Laras mondar-mandir di depan kamar mandi, sambil tangannya menyentuh dari. Mengetuk-ngetuk pelan dahinya, berharap Reno suaminya cepat keluar. Kaki Laras sudah capek menunggu Reno di depan pintu kamar mandi.
Entah apa yang suaminya lakukan di dalam sampai-sampai memerlukan waktu yang sangat lama sekali. Apa mungkin suaminya itu tidur didalam? Itu sungguh keterlaluan, Laras menunggu dengan sabar Reno malah tidur di dalam.
"Akhh—" Suara itu menjawab pertanyaan di dalam benar Laras. Ternyata Reno bukan sedang tidur.
Laras hanya bisa menatap iba pintu di depannya, mau masuk? Bagaimana caranya, pintu ditutup Reno.
Biarkan lah waktu yang menjawab semua pertanyaan di dalam benak Laras. Lebih baik dirinya menunggu saja.
"A'a!" pangil Laras pelan.
"Ahhhhh! Iy–iya, Yang!" jawab Reno dengan sedikit kesakitan.
Sedangkan di dalam, Reno berdiri sambil mengurus perkututnya berharap adik kecil miliknya mau bersahabat. Membiarkan Reno untuk tertidur sejenak saja. Namun, harapannya hilang saat melirik kebawa masih sama, tidak ada perubahan sedikitpun.
Reno letih terlalu lama berdiri, bayangkan sudah satu jam lebih dia berada di dalam kamar mandi dengan posisi berdiri tangan memegang sesuatu.Reno Inggin memakan orang yang sudah membuat dirinya se'kacau sekarang. Tapi, apa daya pelakunya istri Reno sendiri. Ingin membalas Laras? Malah dia yang nanti di balas balik oleh wanita itu.
"A'a! Masih lama lagi?" tanya Laras sambil berhadap-hadapan dengan Reno yang juga menghadap ke pintu.
"Ahhh! Be–bentar la–lagi, Yang!" jawab Reno setengah memekik.
Laras yang mendapat jawaban tidak di inginkan hanya bisa mengomeli di luar kamar mandi. Wajahnya memerah menahan kesal.
Sedangkan Reno masih menikmati aktivitas yang dilakukan laki-laki itu. Tanpa niat untuk menyudahi."Tinggal saja dulu perkutut A'a di dalam, besok pagi-pagi baru ambil lagi. Please, A'a!" ucap Laras dengan polosnya.
Bolehkan Reno menengelamkan Laras ke rawa-rawa sekarang? Reno sedang kesakit, Laras malah asik mengoceh-gocek menambah sakit Reno bertambah.
Siapa yang melakukan ini padanya? Malah orang itu sekarang yang mengomel tidak jelas, padahal disini yang tersiksa adalah Reno.
"Mendingan kamu tidur, Yang! Dari pada membuat diriku bertambah parah mendengar ucapan kamu." Reno meminta istrinya untuk terlebih dahulu beristirahat.
Laras mengeleng-geleng'kan kepala mendengar perintah Reno. "Tidak A'a! Aku mau tidur barang sama, A'a." Laras tidak akan mau tidur sendiri tanpa pelukan hangat dari Reno.
Reno berdecak dari dalam, Laras benar-benar keras kelapa. Menunggu dirinya? Sampai kapan? Lihatlah kebawah belum ada tanda-tanda untuk istirahat bagi Reno.
Lupakan Laras sebentar! Dirinya harus benar-benar menyudahi kegiatan yang membuatnya tersiksa."Ahhhh—"
Laras hanya bisa berdoa supaya penyakit suaminya cepat kelar. Bukan hanya Reno yang tersiksa, dirinya pun sama tersiksa menunggu Reno untuk Selesai.
'Suami aku yang malang.'
Tok! Tokk! Tokkk!
Ketukan pintu membuat Laras tersadar dari lamunan, secepat mungkin berjalan ke arah pintu. Membukakan pintu untuk orang yang berani-beraninya bertamu di saat genting begini.
'Siapa orang yang berani-beraninya bertamu pada waktu genting begini?' maki Laras di dalam hatinya.
"Kak, Alpan!" pangil Laras dengan wajah yang berseri-seri, Laras menarik umpatan untuk orang yang berani bertamu.
"Mana Reno?" tanya laki-laki yang bernama Alpan langsung, Laras membawa Alpan ke kamar mereka.
"Dalam kamar, Kak," jawab Laras sopan.
Alpan seorang dokter, dan merupakan orang kepercayaannya keluarga Reno. Alpan sudah dianggap Kakak oleh Laras, soal pernikahannya pun Alpan susah tahu. Jadi tidak perlu terkejut mengapa Alpan tidak kaget
.
"Mana?" tanya Alpan binggung, menatap keseluruhan isi kamar Laras dan Reno.Laras yang binggung menaikan alisnya bertannya. "Mana apanya, Kak?" tanya Laras dengan sangat polosnya.
"Kamu bilang Reno saki? Tapi di mana?" tanya Alpan bertubi-tubi dan tanpa jeda.
Laras menggaruk kepalanya yang Alpan yakinkan tidak gatal. Laras menunjuk ke arah kamar mandi.
"Di dalam, Kak."
Malu, itu lah yang Laras rasakan sekarang ini.
"Ha?" Alpan pun ikut binggung dengan ucapan Laras.
"Itu di sana," tunjuk Laras ke arah pintu kamar mandi.
"Kamar mandi?"
Alpan mengalihkan pandangannya dari Laras ke kamar mandi. Alisnya terangkat ke atas.
"Iya, A'a Reno di dalam kamar mandi," jelas Laras lugu bin polos luar biasa.
Alpan berusaha mencerna ucapan Laras yang entah apa maksudnya. Sekian detik kemudian lihatlah apa yang akan dia lakukan.
Tag!
"Awkk, Kak Alpan!" ringgis Laras saat keningnya di jentik Alpan dengan biadab, rasanya jangan ditanya yang jelang sakit.
Alpan yang paham mengeleng-geleng'kan kepala tidak habis pikir oleh kedua sejoli yang jadi pasiennya sekarang."Ahhhhh—"
Mereka sama-sama terdiam mendengar suara dari arah kamar mandi. Reno keluar sembari menarik resleting celananya.
"Akhirnya selesai juga! Akhh, lega rasanya," ujar Reno tanpa malu, masih asik membenarkan celananya.
Sedangkan kedua orang di depan menatap dirinya tajam, seperti hendak memakan Reno sekarang juga.
Reno sudah selesai menaikan resleting celananya, matanya yang biru menatap kedua manusia itu bergantian. Ada rasa malu yang seketika muncul begitu saja, malu pada dirinya sendi yang ketangkap basah sedang melakukan hal-hal buruk, meskipun itu memang benar.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomansaSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...