[40] Koma?

801 15 0
                                    

Laki-laki tampan itu terbaring tak berdaya di atas ranjang, dengan langkah pelan Laras berusaha menyeret kakinya agar sampai di samping sang suami.

Tadi malam mereka masih bisa tertawa lepas, tadi malam mereka memadu kasih, dan tidak terpikirkan pagi ini sang suami akan terbaring tak sadarkan.

Sakit? Tentu, siapa juga yang tidak merasa sakit ketika melihat orang yang kita cintai sedang  bertarung hidup, hatinya terasa lemas melihat luka-luka yang melekat pada tubuh Reno.

Oh, Tuhan ... apakah kau membenciku hingga membuat yang ku cintai terbaring begini, apakah aku melakukan kesalahan sampai-sampai kau hukum aku begini? Jika iya kenapa yang harus menanggung dia bukan aku.

Reno, ya! Laki-laki itu terbaring tak sadarkan diri, dengan kondisi wajah diperban dan luka-luka di sekujur tubuhnya.

Laras menggenggam tangan besar itu, dan secara tiba-tiba tetes demi tetes air mata meluncur dengan tidak berdosa dari pelupuk mata Laras.

"Ayuk ejek Laras lagi A'a!" suruh Laras dengan nada suara kecil.

"A'a kan suka jahilin Laras, ayok sekarang jahilin Laras sepuas A'a, Laras janji nggak akan marah ataupun berontak!" ucapnya lagi sambil menggoyangkan tangan di genggamannya.

"Ish ... jangan diam aja. Laras nggak suka!" teriak Laras agar suaminya itu mendengarnya.

Namun, tetap saja sama laki-laki itu pun sedikitpun tidak memberi jawaban untuknya yang mampu membuat kesadaran Laras mulai menghilang.

"Ga–ganteng ya aku, ba–bangun yuk. Istrimu ini nuguin suami gan–tengnya ...." Suara Laras sudah mulai berubah, dan detik berikutnya tangisan kencang meledak begitu saja.

"Huaaaaaaaa ... A'a nggak bangun-bangun, Mama tolong A'a Reno!" tangisnya yang mampu membuat seseorang menatap dirinya jengah.

"Udah lah tuh, Reno ya juga nggak luka-luka amat, belum metong kan? Nanti bangun sendiri kos," bilang seseorang yang memakai jas dokter tersebut.

Laras tak menghiraukan, dirinya sibuk menyuruh Reno untuk bangun, mendapat tanggapan begitu cowok yang memakai baju dokter tersebut memilih duduk di sofa dengan kaki yang diangkat satu.

"Kak, A'a Reno kok nggak bangun-bangun?" katanya, namun mata masih tertuju pada sang suami.

"Mungkin bajingan itu lagi mimpi ene-ene makanya malas bangun," jawab cowok itu dengan gampangnya.

"Ish! Kak jangan berjanda!" marahnya.

Cowok itu hanya menanggapi dengan beroria, malah sekarang dia menyandarkan tubuh dengan kedua tangan dilentangkan.

Asik mengusap-usap tangan Reno, tanpa sadar wanita itu mengusap tangan yang terdapat bekas luka, melihat luka tersebut menghilang membuat Laras melotot, dan detik berikutnya dia tersenyum meremehkan sang suami.

'Mau bermain denganku rupanya,' batin Laras.

"Kak, A'a Reno kejang-kejang cepatan suntik!" Tiba-tiba saja Laras berteriak asal.

Cowok yang sedang membaringkan tubuh itu terpaksa mengangkat kepala, melihat ke arah Reno di atas ranjang, kemudian menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

Namun, dia tetap datang mendekat.

"Ada apa?" tanya terlihat binggung.

"Lihat!" Benar saja Reno tampak kejang-kejang.

Cowok itu tambah kebingungan, tapi dia tetap memeriksa keadaan sang sahabat. Setelah memeriksa tidak ada sesuatu yang jangan. Dia tambah binggung.

"Nggak disuntik?" tanya Laras dengan wajah polosnya.

"Harus disuntik?" Cowok itu malah balik bertanya padanya.

Nah kan, mau membodohi tapi nggak pintar ekting mending jangan deh.

Laras menepuk jidatnya. "Kakak kan dokternya kenapa malah nanya Laras," bilangnya jengah.

Dan, dengan bodohnya cowok itu mengikuti perkataan Laras untuk menyuntik Reno.

Rasain!

Laki-laki yang sedang menahan rasa sakit bekas suntik tersebut hanya bisa mengeram dalam hati, ingin sekali dia menceking lalu membanting sahabatnya ini sekarang. Namun, kondisi belum memadai untuk melakukannya.

Reno, yang sedang berpura-pura hanya bisa pasrah salah dirinya meminta tolong, seharusnya Reno memilih dokter benaran bukan yang gadungan kayak sahabatnya ini.

'Awas nanti lu ya!' ancamnya dalam hati. bertekat akan membalas bekas suntik ditubuhnya dengan sebuah tamparan atau tendangan.

"Jagain A'a Reno bentar ya, Kak, Laras mau keluar bentar," ucapnya, belum sempat cowok itu menjawab Laras lebih dulu beranjak.

Setelah hilangnya Laras di ambang pintu Reno bangun dari tidurnya, membuka sedikit perban yang menutupi wajahnya.

"Kenapa malah disuntik sih, Kak?" sewot Reno mengusap-gusap bekas suntik tersebut.

"Gue nggak sadar, Ren! Omongan Laras kayak hipnotis," alasannya tidak ingin disalahkan.

"Bilang aja kalau Kakak suka kan?" tebak Reno, dan hanya cenggiran sial yang keluar dari bibir cowok tersebut.

Asik berdebat seseorang sedang berjalan santai ke arah kamar inap Reno, dan untung saja mereka sadar dengan cepat mereka kembali berpura-pura.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang