[31] Keputusan Reno

917 13 0
                                    

Masih 3 tahun yang lalu!

***

Sekarang semua keluarga telah berkumpul di rumah Laras, suasana terlihat canggung. Malam ini lamaran antara Laras dan Reno, Reno hanya menatap tanpa minat pembicaraan yang sedang berlangsung.

Lain halnya dengan Laras yang berbinar mantap Papa dan Papa Reno yang saling berbicara hangat tentang lamaran dari laki-laki itu, matanya perlahan melirik kearah Reno yang terlihat bosan.

Calon suaminya ini kelihatan tambah cakep saja setiap hari, bagaimana Laras tidak jatuh hati padanya kalau setiap hari bertemu baik di kampus maupun di rumah. Sekarang mereka akan semakin dekat dengan adanya lamaran dari Reno.

Tidak sia-sia Laras mengantarkan Reno kemarin pulang dalam keadaan mabuk, meskipun dirinya benci saat laki-laki itu selalu mengumamkan nama yang tidak Laras kenalin sedikitpun.

Walau kesal Pak Reno selalu memanggil-mangil nama wanita yang mungkin penyebab Reno mabuk seperti sekarang, Laras tetap membawa Reno pulang ke Apertemen laki-laki itu. Meski agak kesusahan kerenan Reno yang dalam keadaan mabuk tidak bisa di bujuk untuk membuka pintu Apartemen laki-laki itu, jadilah Laras yang harus mencari sendiri dalam saku celana Reno.

Laras tersenyum-senyum sendiri apabila mengigat memori semalam, tanpa dirinya sadari seseora menatap Laras seperti macan yang siap untuk memakan mangsanya.

Mata tajam Reno tidak bisa di gerakan kemana-mana hanya tertuju pada gadis di depannya yang sedang tersenyum seperti orang gila. Reno tidak habis pikir hidupnya akan berakhir dengan gadis tersebut.

Entah dosa apa yang di perbuat oleh Reno sehingga terjebak pernikahan dengan Laras, salah satu mahasiswa yang mengejar-ngejar dirinya selama di kampus.

Seandainya kejadian malam itu tidak terjadi, meski memang tidak ada yang terjadi tetap saja Mama dan adiknya menangkap basa Reno dan Laras dalam satu kamar, apalagi di atas kasur Apertemen Reno sudah pasti Mamanya itu akan berpikir macam-macam.

Sudahlah! Ini juga bukan salah Laras, dirinyalah yang salah di sini. Andai kemarin dia tidak mabuk-mabukan pasti hal tersebut tidak akan terjadi pada mereka, semua gara-gara wanita sialan yang sudah mematahkan hati Reno.

Bertahun-tahun Reno menanti wanita itu pulang, setelah pulang wanita itu malah menikah dengan laki-laki lain. Membuat janji-janji yang dulu mereka ucapkan hancur berkeping-keping.

'Bodoh!' Memang sebutan itu yang cocok untuk Reno, mana mungkin wanita sanggup bertahan sedangkan dirinya jauh dengan pasangannya. Dan tidak memungkinkan untuk setia dalam waktu lama apa lagi tipe seperti wanita sialan tersebut!

Mengingat itu Reno ingin memakai dan berteriak kuat untuk melepaskan rasa sakit hatinya akibat putus cinta, di tinggal nikah lagi. Memang miris sekali hidup Reno.

"Gimana Nak Reno?"

Reno yang termenung seakan kembali mendapatkan ingatannya, melihat Papa Laras binggung. Apa yang laki-laki itu ucapkan tadi?! Itulah yang sekarang Reno pikirkan.

"Gimana Nak? Kamu setuju rencana pernikahannya kami percepat?" Reno semakin bertambah binggung.

"Hem ... gimana, yah?!" tanya Reno berpikir, sumpah dirinya binggung harus menjawab seperti apa.

Reno melihat kearah Laras yang telah menundukkan kepalanya dalam, melihat kondisi gadis itu membuat dirinya jadi serba salah sekarang. Salah antara mengiyakan atau menolak.

Apakah ini pilihan terbaik untuk Reno?! Untuk apalagi melanjang sedangkan yang di cinta Reno telah bahagia dengan pilihannya. Reno juga pantas bahagia buka?! Meski nanti dalam pernikahan mereka entah Reno bisa mencinta Laras.

Reno semakin menajamkan penglihatannya pada Laras, lalu memejamkan mata beberapa menit sebelum menjawab pertanyaan Papa Laras.

"Bismillah! Aku siap menikah dengan Laras Minggu depan." Dengan sekali tarikan napas akhirnya Reno bisa mengucapkan itu.

Semua mata menatap pada Reno, membuat Reno berpikir apakah ucapannya salah?! Beberapa menit kemudian akhirnya mereka tersenyum pada Reno membuat Reno bersyukur di dalam hati.

Laras juga merasa lega dalam hati atas keputusan Reno, tidak terpikir laki-laki ini akan mau menikahi dirinya. Namun, sekarang keraguan Laras sudah terjawab sepenuhnya oleh pemuda itu.

Hari ini Reno benar-benar mengambil keputusan yang penting untuk hidupnya kedepannya, tidak terpikir olehnya akan menjawab pertanyaan itu dengan mantap.

"Keputusan sudah diambil, Minggu depan Laras dan Reno siap untuk dinikahin!" ucap Papa Reno gembira.

Setelah pembicaraan tentang pernikahan telah selesai mereka saling bercanda gurau sampai akhirnya keluarga Reno pamit untuk pulang kerenan hari sudah menunjukkan tengah malam.

***

Hari yang di tunggu-tunggu datang juga, tamu undangan tidak terlalu banyak kerenan mengigat permintaan Reno yang hanya ingin mengundang orang-orang terdekat mereka saja untuk hadir.

Makanan juga sudah tersediakan, walau acara yang diadakan tidak mewah makanan cukup banyak mereka siapakah.

Laras sedang berada di kamarnya, sedang dirias oleh perias ternamaan. Meskipun tidak meriah, Laras mau yang merias dirinya orang yang dia suka! Ini sekali seumur hidupnya jadi dia ingin tanpa wah.

Laras menatap-natap wajahnya yang ada di depannya cermin, terlihat seorang bidadari yang turun dari kahyangan. Riasan di wajahnya tidak terlalu tebal, sesuai dengan wajahnya yang masih belia.

"Anak Mama cantik bangat," ujar Mama Laras yang muncul dari belakang.

Laras tersenyum melihat mamanya dari kaca, begitu pula Mama Laras yang membalas senyuman Laras.

Mama Laras membantu Laras turun dengan mengandeng tangan putrinya itu, saat menuruni tangga semua mata tertuju pada mereka. Mereka sudah seperti putri kerajaan yang di lihat banyak orang.

Mama Laras mendudukkan Laras tepat di samping Reno, setelahnya akad nikah di mulai dengan khidmat.

Mereka sangat-sangat serasi sekali, Laras yang cantik bersanding dengan Reno yang tampan. Pakaian yang Reno kenakan sangat selasih dengan Laras, tubuhnya yang gagah tertutup pakainya.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang