[16] Kumpul Keluarga

1.2K 24 0
                                    

Terlihat Reno dan Laras sedang menuruni tangga, semua mata tertuju pada mereka. Ada senyum jail, ada senyum mengejek dari tatapan orang-orang di bawah.

Reno yang di tatap begitu hanya acuh tak acuh saja, yang Reno ini heran kenapa mertua dan mamanya ada dirumah mereka. Bukan hanya mereka di sana juga ada dua pasang suami isteri lagi, Reno menatap datang arah depannya.

Mode datar Reno telah kembali, sepanjang undukan tangan matanya hanya menatap datar, dengan wajah yang sama-sama datar. Jangan lupakan langkah kakinya yang terlihat cool.
Siapapun yang melihat Reno dalam mode datarnya bisa di pastikan tidak akan berani menyapa, bahkan untuk melihat saja mereka sudah ciut oleh tatapan tajam nan datar milik laki-laki itu.

Tubuhnya yang jakun semakin menurunkan undukan tangga, berkali-kali Reno menarik nafas dalam-dalam untuk menghadapi orang-orang di ruang tamu rumahnya.

Lain halnya dengan Laras yang hanya bisa memasang senyum paksa saat semua anggota keluarga menatap mereka seolah mereka tertangkap basa sedang berbuat hal tidak-tidak dalam rumah sendiri.

Membayangkannya sudah membuat kuduk Laras meremang seketika, mengedik ngeri pada sekumpulan manusia di sana. Kaki jenjangnya tetap mengikuti langkah besar suaminya.

Sekali Reno dan Laras berantam membuat semua keluarga langsung turun tangan untuk mendamaikan, memang membuat repot mereka saja.

Bukan hanya Mama, Papa dan Mama, Papa mertuanya saja. Bahkan Kak Elpan yang sudah sangat dekat dengan keluarga mereka juga datang bersama istrinya yang berada di samping laki-laki itu.

Laras lagi-lagi memberikan senyum paksa pada semuanya saat langkah mereka sudah sampai di depan sekumpulan orang-orang tersebut.

Reno menduduki tubuhnya pada sofa kosong, diikuti Laras istrinya di samping tubuh kekarnya. Semua mata masih saja menatap mereka dengan seksama.

Merasa tidak kuat lagi Reno mengambil air yang ada di atas meja, entah dari mana mereka mendapatkan air tersebut yang jelas bukan hanya air bahkan ada makanan riang di atas meja.

Memang keluarga mereka kalau bertamu tidak mengenal malu, bahkan mereka seperti mengapa rumah Reno sebagai rumah sendiri, dan Reno maupun Laras tidak mempersoalkan hal tersebut.

Larasati dan Dewi bermain isyarat, lalu mengangguk kompak sebagi persetujuan masing-masing.

Mama Larasati tersenyum, kemudian. "Udah berapa ronde main tadi? Lama amat, kami saja sampai lelah menunggu kalian selesai." Larasati berucap tanpa dosa sedikitpun.

"Sekali ini pasti jadi dong! Udah lama banget loh," goda Mama Dewi pada mereka berdua.

Pipi Laras memerah mendengar ucapan kalian kedua Mama iya, memang dua wanita ini sudah tahu tetap saja jail tidak ketulungan. Membuat Laras malu.

Lain halnya dengan Reno yang hanya biasa-biasa saja mendengar ucapan kedua wanita yang Reno anggap Mama itu. Dia sudah tahu sifat kedua wanita itu jadi maklum kan saja.

"Palingan Reno saja yang nggak tahan," sergah Kak Elpan seketika, membuat semua mata tertuju padanya.

Laki-laki itu hanya mengabaikan tatapan mata tertuju padanya, malahan Elpan malah asik dengan benda pipih di tangan kanannya. Lain halnya dengan istri Elpan yang sudah mengutuk suaminya dalam hati.

Laras semakin memerah mendengar ucapan tidak pantas dari anggota keluarganya ini, bisakah Laras untuk menghilangkan dirinya? Kalau bisa Laras ingin menghilang sekarang juga.

"Iya, macam kau yang ngga. Kawin dulu baru nikahan," ujar Reno tanpa dosa bin polos sekali.

Kedua para istri itu benar-benar ingin membenamkan Reno dan Elpan ke dalam perut bumi paling bawah, biar nggak mengganggu ketenangan sejahtera.

"Itukan khilaf." Elpan tidak Inggin mengalah pada Reno.

Reno yang juga pantang mengalah kembali berucap. "Khilaf kok keseringan," balas Reno tidak kalah tajam dengan ucapan Elpan.

"Macam kamu nggak pernah berbuat dosa, bocil saja kamu nikahin." Lagi-lagi Elpan memberikan serangan.

Laras yang di katakan bocil bersungut-sungut ditempat duduknya. Hatinya benar-benar kesal mendengar perdebatan tidak berfaedah dari kedua laki-laki ini.

Sedangkan orang tua yang menonton adekan adu mulut antara Reno dan Elpan hanya bisa menggeleng kapala. Sudah biasa kalau dua cowok ini di satukan pasti akan terjadi perdebatan panjang.

"Dia sudah de—"

"Udah-udah, Papa sama Mama ke sini tidak Inggin mendengar perdebatan kalian," sergah Papa memutuskan perdebatan kedua laki-laki itu.

"Iya betul." Papa Reno menimpali ucapan besannya.

"Terus para Papa mau apa?" tanya Reno kurang sopan, mendengar itu Laras mencubit kencang lengan Reno. Membuat Reno meringis tapi tidak mengeluarkan suara.

"Mama ke sini mau ngajak kalian semua jalan-jalan, pasti kalian lelah dengan perkejaan kalian, dan butuh refresing," ucap Mama Larasati dengan cepat, sudah sejak lama dia ingin berkumpul sambil jalan-jalan.

"Kamu juga Elpan, besok bawa istrimu juga. Jangan bawa  janda," ucap Mama Dewi tanpa dosa sekali.

Elpan yang mendengar ucapan Mama Dewi hanya bisa tersenyum pahit.

"Nggak bisa," tolak Reno dengan entengnya.

Kedua Mama itu menaikan alisnya bertannya, membuat Reno menarik nafas dalam-dalam dan membuat kasar. Berucap ....

"Aku dan Laras mau pergi honeymoon."

Byur!

Laras yang sedang meminum minumannya seketika keluar begitu saja. Para orang tua melebarkan mulutnya, Elpan dan istrinya langsung menatap Reno horor.

Bagaimana Reno bisa mengucapkan semua kata-kata itu dengan lancar, padahal pernikahan mereka bukan dua tahu atau tiga tahun. Memang Reno ini! Bikin kesal saja.
Laras sudah mengubah ekspresi menjadi berbinar-binar mendengar ucapan suami tercintanya. Seketika Laras langsung memeluk Reno erat.

"Uh, Romantis ya suamiku," ucap Laras dengan tidak tahu malu.

Semua orang menatap keduanya jengah sekaligus enek.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang