[27] Alia?

1.2K 30 0
                                    

"A'a kalau nggak cinta lagi sama aku, aku terima kok keputusan A'a! Aku akan pergi dari kehidupan A'a, tapi nggak untuk di madu. Laras nggak sanggup. Hiks ...." Laras tersiksa, hatinya sangat sakit untuk mengucapkan kalimat-kalimat itu.

Hatinya sekarang benar-benar seperti ditikam pisau tajam, sakitnya sampai ke sekujur tubuhnya. Melepaskan? Tidak mudah bagi Laras untuk melepaskan Reno, dirinya sangat tergantung pada laki-laki itu.

Tapi kalau itu jalan terbaik Laras akan mencoba untuk merelakan Reno bahagia bersama dengan wanita lain, kalau benar kebahagiaan Reno bukan ada padanya. Bersamaan dengan Reno akan membuat laki-laki itu nantinya terbebani atas adanya Laras.

Bukan saja tidak sanggup untuk pergi, menetap pun dirinya lebih tidak sanggup. Melihat Reno bersama dengan wanita lain bagai om yang siap meledak dalam tubuhnya. Dia tidak akan sanggup melihat kebahagian Reno yang bukan bersama dirinya.

Lebih baik pergi dari pada membaut orang tersiksa bukan? Jika nanti Reno ingin meninggalkannya Laras akan rela, walau batinnya menolak untuk pergi.

'Ku lepas kau dengan bismillah A'a!' batin Laras menangis sejadi-jadinya.

Reno tercengang dengan ucapan istrinya itu bagaimana bisa Laras mengucapkan kata pisah dengan begitu gampang, apa bukti cintanya selama ini kurang?! Amarah seketika merayap dalam tubuh Reno.

Tangan Reno terkepal kuat, kuku-kukunya memutihkan begitu saja. Dengan sekali tarik Reno mengangkat Laras, melempar tubuhnya yang sudah bergetar itu ke atas ranjang.

"Jangan sembarang gomong ya,Yang!" Reno sudah tidak suka dengan ucapan Laras. Dan, dia masih berusaha menahan emosi.

"Apanya yang sembarangan A'a? Memang betul kan A'a nggak cinta lagi sama aku?! Yasudah aku rela kalau harus mengalah, seperti yang ku katakan tadi! Aku sanggup mengalah tapi tidak untuk di madu. Hiks ... aku i–iklas kok!" ujar Laras dengan diakhir isak tangisan yang mulai menjadi.

"Sudah-sudah aku tidak mau membicarakan hal yang nggak masuk akal!" Reno bangkit dari duduknya, melangkah beberapa langkah.

"CERAIKAN AKU! kalau A'a nggak cinta lagi!" Laras berteriak kencang saat Reno hendak menjauh.

Reno berbalik dengan aura tiba-tiba kelam, rahangnya mengeras. Dengan tidak sabaran Reno berjalan dengan langkah lebarnya.

Hap!

"Akhh!" Laras memekik kaget paskah tubuhnya bersentuhan dengan kasur secara kasar.

Rasanya sakit pada punggungnya, bukan saja punggung sekarang hatinya juga ikut. Mungkin sudah berdarah sakin sakitnya.

"Coba bilang lagi apa yang kamu bilang tadi?!" suruh Reno dengan aura gelapnya, matanya memancarkan kemarahan.

Reno menagkup rahang Laras dengan tangan kanannya, mengeratkan tangkupan pada rahang sang istri.

"le–lepaskan hiks, a–aku A'a hiks!" Laras menangis kencang, tangan Reno begitu menyakiti.

"Coba ulangi lagi apa yang barusan kamu ucapkan, Laras!" perintah Reno menekan setiap katanya, Laras semakin menangis.

Reno memejamkan mata untuk mengatur napas yang memburu hebat, beberapa menit Reno melepaskan tangannya dari wajah istrinya itu.

Langsung saja Laras menangis bebas, tanpa dapat dicegah lagi.

"Hiks, hiks, hiks, hiks."

Reno mengacak rambutnya frustasi, sebelum mendekap erat tubuh yang terisak dengan tangisan. Reno menepuk-nepuk pelan punggung Laras berusaha menenangkan.
Membiarkan Laras untuk puas menangis di dalam pelukannya, posisi mereka sekarang sudah duduk di atas ranjang dengan tubuh yang saling berhadapan.

"Hiks-hiks, hiks."

Reno merasa terluka mendengar isakan istrinya itu. Entah apa kesalahannya yang dia perbuat sehingga membuat Laras kehilangan semangat hidup.

Rasanya tadi pagi masih baik-baik saja, kenapa sekarang malah begini Reno binggung dengan keadaan. Setelah dirasa Isak tangis Laras sudah reda, Reno bersyukur istrinya tidak terlalu lama menangis.

Reno menengadahkan wajah Laras dengan telunjuknya, supaya melihat ke wajah Reno. Bisa Reno lihat mata Laras yang sudah memerah, hidung yang sudah mengeluarkan air. Dan bibirnya yang pijat dan kering akibat menangis.

Reno menyapukan jempol kanannya untuk menghapus air mata Laras, Laras hanya bisa terdiam atas perlakuan suaminya.

"Sudah jangan menangis lagi! Coba ceritakan kenapa kamu sampai begini?!" tanya Reno lembut dan penuh kasih sayang, Laras luluh mengangguk sebagai jawaban.

Laras menarik napasnya sebelum menceritakan kejadian di bioskop kemarin, setelah merasa cukup meraup oksigen Laras langsung bercerita.

"Kemarin Laras lihat A'a sama wanita lain di bioskop," jelas Laras jujur.

Reno manggut-manggut paham, jadi kemarin Laras melihat dirinya nonton barang Alia?

"Terus?"

"A'a selingkuh dari Laras?!" tanya Laras dengan aura cemburu.

Reno berpikir sejenak, lalu berucap. "Iya—" jawabnya jujur namun terpotong dengan ucapan Laras yang emosi.

"Tukan! Laras benci A'a!"

Reno tersenyum dengan teriakan Laras, tangannya mengambil sesuatu dalam saku celana kerjanya.

Reno menakan beberapa angka, sampai terdengar bunyi.

Tut! Tut! Tut!

[Hallo, Bim!] panggil Reno pada orang di seberang sana.

[Apa?! Jangan bilang lu mau nyuruh gue beli sesuatu lagi?!] balas orang di seberang sana, pasalnya Reno suka menyuruh dirinya keluar malam-malam hanya untuk membeli kebutuhan pria itu.

[Kagak! Gue butuh istri lo sekarang! Mana dia?!] tanpa bertele-tele langsung saja Reno mengutarakan keinginannya.

Orang yang berada di sebrang sana langsung bangun dengan mata yang terbuka sempurna.

[Gapain lu nyariin istri gue?! Jangan macam-macam ya!] Ancam orang tersebut.

[Nggak selera gue sama istri lu! Istri gue lebih aduhai,] balas Reno sambil melihat ke arah Laras.

Laras langsung saja memukul lengan suaminya kesal bercampur malu.

[Buat apa?]

[Lu banyak bacot ya! Panggil istri lu cepat atau lu mau gue pecat dari perusahaan gue!] Ancam Reno yang membuat orang tersebut berlari tidak tahu arah.

"Alia!"

Bisa Reno dan Laras saling pandang, dengan pikiran masing-masing mengarah pada laki-laki di sebrang sana berteriak kencang memanggil nama Alia.

"Alia Sayang!"

"Iya, Mas!" sahut seseorang yang bernama Ali tersebut.

"Kemari sebentar!"

Alia berjalan memasuki kamar mereka, mendekati suaminya Bram yang tertidur di ranjang. Tadi saat dirinya sedang berlari, Bram lupa tidak memakai boker jadilah dia tiduran lagi di ranjang.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang