[30] Kawin

1.2K 19 0
                                    

Setelah kejadian tempo hari sekarang hubungan mereka kembali membaik meski sesekali Reno mengejek Laras yang terlalu cemburu buta terhadap dirinya.

Selingkuhan? Mendengarkannya saja Reno tidak minat apa lagi melakukannya, Laras benar-benar luar biasa. Tanpa sebab yang pasti istirnya itu akan marah-marah tidak jelas padanya.

Reno yang memang lebih dewasa harus memaklumi sifat labil sang istri.
Mengigat hal tersebut, mengingatkan Reno pada awal mereka menika.

* * *
3 tahun yang lalu!

'Awk, mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengan pangeran berkuda impianku, mana seganteng ini,' batinnya menatap Reno tanpa berkedip.

'Seseorang jangan coba membangun kan aku dari mimpi indah ini,' batinnya semakin menggila dengan kegilaan yang memuncak.

Sadar dengan keadaanya yang sangat mengenaskan dengan gaya nakal Laras mengibaskan rambutnya ke depan lalu menyisirnya dengan seksual, tidak lupa pula ia menepatkan duduknya dengan gaya anggun.

"Astaga, ya Tuhan. Pak Reno gapain dalam kamar aku?" tanyanya heboh setelah menghadapkan wajahnya ke arah Reno tanpa menghiraukan empat pasang mata yang menatap mereka dengan tatapan tajam di ambang pintu sana. Reno bukanya menjawab malah menurunkan tubuhnya meningalkan gadis itu di atas ranjang sendiri.

Reno berjalan ke arah Mama dan adiknya, terlihat suasana yang akan menjadi kurang baik baginya dengan gaya bodoh Reno melewati kedua wanita yang menatapnya dengan tajam tampa berkata kepada pada ibuk dan adiknya.

Sekarang tinggal ketiga wanita itu yang saling bertatapan, merasa kurang baik Laras turun dari tempat tidur berjalan lenggak-lenggok mendekati kedua wanita di depannya sesekali ia mengibaskan rambut panjangnya agar terlihat menarik.

"Halo, ma--, eh Tante. Halo juga Adek manis," sapaannya dengan mengusap rambut wanita yang berumur kira-kira belia tersebut membuat wanita itu risi dengan tingkah Laras yang terlalu berani.

"Kamu ikut saya!" ucapan dingin namun lembut itu mampu menyadarkan Laras dari hanyalah.

'Jangan bilang gue mau dikawinkan sama nih Pak Dosen. Jangan bangunkan Laras, please!'

Laras menganggap ini semua hanya mimpi, tapi saat mendengar suara lembut namun dingin tersebut menamparnya ke dunia nyata bahwasanya ini bukan mimpi.

Seketika mata Laras terbuka sempurna melihat dua wanita di depannya tanpa ekspresi sedikitpun hanya ada ke dingin di depannya saat ini.

"Kamu dengar apa yang saya katakan?" ulang wanita tersebut sambil memperhatikan penampilan Laras dari atas sampai ujung kaki.

Laras yang di tatap begitu segera merapikan pakaiannya jangan sampai membuat malu di depan mertua.

"M--aksudnya?" ucap Laras terbata-bata merasa sangat-sangat nerfus seketika berhadapan dengan wanita di depannya.

Mama Reno tidak menghiraukan Laras, melenggang kan kepala berjalan meninggalkan gadis di depannya yang masih mencerna setiap kata-katanya.

"Kata Mama, Kakak mau dijadikan menantunya," ucap gadis belia tersebut setengah berbisik lalu meninggalkan Laras yang tampak mati kutu di tempatnya berdiri sekarang.

"Omg, apa? Menantu, jadi menantunya? Jadi istri pangeran tampa tadi? Ahhh, aku sih yes tentu mau!" dengan kecepatan maksimum Laras mengejar mereka berharap perkataan gadis kecil tersebut benaran. Jadi menantu? Ay, Laras mau bangat tanpa diminta pun ia akan maju terdepan apa bila di bolehkan.

Sekarang mereka berkumpul di ruang tamu, tidak ada percakapan keluar hanya ada keheningan semata. Mereka masih menunggu Reno untuk hadir di tengah mereka. Sedangkan Laras apa yang sedang gadis itu pikirkan.

'Menantu? Istri seorang Reno? Ah, terdengar menarik,' gumamnya dengan wajah senang.

Dengan senang hati dan hati terbuka Laras akan menjawabnya dengan jawaban tentunya membuat dirinya juga untung.

Tidak beberapa lama Reno datang dengan penampilan segar berbanding terbalik dengan keadaan Laras yang kau. Rambut yang mekar seperti bungga mawar di rumahnya dan pakaian kusut tidak berbentuk tidak lupa bau muntah masih menyengat di pakainya.

Reno memilih duduk berdekatan dengan Laras, belum juga duduk hidungnya sudah menangkap sesuatu yang tidak mengenakan di penciumannya. Reno melirik gadis di sebelahnya dan ternyata bauk menyengat tersebut berasal dari Laras.

"Kau belum mandi berapa bulan?" tanyanya menatap Laras dengan tatapan datar plus dingin yang sangat memikat di mata Laras.

'Astaga mata gue nggak suci lagi, woy!" soraknya dalam hati mengagumi pahatan wajah pemuda yang berada di sampingnya, setelah tadi dia berbalik saat Reno mengucapkan sesuatu yang kuras jelas di telinganya.

"Hay, apa kau mendengarkan?" tanya sambil mengibaskan tangan di depan wajah Laras.

"Haa, iya. Aku mau menjadi istrimu!" ucapnya tanpa berpikir terlebih dahulu yang mampu membuat Reno menatapnya dengan tatapan tajam, lain dengan dua wanita yang duduk di sebelah terlihat menahan senyum.

"Mimpi!" serangannya mengalikan pandangan dari gadis halu di sampingnya.

"Benaran juga gak papan." Seketika Reno kembali melihat ke samping yang di suguhkan dengan senyum polos dari Laras.

"Sudah-sudah! Reno jelaskan sama mama, mengapa wanita ini bisa di kamarmu?"

Perintah Mama Reno menatap kembali anaknya dengan merubah wajah menjadi bengis.

"Tunggu bentar napa Ma, baru aja duduk ni!" keluhnya dengan menyandarkan tubuh ke sandaran kursi empuk Apertemen miliknya.
5 detik kemudian.

"Sudah! Sekarang jelaskan sama Mama," minta mamanya lagi, Reno hanya bisa menarik napasnya panjang.

"Jelasin apa?" tanyanya menatap sang Mama sekilas dan kembali sibuk dengan pikirannya.

"RENO?!"

"Iya-iya, aku nggak tahu kenapa ni cewek ada di kamar aku?! Mungkin mau berbuat me'sum sama, Reno," ucapnya santai.

Tak!

"Aduh Ma sakit!" ucap Reno kesal dengan mamanya yang dengan seenaknya memukul kepalanya.

"Hay, kamu!"
"Iya, MA—Tante!" ucapnya dengan kencang kaget tiba-tiba di tanya padahal Laras masih dalam dunia halu.

"Kenapa kamu bisa di kamar anak saya?"

Lagi-lagi ucapan dingin tersebut membuat Laras gugup dan tanpa sengaja ia malah memegang tangan Reno dan ditatap oleh dengan tatapan menusuk. Makanya jangan Mencari kesempatan dalam kesempitan.

"Ho'oh, itu-- itu, itu...." ucapnya tergugup di tempatnya.

"Itu apa?" pertanyaan yang seperti bentakan membuat nyalinya seketika menciut.

"PAK RENO MABUK DAN NGGAK SENGAJA AKU TEMUIN DI PINGGIR JALAN, TERUS AKU BAWA KE APERTEMENYA SESUAI INSTRUKSI PAK Reno!" Dengan sekali tarikan napas akhirnya keluar sudah semua membuat Laras bernapas lega tidak melihat pemuda di sampingnya yang telah berubah wajah.

'Apa aku salah bicarakan?' batin Laras was-was takut-takut pemuda di sampingnya mengamuk dan dialah yang menjadi korban.

"Oh, makasih ya Sayang. Sudah mengantarkan anak Tante," seketika ucapan wanita tersebut berubah seratus delapan derajat.

"Sama-sama Tante," balas Laras sopan.

"Mama, Kakak ini kayak boneka di kamar aku," ucap gadis di samping Mama Reno. Yang hanya disenyumkan oleh mamanya.

"Boneka? Boneka apa?"gumam Laras penasaran.

"Boneka Anabel," ucapnya lalu mengikuti mamanya yang bangkit dari duduknya.

"Reno antar dia pulang dan setelah itu terima wejangan dari mama!" Perintah dari mamanya lalu meninggalkan mereka, yang masih tidak menyadari interaksi anaknya yang kusam di tempat.

"TIDAK!"

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang