[47] Dua Papa

1K 15 0
                                    

Pagi!

Laras sudah siap dengan pakaian kampusnya, tak lupa pula dia merapikan tempat tidurnya sebelum berangkat. Setelah semuanya tampak beres Laras keluar dari dalam kamar, dengan langkah gontai menuju pintu keluar, namun sebelum sampai seseorang telah terlebih dahulu menghentikan langkahnya.

"Istri pertama! Kamu nggak mau serapan pagi dulu? Aku membuat makanan yang cukup banyak, ayuk bergabung dengan kami. Aku tahu semalaman kau tak malam," ajak Natalia yang sibuk menyendokan makanan buat Reno.

Laras segera berbalik dengan tampan polos berucap. "Makan saja olehmu! Bukan kah kau suka bekas orang?" balasnya pedas yang mampu membuat dua orang itu menatap ke arahnya.

"Jaga omongan kamu ya, Laras! Natalia berniat baik mengajakmu makanan barang, kalau kau tak mau ya, susah. Silakan pergi!" usir Reno kembali melanjutkan makannya.

Sakit kemarin masih terasa, dan sekarang laki-laki itu menambah dengan sakit yang tak kalah menyakitkan. Reno yang sekarang ada di meja makan bukan seperti Reno suaminya, Reno ya, tidak akan pernah berbicara kasar padanya.

"Kalian lanjut saja, aku tidak bisa makan bersama orang-orang yang memilili hati yang busuk ... ya, sudah, aku pamit. Selamat menikmati makan di atas luka hati orang lain." Setelah mengatakan itu Laras melangkah meninggalkan mereka.

Sebelum benar-benar jauh, dia masih mendengar teriakkan Reno yang mengata-ngatai dirinya dengan sebutan binatang. Laras hanya bisa tersenyum pahit, dia tak menyangka rumah tangga yang kemarin hampir dibilang bahagia sekarang sirna sudah. Penyebabnya Reno sendiri.

Laras menyetop taksi, 30 menit perjalanan akhirnya Laras sampai juga di depan kampusnya. Laras mengeluarkan satu helai uang lima puluh kemudian memberinya pada sang supir. Setidaknya dengan berada di kampus dia tidak bertemu dengan Reno, Laras melangkah masuk.

Baru beberapa langkah, seseorang meneriaki namanya kencang. Membuat Laras lagi-lagi berhenti dan berbalik, kenapa hari ini banyak sekali yang memangil dirinya ... akh! Menyebalkan sekali.

"Tungguin napa, Ras!" ucap Vano dengan napas yang memburu.

Laras hanya menatap tampa minat, kemudian kembali berjalan menuju kelas meskipun diselingi dengan teriakan tidak jelas dari Vano di belakangnya.

Setelah bisa menyajari langkah Laras, barulah Vano bernapas lega.

"Kenapa sih Ras jalan lu cepat amat? Capek tahu pinggang gue ngejar lu," keluhannya sambil memegangi pinggangnya.

"Lu belum tua tapi udah sakit pinggang aja!" kata Laras sedikit ada nada ejekan.

"Heheh ... lu bisa aja bercandanya, Ras!" jawab Vano cengengesan.

Dengan langkah gontai keduanya menuju kelas yang sama, memang merasa satu kelas. Sesampainya mereka di kelas, memilih tempat duduk kesukaan masing-masing. Laras kali ini memilih duduk paling belakang.

Laras mengeluarkan buku-buku ya, tiba-tiba saja niat belajarnya datang begitu saja. Namun, lagi-lagi gagal kerena Rani yang datang setengah berlari ke arahnya sambil ngos-ngosan seperti dikejar hantu.

"Larasssss! Gue punya berita hot buat lu, woy. Di mana lu Markona!" teriaknya bagaikan toa yang tidak ada remnya.

Membuat Laras menatap tajam pada gadis itu, lalu menyeret Rani yang sudah di hadapannya duduk. Malu dengan sikap bar-bar seorang Rani, setelah napas Rani membaik baru lah dia kembali berbicara.

"Gue lihat Pak Reno sama cewek, Ras! Cantik bangat tuh cewek, pacarnya kali ya, Ras?" bilang Rani tak tahu raut wajah Laras yang sudah berubah.

Detik berikutnya Laras kembali keespresi sembula, tampak tak minat dengan berita yang Rani berikan. Ck, bukan lagi pacar tuh, pelakor kegatelan udah jadi istrinya kali. Itulah isi pikiran Laras sekarang.

"Lu lari-lari sama teriak-teriak cuma mau nyampain itu doang?" Rani menganguk mantap, "Maaf, nggak minat," lanjutnya kembali fokus pada buku-bukunya.

Rani menggaruk-garuk kepalanya, berpikir tumben Laras biasa-biasa aja. Biasanya heboh sendiri kalau itu mengenai Reno sang pujaan hati, atau jangan-jangan Laras sudah punya yang lain makanya dia biasa-biasa saja sekarang? Hem, mungkin saja begitu sih.

Namun, namanya Rani tidak akan berhenti berbicara dan lihat sekarang gadis itu kembali membuka mulut siap untuk mengatakan semua apa yang ingin dia katakan.

"Pak Reno udah mulai ngajar lagi ya? Asik dong, bisa lihat wajah tampan Pak Reno lagi," ucapnya lagi sambil membuat ekspresi mengagumkan.

Melihat Laras yang tak ingin membuka bibirnya, akhirnya Rani memilih tak menganggu Laras lagi, dia duduk dekat dengan Laras sambil melamun entah apa yang dilamukannya.

Beberapa menit, dosen yang mengajar datang dengan langkah lebarnya. Semuanya langsung menatap dan kehebohan terjadi, melihat Reno yang tampan masuk. Berbeda dengan Laras yang tampak tak berminat, dirinya asik dengan pikiran sendiri.

"Hallo, anak-anak bagaimana kabar kalian semua? Bapak harap baik semua ... oh, sudah hampir seminggu lebih kita tak bertemu ya?! Bapak jadi kangen sama kalian semua," katanya tiba-tiba mencair.

Laras yang tadi menunduk dengan cepat mengangkat kepala, benar. Ini bukan seperti Reno miliknya, Reno suaminya tidak akan menyapa atau berbasa-basi begitu, secara Reno itu terkenal dengan ke killeran-nya di kampus.

Lihatlah, bahkan teman-temannya menatap takjub pada Reno sekarang, tapi tak mungkin itu kembaran Reno kan? Secara Reno tak pernah cerita kalau itu kembaran, dari penampilannya kayaknya emang itu Reno. Tapi kenapa jadi beda begini? Apa kerena wanita itu makanya Reno berubah? Sehebat apa dia sampai-sampai membuat Reno yang dingin mencair begini.

Ah! Masak bodoh Laras tak ingin memikirkan pelakor itu. Pelajaran pun dimulai, semua tampak serius mendengarkan Reno menjelaskan sedangkan Laras rasanya gantuk, biasanya dia suka menggoda Reno kalau lagi menerangkan sekarang jangankan menggoda melihat wajahnya saja membuat Laras muak.

Akhirnya satu jam lebih telah usai, waktunya untuk pulang kerena memang hari ini makul sekarang luring (belajar di kampus) cuma sekali dan selebihnya daring (lewat zoom). Laras mengemasi barang-barangnya, lalu keluar tanpa menunggu Rani yang meminta ditunggu.

Lama menunggu taksi, tiba-tiba saja mobil putih berhenti di sampingnya. Kemudian kaca mobil itu terbuka, nongolah Natalia yang menjulurkan kepalanya keluar.

"Pulang barang kita nggak?" tawar Natalia bersikap baik.

Dan, detik itu juga taksi yang Laras pesan telah sampai. Sebelum masuk dia sempat berkata.

"Maaf, gue bukan cuma elergi satu meja makan sama kalian, gue juga elergi menghirup udara yang sama, sama kalian," bilangnya santai kemudian masuk ke dalam mobil.

30 menit lebih dua detik akhirnya Laras sampai di depan rumah, di sana sudah ada Mama, Papa, sama Mama dan Papa mertuanya yang tampak sedang adu mulut dengan Reno.

Bung

"Bajingan kamu, berani-beraninya sakiti anak kesayangan saya!" Papa Laras.

"Kamu malu-maluin keluarga saja, sudah punya istri yang sempurna malah milih sama pelakor menor ini, dasar anak sialan!"

Brug!

Papa Reno menendang kuat tubuh Reno sampai terpental.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang