[19] Kamar Mandi

1.8K 21 0
                                    

Laras mengalihkan tatapannya pada Reno yang tidak jauh darinya. Matanya berkaca-kaca dengan butiran yang masih mengalir.

'Tarik nafas, buang. Reno lo harus sabar ya!' nasehat Reno pada dirinya sendiri. Laras memang perempuan paling ajaib yang pernah Reno temukan setelah mamanya.

Bagaimana bisa gadis itu menangis hanya gara-gara drakor begitu saja, pemikiran yang buntu menurut Reno. contohnya : Coba pikirkan sang tokoh utama dinyatakan meninggal, dan pada saat pemakaman semua keluarga menyaksikan dengan nyata sang toko utama di kebumikan, lalu beberapa Minggu kemudian beredar kabar sang tokoh utama kembali hidup. Benar-benar tidak masuk akan bukan?

"Itu sad lo, A'a." Telunjuk Laras menunjuk ke leptop miliknya yang menampilkan dua orang manusia sedang beradu mulut. Dan pada detik berikutnya membuat dua manusia itu kembali berpelukan.

Reno yang mengikuti telunjuk Laras, mendapatkan adekan seorang wanita dan pria sedang berpelukan kemudian berkerumunan panas di atas ranjang. Tidak perlukan Reno jelaskan secara spesifik?

Reno kembali menatap Laras, kepalanya mendadak sakit rasanya sekarang. Mual yang di rasanya tadi juga belum kelar sekarang bertambah dengan kelakuan Laras.

Mata Reno menyipit tajam melihat kelakuan Laras yang menangis semakin sesegug , sambil membenamkan kepalanya dalam selimut yang melilit tubuh mungil wanitanya itu.

'Ck, lebay.'

Reno mengeleng-geleng kepala tidak habis pikir dengan wanita di sampingnya.

"Maksudnya dua manusia yang sedang berada kekuatan di ranjang," ujar Reno dengan wajah dingin miliknya.

Laras binggung, menatap Reno bertanya. Reno hanya mengedikan bahu acu. Laras kembali melihat ke film yang ada di leptop, matanya hampir keluar melihat apa yang sedang terjadi di film tersebut.

Aneh? Bukanya tadi Shine dan Nathan berantem hebat kenapa jadi begitu? Memang skenario diluar dugaan Laras.

Laras secepat kilat menutup leptonya,
tidak Inggin memperlihatkan kebodohannya semakin dalam pada Laras, kembali matanya melihat ke arah Reno lagi.

"Kamu ngode?" tanya Reno dengan senyum mesum yang sudah terbit dari bibirnya.

"Sapa juga yang ngode!" bantah Laras tidak membenarkan ucapan suaminya.

"Kalau nggak ngode, lalu apa?" tanah Reno setengah menggoda Laras, Reno mendekatkan tubuhnya pada gadis yang masih sesenggukan itu.

Laras takut! Yang semalam masih terasa sakitnya sampai sekarang. Reno kayanya mau minta jatah lagi malam ini, yang ini aja masi sakit sekali. Ini namanya 'Suami pus istri tewas jadinya nanti' itu julukan lebih tepat buat suami seperti Reno.

Reno semakin mendekatkan tubuhnya, Laras yang panik mundur secara tidak teratur.

Bug!

Tubuh Laras mendarat di lantai, Reno yang melihat itu ingin rasanya tertawa terbahak-bahak. Namun, Reno menahan tawanya sebisa mungkin.

"Tidur di atas Ayang! Bukan di lantai," peringat Reno setengah mengejek.

Laras cuma menatap tidak suka suaminya, Laras kembali naik ke atas kasur.

"Bukan di atas kasur, Yang! Tapi, di atas tubuhnya A'a, Yang!"

Bug!

Sekarang Reno yang terjatuh akibat tendangan maut Laras, Laras secepat kilat berlari ke meja rias. Mengambil sesuatu, setelah di temukan Laras kembali lagi ke kasur, lebih tepatnya ketempat di mana Reno terjatuh.

Mata Reno meloto sempurna melihat Laras memegang gunting di tangan kanannya.

"A'a! Kayaknya perkutut A'a perlu di periksa Kak Elpan, Laras takut perkutut A'a sakit. Buktinya mau masuk sangkar terus!" ujar Laras tanpa dosa sedikitpun.

Istrinya psikopa! Reno harus menyelamatkan pembuat keturunannya. Laras tidak berpikir kalau miliknya di amputasi, Laras juga yang nggak bisa menikmatinya lagi.

"Kamu mau jadi janda?" tanya Reno tajam.

"Janda muda dan yang jelas cantik nggak papa, asalkan banyak duet. Ha-ha-ha!" Laras tertawa mirip seperti seorang Psikopat kejam yang sedang berhadapan dengan musuhnya.

Fiks!

Istrinya memang sudah gila, tidak perlu diragukan lagi. Sudah terbukti dengan sangat jelas.

Reno mengedikan bahunya negeri, melihat istrinya begitu. Beberapa detik kemudian.

Brak!

Reno berlari cepat kilat ke arah pintu, mengunci Laras di dalam untuk menyelamatkan dirinya. Akhirnya Reno bisa menyelamatkan pusaka miliknya.

Reno menyadarkan tubuhnya ke pintu kamar berwarna kuning itu, sambil kedua tangannya terangkat di depan perutnya. Mungkin hendak menahan letih di sana.

"A'a! Buka pintunya!" teriak Laras dari dalam kamar. Laras memukul-mukul pintu kamar dengan kasar.

"Nggak akan! Sebelum kamu kembali waras!" tolak Reno masih setia menyadarkan tubuhnya santai.

"Suamiku, cintaku, jantungku. Buka dong pintunya!" mohon Laras mengiba, supaya suaminya Reno membuka pintu.

"Nggak!"

Reno masih setia dengan pendiriannya, Reno akan membukakan pintu apa bila Laras kembali sadar. Menjadi dirinya sendiri.
Sedangkan didalam Laras mencak-mencak kesal dengan suaminya itu.

"Jangan paksa aku melakukan kekerasan ya, A'a?" ancam Laras.

"Silakan!" balas Reno acuh.

Laras mengambil ancang-ancang untuk mengobrak pintu, dengan kekuatan seadaanya Laras melempar tubuhnya setelah tadi mengambil ancang-ancang. Dan ....

Bruk!

Bukan Laras menobrak pintu, dirinya malah menabrak tubuh tegap Reno. Saat tadi Reno membuka pintu saat itu pula Laras datang dengan gerakan cepat menghantam tubuh besarnya.

Sebenarnya rasanya tidak sakit. Tapi, tetap saja membuat Reno bertambah kesal dengan kelakuan Laras, apalagi tubuh tegapnya sempat terhuyung sedikit ke belakang.

Brak!

Reno menutup pintu kencang, menatap Laras dengan senyum seringai. Mirip psikopat haus darah, Laras mundur beberapa langkah saat Reno berjalan dengan bibir sebelah terangkat ke atas.

"Akhh!"

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang