Alvin dan Azka tiba-tiba saja bertamu ke rumah Reno, entah apa gerangan sampai-sampai membuat mereka memiliki niat untuk menghampiri Reno, padahal hari sudah hampir tenga malam, hanya kurang dua jam lagi saja.
Alvin jengah melihat Reno yang dari tadi menarik napas panjang, seperti orang yang sedang memiliki beban bertubi-tubi, posisi mereka sekarang ada di ruang tamu.
Alvin mendekat, berusaha menjadi sahabat yang berguna untuk Reno sekarang.
Pung!
Alvin menepuk pundak Reno. "Lu kenapa? Ada masalah, sini cerita sama gue," bilang Alvin sungguh.
Reno mengangkat kepala yang dia benamkan dalam kedua lututnya, melirik Alvin sebentar lalu kembali memenangkan kepala diantar lutut.
"Ayok cerita, barang kali dengan lu cerita bisa bikin beban di pikiran lu berkurang ... gue akan usahakan bantu sebisanya," bilang Alvin lagi.
"Culik Laras buat gue, dia sekarang berada di rumah Mama!" balas Reno seperti perintah.
Alvin yang sedang memegang pundak Reno seketika mengangkat perlahan, lalu dengan pelan menjauhkan dirinya dari Reno, bukan tak mau membantu. Kalian tahu sendiri Mama Reno, Elena itu gimana. Bisa-bisa nggak pulang-pulang dia kalau nekat juga mau nyulik Laras.
Reno kembali mengangkat kepala, melihat Alvin yang sudah duduk agak jauh darinya, dia sudah tahu.
"Lu bilang bisa bantu gue!" ucap Reno sinis pada Alvin.
Alvin menggaruk belakang telinganya yang tak gatal sama sekali. "Ya, kalau berhubungan dengan Mama lu sama Mama mertua lu, gue mohon maaf bangat deh Ren! Lu sendiri tahu kan Mama lu gimana kalau marah?"
Reno kembali menarik napas panjang, percuma saja gomong dengan Alvin nggak akan ada selusinya. Reno, kangen dengan Laras, apa Laras juga kangen dengan diri? Tentu saja iya, secara Reno tahu kalau Laras tak bisa jauh-jauh terlalu lama darinya.
Reno ingin dimanja-manja, namun Laras cuek-cuek saja. Reno mengusal-gusal rambutnya membuat rambut itu berantakan. Sembari mengacak rambutnya, tiba-tiba saja padanya jatuh pada Azka.
Walaupun belum kenal dekat, tampaknya laki-laki itu baik. Bisa dilihat dari tampangnya yang seperti penyelamatan ketika kegaduhan hati seorang Reno, menang anak baik. Menurut Reno sih!
"Lu jangan macam-macam ya, Ren! Gue tahu lu rindu berat sama istri lu, jadi jangan coba-coba jadikan Azka penganti Laras, jangan suka lobang pan'tat. Rasanya nggak enak,Ren," nasehat Alvin yang melihat tatapan Reno terlalu dalam ke Azka.
"Renooooo!"
Terlambat, Alvin yang ingin menahan Reno kalah cepat dengan pergerakan laki-laki itu, sekarang Reno sudah ada di samping Azka yang sedang menonton berserta sibuk dengan cemilannya.
Azka benar-benar menganggap ini sebagaimana rumahnya sendiri, sesuai dengan ucapan Alvin tadi, harus terbiasa di sini, bersikap layaknya rumah sendiri.
"Apa? Gue masih suka cewek ya, walaupun kemarin-kemarin gue sempat khilaf dekatin Natalia," ucap Azka menatap Reno di sampingnya.
Masih ingat dengan Natalia? Yap, sang pelakor bergender laki-laki itu, waktu kemarin Larasati memperingatinya kalau Natalia itu laki-laki Azka tak mau dengan sampai-sampai menutup kupingnya rapat-rapat.
Dan, kerena benar-benar keras kepala. Bahkan Alvin dan Laras pun sudah mengingatkan Azka tetap pada pendiriannya, yaitu mengajak Natalia jalan-jalan berdua. Awalannya jalan-jalan mereka berjalan lancar, namun ketika Azka mengajak Natalia ke salah satu Apertemenya, semua terbuka dan bahkan membuka mata Azka lebar-lebar.
Azka tunggang langgang lari keluar dari Apertemen, mengigat itu membuat Azka mengutuk dirinya sendiri yang teramat bodoh.
"Ikut gue!" Reno menarik paksa tangan Azka.
Membawa laki-laki itu ke dalam mobil miliknya.
Sedangkan Azka terus saja menolak dan meminta bantuan Alvin, namun Alvin tak bisa melakukan apa-apa hanya bisa melihat Reno yang terus membawa Azka sampai ke mobil. Saat akan memasuki mobil Reno, Reno menutup terlebih dahulu, lalu meningalkan Alvin yang mengejar mobilnya ingin ikut.
"Turunin gue, Ren! Gue minta maaf kemarin udah goda-godain istri lu, gue nggak tahu kalau Laras udah punya laki, Ren ... tolong Ren jangan lakuin ini, lu harus ingat Tuhan!" Azka terus saja mengerocos.
Reno tak menanggapi, dia fokus dengan setirnya. Membuat Azka punya niat ingin loncat dari mobil, akan tetapi gagal kerena Reno sudah menguncinya ternyata, apakah Azka harus memecahkan kaca memukul kepala Reno sampai pingsan? Tampaknya keduanya jalan satu-satu dirinya untuk kabur.
Azka siap-siap ingin memukul kepala Reno, namun terhenti saat laki-laki itu berucap pada Azka.
"Lakuin aja kalau lu mau kita kecelakaan, terus mati tertabrak pembatas jalan, atau terlindas mobil!" Peringatan Reno ternyata berguna juga, nyatanya Azka tak jadi melakukan niatnya untuk memukul.
Azka masih sayang nyawa ya, dia belum menikah dan tak ingin mati sia-sia, hanya gara-gara melakukan hal bodoh tadi. Namun, dia sekarang dalam bahaya, dia ingin diperkosa.
"Ren, please! Dengarkan gue, gue tahu lu ada masalah. Tapi, bukan begini selusinya, gue bisa bantu lu, asal lu dengarin omongan gu ...."
"Turun!" bilang Reno yang terlebih dahulu turun dari mobilnya.
Azka celigak-celiguk, lalu bernapas lega ternyata mereka tak di hotel atau di Apertemen. Dan, detik berikutnya dia mengerutkan kedua alisnya.
"Rumah siapa ini?" bilang Azka pada dirinya sendiri. "Jangan bilang Reno mau ganuin gue di sini, oh! Astaga ...." Ingin rasanya Azka menangis saat ini juga, hilang pikiran dari hotel dan Apartemen malah rumah ini jadi beban pikirannya sekarang.
"Lu mau diam di dalam sampai kapan? Ayok turun!" bilang Reno mengetuk kaca mobil samping Azka.
Azka yang melamun memikirkan hal-hal kotor seketika tersentak, lalu keluar dari mobil. Dan, detik itu juga Alvi datang dengan mobilnya sendiri. Tampak laki-laki itu juga keluar dari mobil, lalu bergabung dengan Azka dan Reno. Benar dugaan Alvin.
Mereka bertiga menatap rumah tersebut, dengan pikiran masing-masing.
"Kalian berdua harus bantu gue nyulik Laras!"
Reno menjelaskan semuanya, mengapa dia membawa Azka kemari. Setelah semuanya setujuh meskipun dipaksa Reno akhirnya Azka dan Alvin mengetuk pintu, sedangkan Reno bersembunyi.
Tampak Elena yang membuka pintu, dan ada sedikit pembicaraan sebelum Azka dan Alvin dipersilahkan masuk oleh Elena, pintu kembali ditutup. Setelah merasa aman Reno berjalan menuju samping.
Kerena kamar Reno yang terletak di atas, membuat Reno harus memanjat. Reno menatap ke atas sebelum mulai memanjat, tak lupa mengucap doa.
"Demi bertemu kamu, Yang! Laut pun akan A'a seberangi." Setelah mengatakan itu Reno mulai memanjat.
Entah bagaimana caranya, dengan mudah Reno sampai pada balkon kamarnya, Reno menaiki pagar balkon, lalu mengendap-endap menuju pintu yang menghubungkan ke kamarnya langsung.
Cklek!
Terbuka, ternyata Laras tak menguncinya. Memang wanita yang bodoh, bagaimana kalau ada pencuri yang masuk? Atau yang berniat jahat, kan gawat.
Setelah memasuki tubuhnya, tak lupa Reno mengunci jendela itu, kerena ya kucingnya bertengger di pintu.
"Yang," panggil Reno dengan menepuk pundak Laras, Laras tidur menyamping.
Tak ada jawaban sama sekali, kerena posisi membelakangi dirinya. Membuat Reno tak bisa melihat wajah sang istri, Reno kembali menepuk bahu Laras.
"Yang."
Dan, berhasil Laras bangun lalu berbalik menghadap ke arahnya.
"Ahhhhkhhh!" teriak kuat dari Reno.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomansSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...