[74] Rindu

587 7 0
                                    

Anton bangun, lalu mendekat pada Reno, yang masih terkaget-kaget. Untung saja tadi Reno tak ada niat untuk memeluk, detik berikutnya barulah Reno tersadar. Reno mundur, tak mau berdekatan dengan papanya.

"Dasar anak gendeng, udah diperingati masih saja nekat!" Itu suara Elena yang masuk berbarengan dengan Laras, berserta Alvin dan Azka, Elena melangkah menuju Reno.

Reno hanya melihat sampai pada saat sang Mama sudah berdiri di depannya, di belakang ada Anton yang menjaga takut Reno kabur.

"Auh, sakit Ma," ringgis Reno saat telinganya dijewer Elena.

"Salah sendiri kenapa berani-berani mau nyulik mantu, Mama!" Elena membawa Reno keluar dari kamar putrinya itu, bersama kawan-kawan Reno juga mengikutinya.

Syar!

Elena mendorong tubuh Reno keluar dari rumah, memegang ganggang pintu lalu berucap pada putranya itu.

"Jangan berani-berani lagi, awas saja kamu sampai berani masuk lagi Mama bikin kamu nggak bisa ketemu Laras seminggu," ancam Elena, lalu ....

Brak!

Membanting pintu rumah, setelah mengunci Elena membawa Laras ke kamar lagi. Bukan, buka kamar milik Reno melainkan kamar miliknya, sebelum menutup pintu Elena berbalik menghadap sang suami.

"Papa tidur di kamar Reno, Mama malam ini tidur sama Laras," bilangnya, tampak wajah protes dari sang suami.

Namun, perkataan Elena tak bisa dibantahkan. Siapa juga yang mau membantah perkataan wanita itu, bisa-bisa dia juga yang diusir sama seperti Reno nantinya, mending nurut aja, wong nggak lama cuma sehari.

Setelah pintu kamar itu tertutup, Anton hanya bisa menarik napas pasra, melangkah menuju kamar Reno dengan langka teramat lesu.

Sedangkan di luar Reno, Azka, dan Alvin masih menatap pintu, Alvin mendekat, lalu menepuk-nepuk pundak Reno berusaha memberi semangat untuk sahabatnya itu.

Akan tetapi Reno malah menepis tangan Alvin, melangkah menuju mobilnya tanpa kata sedikitpun. Menjalankan mobil itu keluar dari halaman rumah sang Mama.

Alvin dan Azka masih memandang, setelah mobil Azka tak terlihat lagi barulah mereka tersadar. Alvin terlebih dahulu sadar meninggal Azka yang masih melamun menatap jejak mobil Reno, Alvin memasuki mobilnya dan menjalankan mobil melewati tubuh Azka yang masih termangu di tempatnya berdiri.

"Woy, Alvin! Tungguin gue!" teriak Azka saat mobil Alvin melewatinya.

Azka mengejar mobil itu, untung saja Alvin mau berhenti kalau tidak pasti jalan kaki dirinya pulang. Alvin juga tak tega, tak mungkin meningalkan Azka sendiri di sini, meskipun yang membawa laki-laki itu ke sini adalah Reno, tetap dia lah yang harus bertanggung jawab pada Azka.

Alvin sudah seperti orang yang terciduk menghamili anak orang. Meskipun iya dia sudah menghamili sang istri, tapikan itu berbeda. Ah! Sudahlah, membahas Alvin tak akan kunjung selesai.

***

"Sial! Sial!" Reno meremas-remas rambutnya.

"Kenapa pakai acara gagal segala, Mama juga tega amat sama anaknya. Bukanya membantu malah memperparah keadaan aku sama Laras." Reno malah menyalahkan sang Mama, padahal tidak.

Reno merebahkan tubuhnya, mencoba memejamkan mata, baru dua menit Reno kembali membuka matanya, dia berbalik ke posisi kanan memeluk guling dan kembali memejamkan mata. Tetap saja menit berikutnya dia kembali membuka mata, frustasi! Reno bangun.

Reno berjalan menuju balkon, mungkin suasana sejuk malam bisa menyegarkan dirinya dan menghilangkan sejenak wajah sang istri yang entah sedang apa sekarang.

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang