[23] Reno Selingkuh?

1.2K 27 1
                                    

Deg!

Mata Laras melebar, jantungnya memompa dengan cepat saat melihat dengan jelas wajah laki-laki tersebut.

Seketika matanya mulai memanas melihat kedua pasangan didepannya, Laras tidak percaya ini, ini serasa mimpi buruk baginya.
Tolong siapa saja bangunkan Laras dari mimpi buruk ini, air mata perlahan lolos dari pipinya dengan muda.

Reno tertawa begitu lepas bersama wanita tersebut, mereka seperti pasangan kekasih sebenarnya.

Laras tidak percaya Reno melakukan ini padanya, apakah semua yang telah Laras lakukan belum cukup juga? Sehingga dengan tengahnya Reno bermain api di belakangnya.
Ingin rasanya Laras untuk memaki dua manusia itu, namun sayangnya bibirnya rasanya keluh untuk digerakkan. Ini begitu kejam bagiannya.

"Ras lo kenapa?" tanya Rani melihat sahabatnya itu.

"Hiks ... gue mau pulang Ran!" ucap Laras setengah menangis.

Rani binggung dengan Laras, tadi rasanya sahabatnya ini baik-baik saja. Sekarang mengapa jadi begini.

"Ran! Gue ma-mau pula-pulang ... hiks, hiks!" ujar Laras lagi.

"Oke, kita pulang! Tapi lu jangan nagis dong," minta Rani.

Mereka bangkit dari duduk, berjalan keluar dari ruangan. Sebenarnya film yang mereka nonton belum selesai, tapi melihat keadaan Laras begini nggak mungkin Rani memasaknya.
Mereka memasuki mobil, Rani menjalankan mobil miliknya.

"Hiks, hiks, hiks-"

"Ras! Lu kenapa coba cerita ke gue!" paksa Rani. Laras hanya mengeleng saja, tidak mau memberi tahu Rani sahabatnya.

Rani binggung harus bagaimana, apakah dirinya melakukan kesalahan? Atau mungkin Laras marah gara-gara dirinya berteriak heboh sewaktu di bioskop, sehingga membuat Laras sahabatnya itu malu. Tapi kalau iya Lara tidak perlu menangis begit, Laras cukup manasehati dirinya.

Rani binggung harus apa sekarang, mana tangis Laras semakin kencang lagi, bisa-bisa dirinya di tuduh sudah memperkosa Laras kan nggak etis bangat.

Haruskah Rani menceritakan sesuatu yang lucu agar Laras berhenti menangis? Rasanya Laras bukan lagi anak kecil yang kalah nagis di bujuk.

"Ras! Lu kenapa? Gue ada salah sama lu?" tanya Rani ikut sedih, kalau iya Laras menangis kerenan dirinya.

"Gue nggak papa kok!" ujar Laras mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Kalau lu nggak papa jangan nangis dong! Bisa-bisa gue dibilang memperkosa lu lagi!" bujuk Rani tanpa otak.

"Lu ada-ada aja," ucap Laras terkekeh, tangannya perlahan menghapus air mata yang turun.

Mobil yang dikendarai Rani berhenti ditempat biasa, Laras selalu begitu tidak mau diantar sampai pulang olehnya.

"Lu benaran mau turun di sini? Gue antar lu sampai rumahnya!" minta Rani mencoba untuk memastikan keadaan Laras.

Tidak mungkinkan Rani meninggalkan Laras dalam keadaan begini?

"Nggak usah! Gue bidah pulang sendiri!" tolak Laras lalu keluar dari mobil Rani.

"Beneran?"

Laras mengganggu pasti.

"Yaudah gue pulang duluan, lu hati-hati ya!" ucap Rani.

"Lu juga hati-hati," balas Laras.

Setelah itu mobil Rani berjalan meninggalkan Laras, Rani menatap sahabatnya itu dari kaca spion mobilnya. Menatap miris Laras yang biasanya tersenyum sekarang tiba-tiba bersedih.

Laras memberhentikan taksi, meminta taksi membawa dirinya kerumahnya.
Beberapa menit akhirnya taksi berhenti dirumah Laras. Laras masuk kedalam rumah setelah membayar taksi yang di tumpanginya tadi.

Laras berjalan ke arah kamar, membuka pintu kamar dengan sekali tarikan. Kemudian berjalan ke meja rias, berdiri didepan kaca yang besar di meja rias.

Matanya menatap bayang dirinya, matanya masih mengeluarkan air mata dan sedikit memerah. Mungkin kerenan tadi Laras gosok pakai tangan.

Bisa dilihat olehnya tubuh kecilnya yang berbalut baju, tidak tua masih tetap cantik dipandang. Tapi kenapa
suaminya setengah itu padanya, kalau Reno tidak lagi cinta padanya berterus terang saja.
Laras tidak akan marah, cintakan tidak bisa dipaksakan. Bukanya bermain api di belakangnya, ini begitu sakit rasanya.

"Mengapa A'a?"

Brak!

Tangan mungil Laras menghantam kaca di depan, tidak pecah namun sanggup membuat tangan kecil itu sakit. Namun, yang lebih sakit bukan tangan melainkan hatinya.

Jam sudah menunjukkan 11 malam, Reno belum juga pulang. Apakah suaminya terlalu asik dengan wanita tadi? Padahal Laras sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi istrinya.

Laras menghapus lipstik di bibirnya dengan kasar, kemudian berjalan kekamar mandi.
Menghidupkan air, lalu membuka semua pakainya. merendam dirinya sampai semua tubuhnya dibasahi air. Laras berbaring di lantai, membiarkan air membasahi tubuhnya.

Matanya perlahan tertutup, menikmati air yang berjatuhan mengenainnya.

Ini begitu sakit dan Laras butuh air sebagai pengobat. Tidak terasa sudah hampir satu jam lebih Laras berbaring di lantai.
Tubuhnya terasa dingin semua, kepalanya juga ikutan sakit berat sekarang.

Lantai yang dingin menambah membuat tubuh Laras dingin, matanya pun sudah merah kerena nangis. Jari-jari tangan sudah pucat pasi.
Laras bangkit, mengambil handuk yang tergantung tidak jauh darinya. Melilit tubuhnya telanjangnya, lalu melangkah keluar kamar mandi.

Laras mengambil pakaian tidur, memakai dengan cepat. Setelah itu melangkah ke kasur, untuk membaringkan tubuhnya.
Laras menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, perlahan memejamkan matanya.

Cklek!

Pintu dibuka seseorang, Laras bisa mendengar langkah orang itu semakin mendekat. Lalu berakhir di kamar mandi.

Laras menatap orang itu pasti Reno, nampaknya Reno sedang mandi terdengar bunyi air dari kamar mandi.

Reno sudah selesai dengan urusan mandinya, Laras bisa dengar dari bunyi pintu kamar mandi yang di buka. Langkah kaki berjalan ke arah kasur.

Kasur perlahan bergoyang saat Reno menaikinya.

"Good night istriku!" ujar Reno membaringkan tubuh, lalu memeluk Laras dari belakang. Kemudian memejamkan mata setelah mencium pipi Laras dari samping.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang