[59] Permintaan Laras

687 16 1
                                    

"Ish! Pokoknya mau elus-elus rambut, Azka," rengek Laras yang semakin menjadi-jadi.

Sekarang Reno akan berangkat ke kampus, akan tetapi terhalang oleh Laras yang terus menerus memegang celananya, wanita itu sudah seperti anak-anakku yang kehilangan mainan kesayangannya. Reno sudah berusaha untuk melepas tangan Laras, semakin kuat Reno menarik semakin kuat pula wanita itu memegang celana Reno.

"Yang, lepasin! Nanti A'a telat kalau kamu gini terus," bilang Reno berusaha sabar.

"Nggak mau, mau Azka ... please, A'a!" Rengekan Laras semakin membuat kepala Reno pusing

Reno tak tahu apa yang terjadi dengan wanita ini, sedari kemarin banyak bangat tingkah-tingkahnya, akhirnya Reno hanya bisa menarik napas saja atas semua sikap Laras yang aneh.

Reno berjongkok, melihat dengan jelas wajah sang istri. Wajahnya sungguh terlihat kacau, dengan ingus yang terus ber-keluaran, dan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya.

"Elus-elus rambut A'a aja ya, Yang," tawar Reno sambil memberikan kepalanya pada Laras.

"Nggak mau ...."

Laras langsung saja menjambak rambut Reno, menjambak rambut tersebut sampai kemauannya terpenuhi, Laras bahkan tidak memperdulikan Reno yang meringis kesakitan, yang Laras pedulikan keinginannya terpenuhi oleh Reno.

Laras juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, tiba-tiba saja dia ingin mengelus rambut Azka, ada dorongan kuat dari dirinya yang meminta hal tersebut. Membingungkan!

Perasaan kesal mendera saat Reno tak mau menuruti kemauannya, tiba-tiba dia jadi sensitif sendiri, menangis hanya kerena keinginan konyol tersebut. Laras tidak akan melepaskan Reno sebelum keinginan terpenuhi, tak peduli kalau laki-laki itu sampai harus libur.

Bahkan Laras akan terus menangis sampai air matanya kering, terdengar lebay! Tapi itu sudah menjadi tekat Laras.

"Lepas, Yang, sakit!" ringgis Reno, sekarang malah berusaha melepas tangan istrinya itu dari rambutnya.

"Jemput Azka dulu, baru Laras lepasin!" katanya tak bisa dibantah, tentu masih dengan tangisan.

"Nggak akan, Yang ... laki-laki itu hanya bakal cari modus sama kau, pokonya seka ... akhh!" Reno kembali meringis saat Laras semakin menjambak rambutnya kuat, serasa rambut itu akan terlepas pada kulit.

Laras tak main-main, dia bahkan sudah siap untuk yang lebih menyakitkan lagi.

"Oke, oke, kamu memang," ucap Reno pasrah, membuat Laras berhenti menangis. "Sekarang lepasin dulu, kepala A'a sakit," sambungnya lagi.

"Benaran? Nggak bohong kan?! Awas aja bohong A'a terima sendiri akibatnya nanti!" ancam Laras, Reno hanya mengangguk saja.

Laras melepas jambakannya di rambut Reno, membuat laki-laki itu akhirnya bernapas lega. Dia segera menjauh dari Laras, takut-takut wanita tersebut berubah pikiran dan kembali menyerangnya.

"Tapi, jemput Azka ya pas A'a pulang kampus ya?" Lihat, mata wanita itu langsung menatapnya tajam.

Reno meneguk ludahnya kasar, istrinya tampak menakutkan, namun detik berikutnya wajah sang istri malah terlihat tersenyum. Ini lebih menakutkan dari pada Laras menatapnya tajam, sudah begini Reno harus siap-siap apa yang akan terjadi.

Cup!

Reno sudah menutup kepalanya saat Laras mendekatkan tubuh padanya, Rano pikir Laras akan menjambak rambutnya kembali, ternyata dia salah Laras malah mencium pipi kanannya mesra. Membuat Reno seketika melayang-layang, terbang ke jurang, heheh ... canda ya.

"Yaudah, A'a pergi aja dulu! Nanti pulang janji ya?" bilangnya akhirnya mau mengalah.

Laras juga tak mau Reno dapat masalah kerena terlalu sering libur, mengalah barang sesekali itu nggak masalah bukan?

"Iya," balas Reno, mengusap-usap rambut wanita itu.

Laras mengantarkan sang suami ke depan pintu, setelah Laras masuk mobil dan mobil yang Reno kendarakan tidak terlihat lagi, Laras masuk kembali ke dalam rumah. Menuju kamar, tiba-tiba Laras rasanya serba malas, yang ingin dia lakukan hanya berbaring dan malas-malasan di ranjang.

Sedangkan Reno, sudah sampai kampus, dia segera menuju ruangannya, sebenarnya tidak ada kelas yang akan dia ajar sekarang. Namun, ada beberapa berkas-berkas yang harus dia periksa hari ini juga.

Membawa pulang pun sudah sebagian dia bawa pulang, selebihnya masih ada di sini, dan setelah selesai dia juga harus memberikan berkas tersebut pada Pak Dito.

Reno kembali membuka leptop dan buku tebal, sibuk dengan pekerjaannya tiba-tiba saja Nisa selaku guru Biostatistik datang.

"Eh, Ren! Sejak kapan datang?" tanya Nisa basa basi.

"Barusan," jawab Reno singkat.

Matanya tak melihat sama sekali keberadaan Nisa, Nisa menduduki tubuhnya di sofa dekat Reno. Reno yang sibuk tiba-tiba saja merasa pusing akibat bau farfum yang menyengat, hal itu membuat perut Reno ikutan merasa tak enak.

"Kamu ketumpahan farfum, Nim? Baunya nyengat bangat," celutuk Reno mengatupkan hidungnya.

"Nggak ah, perasaan waktu nyeprotin ya dikit-dikit kok," balas Nisa mencium bajunya sendiri.

Dan, benar saja bau farfum yang Nisa pakai tidak semenyengat itu. Bahkan tadi dia cuma 3 kali sprot, Nisa kembali mencium bajunya tetap saja baunya tak terlalu menyengat.

"Biasa-biasa aja tuh baunya, Ren, nggak terlalu menyengat," cetus Nisa.

"Nyengat bangat ini lo." Reno mengibas-gibaskan tangannya ke udara berharap bisa menghalau bau farfum Nisa.

"Yaudah Ren, di kalau gitu aku keluar aja, dari pada kamu pingsan di sini," bilang Nisa, kemudian keluar dari ruangan Reno.

Setelah Nisa pergi barulah dia bisa bernapas lega. Reno cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya, tiba-tiba saja dia merasa tidak betah berada di ruangan ini.

3 jam lamanya akhirnya Reno selesai juga dengan pekerjaannya, Reno keluar dari ruangannya menuju ruangan Pak Dito yang berada di ujung, Reno terpaksa menaikkan tangan beberapa lantai.

"Uh!" Reno langsung menutup hidungnya saat melewati dapur kampus, ternyata di dalam ada yang sedang memasak.

Reno mengintip sedikit, ternyata ada beberapa Dosen yang sedang masak mie kuah kotak, yang anehnya kenapa Reno malah mual mencium bau mie tersebut? Biasanya nggak begitu, Reno kembali melanjutkan kegiatannya.

Setelah sampai pada ruangan Pak Dito, Reno menyerahkan berkas-berkas tersebut. Setelah itu keluar, tujuannya sekarang hanya rumah, entah kenapa dia ingin cepat sampai rumah dan membaringkan tubuhnya ke ranjang.

30 perjalan, Reno lalui terasa lama, pada akhirnya dia sampai juga di rumah. Saat memarkirkan mobil ada mobil lain juga yang terparkir di sana, Laras jadi penasaran siapa yang bertamu di hari hampir sore ini.

"Yak! Lucu bangat kamu, Az." Laras tampak kegirangan, tak tahu bahwa Reno akan segera masuk ke dalam.

Saat tubuh Reno telah berada di dalam, dirinya melihat sang istri bersama seseorang, di mana Laras terus-menerus tertawa sambil melihat sosok tersebut.

Reno belum mengetahui kalau Azka berada di rumahnya, dan bersama istrinya Laras.

"Kamu sama siapa, Yang?"

Bersambung...

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang