar itu menarik tubuh Laras untuk masuk ke pelukannya. Reno memeluk istrinya sambil mengumam'kan kata maaf, di ciumannya rambut Laras yang harum stroberi.

"Maaf, maaf, maaf, maaf!" gumam Reno tepat di telinga istrinya.

"Iya, aku maafin! Tapi, nanti jangan marah kayak tadinya!" ucapnya sambil memeluk Reno semakin erat.

"Iya, A'a nggak akan marah lagi."

Mereka semakin mengeratkan pelukan masing-masing. Mereka tidak akan bisa saling mendiamkan terlalu lama. Mereka saling membutuhkan satu sama lain.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang