Setelah mendapat sms yang berisikan ancaman Reno melangkah kaki cepat keluar dari kamar Laras, setengah terburu-buru menuruni tangga.
Larasati mamanya Laras menatap binggung menantunya itu, bagaimana tidak binggung Reno berjalan seperti di kejar-kejar anjing sekarang.
Begitupun papanya Laras menatap mantunya dengan kening mengkerut, dirinya bersama istrinya sedang duduk di sofa, dan fokus mereka pecah saat mendengar langkah kaki nyaring sekali.
"Ma, Pa, Reno pulang dulu ya," ujar Reno menghadap Mama dan Papa mertuanya.
"Lah, kenapa Ren?" tanya Larasati binggung dengan sikap menantunya itu.
Tadi Reno sendiri bersikeras untuk tidak pulang, bahkan mantunya itu meminta tolong padannya apa bila Laras datang. Tapi, sekarang lihat lah belum juga setengah jam mantunya itu sudah mengatakan kata pulang.
"Biasa Ma, Ibu negara lagi kangen dimanja oleh Reno," alasan Reno berharap Mama mertuanya percaya.
Larasati manggut-manggut mengerti dengan penjelasan Reno. Siapa sih yang tahan lama-lama pisah dengan istri yang sangat di cinta?
"Yaudah Ma, Pa. Reno pulang duluan," pamit Reno sopan sekali.
"Hati-hati di jalan, jangan mampir rumah janda ya." Peringatan itu membuat Reno Inggin tertawa, namun semua tertahan mengigat kembali sms dari Mama kandungnya.
Bahkan Mama Reno sendiri bersikap cuek padanya, malah lebih menyayangi Laras istrinya. Memang para Mama yang sulit untuk dimengerti.
Reno melangkah kedalam mobilnya, mobil berwarna merah bercampur hitam itu perlahan meninggalkan rumah mertuanya.
"Pa!" panggil Larasati pada suaminya yang sedang menyaksikan siaran televisi.
Tidak ada jawaban dari laki-laki yang berstatus suami baginya itu. Larasati merasa kesal dengan secepat kilat mengambil remote televisi yang ada di pangkuan suaminya.
"Maaa!" Laki-laki yang berstatus suaminya itu, mengalihkan pandangan ke arah Larasati, memang buah tidak jauh jatuh dari tempatnya, sifat Laras sama persis seperti Larasati.
"Apa Sayang aku," goda Larasati dengan menjilati bibir mungil miliknya.
Suami Larasati memalingkan wajah saat melihat kelakuan nakal istrinya itu, tiba-tiba suaminya itu merasakan sesuatu dibawah sana sudah mulai tidak bersahabat dengan dirinya.
Larasati yang melihat ke arah celana suaminya, lebih tepat melihat sesuatu yang tanpa membesar.
'OMG! Senjata makan Tuan ni.' Larasati merutuki kebodohan dirinya.Senyum mesum sudah tampak di bibir suaminya, Larasati yang melihat itu merasa merinding seketika.
Larasati menundukan tubuhnya sampai pentok kesadaran belakang. Senyum licik semakin terbit dibibir suaminya.
"Ma, kamar yuk," ajak suami Larasati sambil mendekatkan tubuha pada Larasati istrinya itu. Seketika rasa dingin menyergap Larasati mendengar ajakan suami.
Larasati memutar otaknya agar bisa terlepas dari otak mesum suaminya saat ini.
'Dapat.' Larasati bersorak gembira setelah mendapatkan ide untuk megakal-gakali suaminya."Pa, ayok kita ke rumah Laras," ajak Larasati dengan cepat.
"Gapain?" tanya suaminya binggung.
"Ya, ayok aja. Jangan banyak tanya."
Larasati menarik suaminya dengan paksa, terpaksa laki-laki itu mengikuti langkah kaki istrinya.
30 menit!
Sampailah Larasati dan suaminya di depan rumah mantu dan anaknya, di sana juga ada Dewi Mama Reno. Melihat tatapan Dewi padanya membuat Larasati tidak gentar.
"Ini gara-gara mantu kamu," ucap Dewi melewati Larasati.
"Bukan, ini gara-gara mantu mu," balas Larasati tidak mau kalah, Larasati mengikuti Dewi dari arah belakang.
Sedangkan dua laki-laki yang berstatus suami mereka megelengkan kepala tidak habis pikir dengan kedua wanita itu. Benar-benar istrinya membingungkan.
Mereka malah menyalahkan anak masig-masing, biasanya para Ibu-ibu akan membela anaknya, lah ini terbangi terbalik.
Selamat perjalanan kedua wanita itu masih saja bercekak mulut. Sampai tiba lah mereka di dalam rumah mantu dan anak mereka."Mantu kesayangan Mama Dewi," panggil Dewi kencang sekali.
"Mantu ke sayang Mama Larasati," panggil Larasati tidak kalah kencang.
Tidak ada jawaban dari mereka.
"Udah, Ma." Suami Larasati. "Udah, Mi." Suami Dewi, mereka berucap dengan kompak.
Larasati dan Dewi membalik tubuh mereka, menatap tajam suami masing-masing,
yang di tatap menarik nafas dalam-dalam.
Dua wanita itu berjalan semakin ke dalam, tanpa ingin menjawab ucapan suami masing-masing. Dan, diikuti suami mereka dari belakang.Sampailah mereka di depan kamar pintunya berwarna oranye. Dewi Inggin membuka pintu itu, namun suara di dalam sana membuat pergerakan tangan Dewi terhenti tepat di kenop pintu.
"Ahhh ... sa--sakit, A'a. Ahh—"
Suara yang mereka pastikan itu berasal dari Laras membuat tubuh mereka mematung. Mereka asik dengan pikiran masing-masing sekarang.Sampai akhirnya deheman seseorang membuat mereka sadar.
"Ehem." Suami Dewi mencoba mencairkan suasana yang beku.
"Yaudah, Larasati, Dewi. Lebih baik kita biarkan saja mereka," ujar suami Laras sepontan.
Kedua wanita itu menganguk paham, mereka meninggalkan kamar Laras dan Reno. Mungkin menunggu sampai dua insan itu siap membuat cicit untuk mereka, itulah yang ada di pikiran masing-masing.
Di dalam kamar.
"Udah A'a. Kaki Laras udah terasa baikan," ucap Laras, Reno melepaskan kaki Laras dari pangkuannya.
Tadi kaki Laras tidak sengaja terkilir. Dan berakhir mereka seperti itu sekarang.
"Yaudah A'a. Aku mandi duluan," pamit Laras sambil berjalan pincang ke arah lemari untuk mengambil handuk.
"Mau di bantu?" tanya Reno melihat jalan istrinya yang pincang.
Laras mengeleng tanda dirinya bisa sendiri, setelah tubuh Laras menghilang di balik pintu kamar mandi, Reno menduduki tubuh jakunya ke kasur.
Bunyi air terdengar dari kamar mandi, pertanda Laras sudah mulai mandi. Reno menarik nafasnya dalam-dalam dan mengeluarkan secara kasar.
Haru ini hidupnya terasa sulit, pertama dirinya di permaluin di depan Dokter Elpan. Kedua pertengkaran dengar Laras, ketiga di marahkan oleh mamanya.
Seperti Reno butuh refresing otaknya barang sebentar saja, hidup hari ini benar-benar melelahkan baik tubuh maupun otak Reno.
'Burung A'a tua'
Nyanyi yang berada dari kamar mandi membuat Reno, mengangkat alisnya bertanya-tanya.
'Suka ... hingap di sarangnya aku'
Suara itu lagi-lagi keluar, Reno mengangkat tubuhnya mulai tidak suka dengan nyanyian Laras dari dalam kamar mandi.
'Punya A'a sudah tua. Tapi, aku tetap suka'
Hati Reno dongkol dengan nyanyian Laras. Tubuh Reno sudah ada di depan pintu kamar mandi.
'Telur ada du—'
Pintu dibuka Reno kasar, masuk kedalam kamar. Laras yang sedang menyanggul rambutnya segera berbalik. Tubuhnya sudah tertutup handuk.
"Keluar!" usir Reno.
Laras patuh melangkah keluar dari kamar mandi, saat melewati Reno Laras menatap kearah selangkangan Reno. Reno yang tahu arah tatapan Laras, memberikan tatapan tajam pada istrinya itu.
Laras ngacir dengan kecepatan kilat, saat alarm bahaya berbunyi.
Brak!
Reno membanting pintu kamar mandi dengan kasar. Laras yang sudah keluar dari kamar mandi mengusap dadanya saat pintu di tutup kasar oleh Reno suaminya.
Bersambung..
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomanceSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...