[28] Penjelasan

1.6K 29 0
                                    

Perempuan yang bernama Alia datang dengan mengendong seorang anak kecil di tangannya. Alia mendekati suaminya, untuk bertanya mengapa suaminya memanggilnya.

"Sini duduk!" suruh Bram, kemudian memberikan telepon pada Alia yang langsung diterima baik oleh sang istri.

Alia binggung untuk apa suaminya memberikan telepon padanya, Bram yang paham langsung saja menjawab pertanyaan sang istri.

"Itu Reno nyariin kamu! Mungkin kangen!" tebak Bram, tidak ada rasa cemburu sedikitpun.

Alia manggut-manggut mengerti, lalu menempelkan henpone ke telinganya. Bayi kecil tadi sudah beralih pada Bram yang suami.
[Hallo Ren! Ada apa?] tanya Alia, matanya terfokus pada suami dan anaknya.

[Ada apa, Ren?] tanya Alia di sebrang sana.

[Ini Tan! Soal kemarin kita nonton barang, istrinya Reno kayaknya salah paham sama Tante!] Jelas Reno pada Alia di sebrang sana.

[Yaudah Ren! Berikan telponnya sama dia biar Tante jelasin!] suruh Tante Arin pada Reno.

"Ni," Reno meletakan telepon di tangannya ke depan Laras, Laras menatap telepon dan Reno bergantian.

Secerah perlahan tangan terulur untuk mengambil telepon itu, mendekatkan ke telinganya yang sebelah kanan.

[Hallo!] panggil Laras secara perlahan, jantung Laras berdetak tidak karuan mendengar suara wanita tersebut.

[Oh, ini yang namanya Laras! Hallo Laras, kenalin Tante. Tante Arin saudara jauh Reno!] Tante Arin langsung saja merepet memperkenalkan dirinya.

[Iy–iya! Aku Laras!] Jawab Laras deng-degkan, jantungnya semakin memompa cepat.

Laras melihat ke arah Reno yang sudah berbaring di sampingnya, dan tampak tidak peduli, rasanya ingin Laras meneriaki laki-laki itu kerena sudah membuat dirinya dalam setuasi begini.

Reno malah asik dengan mainan yang tadi ada dekat ranjang samping tempat tidur, memutar balikan rubik itu agar membentuk sesuai dengan kemauannya.

[Tante cuma mau menjelaskan yang kamu lihat kemarin benar, Tante sama Reno nonton di bioskop! Tapi, bukan Tante dan Reno saja suami Tante juga ada di sana kemarin,] jelas Tante Arin untuk meluruskan kesalahpahaman antara adiknya ini dengan istrinya.

"Nah, 'kan Tan! Istri Reno orangnya cemburuan, gara-gara ngelihat kita nonton saja kemarin. Laras mengamuk besar di rumah, bahkan kamar kami saja sudah tidak terbentuk lagi olehnya!"jelas Reno sangat lancar sekali.
Mata Laras melebar, apa-apaan Reno malah menceritakan keburukannya. Padahal kan, ya. Benar sih ucapan suaminya, tapi tetap saja suaminya itu bocor sekali.

"Awkk ..! Sakit, Yang!" ujar Reno kesal pergelangan tangannya yang luka di cubit Laras.

Mengigat lukanya Reno jadi ingin mengobatinya, meskipun tidak terlalu dalam tetap saja mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Laras begitu menggebu-gebu tadi saat menusuknya pakai gunting, untung saja yang kena cuma lengan bayangkan kalau jantung Reno. Bisa-bisa Laras menjadi janda muda. Iya, mudah usia Laras memang lah masih kecik berbeda jauh dengan dirinya.

Entah kenapa Reno bisa suka pada gadis bocil seperti Laras, mana cemburuan, suka ngambek. Pokonya seperti anak kecil, mungkin saja waktu itu dia kilaf. Hehehe

[Udah Tante jelasin, 'kan Reno? Tante tutupnya teleponnya!]

"A'a!" Laras kembali memberikan telepon di tangannya pada Reno.

[Oh, iya Tan. Makasih Tante ku yang cantik!] puji Reno mengedipkan matanya pada Laras.

Panggil langsung di putuskan oleh Tante Arin, meletakan teleponnya di samping meja tempat tidur. Reno berali pada Laras, seringai licik muncul dari bibirnya.

Laras perlu di hukum, dan Reno sudah siap untuk memberikan Laras hukuman yang akan membuat istrinya berteriak sampai menjelang pagi mendatang.

Hahaha! Membayangkannya saja sudah membuat Reno bahagia, terkapar di ranjang. Itu cukup bagus kedengarannya.

Reno mendekatkan tubuhnya pada Laras, menatap Laras buas. Sebelum itu Reno akan menggoda istrinya sebentar, sebagai pemanasan untuk kearah selanjutnya.

"Ehem!" dehem Reno membuat Laras yang tadi diam membisu sekarang beralih menatap sang suami.

Senyum masam coba untuk Laras berikan, dirinya seperti tertangkap basah sedang melakukan hal yang tidak baik.

"Ada yang bersalah tapi pura-pura lupa ni," sindir Reno dengan suara beratnya.

Laras mengaruk-garuk poninya, tidak tahu menjawab apa. Dirinya sangat merasa malu sekarang, sudah menuduh Reno berselingkuh dan melukai laki-laki itu.

Seharusnya Laras tidak langsung mengambil kesimpulan langsung, beranggapan Reno berselingkuh darinya dan tidak mencintai Laras. Sungguh bodohnya kamu Laras!
Laras sudah tidak bisa berpikir lagi, harus bagaimana dia memberi jawaban pada suaminya ini. Tolong Laras sekarang seperti sedang menerima vonis mati.

"Itu A'a, itu!" jawab Laras sambil menunjuk ke segalah arah.

"Itu apa, Ha?!" tanya Reno menyelipkan wajahnya di sisi kanan Laras. Masuk ke dalam rambut sang istri.

"Hehehe!" Laras tidak bisa menjelaskan, yang dilakukan hanya tertawa hampar saja.
Reno gemas, dengan tidak berperasaan mencubit kuat pipih sang istri. Membuat Laras meringis kesakitan, menatap Reno tidak terima.

Mungkin cubitan Reno meningalkan bekas di pipinya yang putih itu. Kalau benar Laras akan memisahkan milik Reno agar suaminya tidak macam-macam lagi, hitung-hitung hukuman sudah membuat Laras salah sangka.

"Sakit A'a!" perotes Laras tidak terima.
Reno malah gencar mencubitnya, bahkan sekarang sudah menggelitik tubuh mungil milik Laras.

Laras kegelian, berusaha menghalau tangan Reno yang terus menggelitik tubuhnya.

"Udah A'a! Geli tahu!" peringat Laras kegelian.

"Tidak akan! Kamu harus di beri hukuman, Yang."

Reno kembali menggelitik tubuh Laras, tawa lepas keluar dari bibir mungil sang istri. Hal itu juga mampu membuat Reno bahagian, hanya dengan tawa Laras saja. Memang terdengar aneh.

"Duduk yang benar!" suruh Reno kerena Laras sudah duduk sembarangan.

"Dengar yang baik, A'a tidak akan mengulangi lagi ucapan A'a nantinya!" kata Reno dengan serius, Laras menganguk patuh.

"Apapun yang terjadi sekarang atau pun di masa mendatang, kamu harus tahun cinta A'a buat kamu nggak pernah hilang apalagi luntur. Kecuali dipelelet atau sebagainya yang membuat A'a lupa sama kamu. Jadi kamu nggak perlu merasa cemburu kerena di hati dan otak A'a cuma tersemat nama istri A'a seorang! Yaitu kamu Laras," ujar Reno dengan serius sambil menatap mata Laras dalam.

"Is, apaan sih A'a! Gombal deh," katanya dengan wajah merona.

"Benaran, sayangku!"

Kemudian mereka tertawa bersama-sama, kesalah pahaman, sudah terselesaikan.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang