"Kamu tahu, A'a! Aku bahagia bisa menjadi bagian dari hidup kamu," ucap Laras yang berada di pangkuan Reno.Reno menatap istrinya itu, senyum manis terbit di bibir tebalnya.
"Istri Reno pandai merayu ya," goda Reno sambil mencubit hidung pesek Laras, Laras yang di cubit begitu mengusap-usap hidungnya sakit.
"A'a! Kok dicubit sih!" ucapnya kesal, sambil mengelus-elus hidung miliknya.
Reno tertawa melihat itu, bahkan lagi-lagi Reno mencubit hidung pesek Laras. Laras yang tidak terima bangun dari tidurnya.
"Is, A'a. Menyebalkan!" Laras menatap Reno tajam, yang ditatap hanya cengengesan.
"Udah, jangan marah! Nanti cantik'nya hilang!" tekan Reno di setiap kata-katanya, yang mampu membuat mood Laras bertambah buruk.
"Iya, kalau cantiknya aku hilang. A'a cari yang lebih cantik, 'kan?" tuduh Laras sambil menyipitkan mata.
Reno mengeleng-gelengkan kepala, tidak habis pikir dengan isi otak Laras. Kalau dia emang mau mencari yang lebih cantik sudah sedari dulu mungkin.
"Cuma kamu yang aku mau, dan hanya kamu yang pantas menjadi ratu di rumahku!" ucap Reno tidak bisa di bantahkan.
Blush!
Wajah Laras memerah hanya kerena rayuan receh dari Reno, Laras membenamkan kepala semakin dalam di pangkuan Reno.
Lain dengan Reno yang berbaring terbangun, berusaha mengangkat kepala Laras di pangkuannya."Menyingkir sebentar, Yang!" Muka Reno semakin pucat, Laras yang mendengar mengangkat kepalanya.
Laras menatap Reno dengan mata polosnya, melihat ke sakitan di mata laki-laki itu. Seketika Laras langsung bangkit kerena merasa cemas.
"A'a kenapa?" tanya Laras cemas, sambil memeriksa tubuh Reno. Tidak ada luka sedikitpun di tubuh suaminya."Akkkhh!" pekik Reno keras sambil mengigit bibirnya.
Laras semakin panik melihat keadaan Reno yang semakin mencemaskan.
"A'a! Bilang mana yang sakit?" tanya Laras memegang seluruh tubuh suaminya, Laras mulai berkaca-kaca hendak menangis.
"Akhhhhhh .... tolong, Y--ang!" pekik Reno semakin keras.
Laras semakin cemas melihat keadaan suaminya, Laras menyentu pelan kening Reno yang berkeringat padahal kamar mereka memiliki AC. Bukan dari AC di kamar Laras saja bahkan udara juga terasa dingin.
"A'a! Ayok bilang bagian mana yang sakit hiks, hiks—" Laras menangis tersedu-sedu melihat keadaan suami tercintanya.
Laras ingin membantu Reno. Tapi, apa yang bisa dirinya lakukan? Reno memegang sesuatu di bawah pinggang laki-laki itu, Laras otomatis mengikuti dengan matanya.
Mungkin di bagian itu sakit suaminya Reno? Itulah yang ada di pikiran Laras, Laras yang punya inisiatif inggin melihat dengan menyentuh dengan tangannya. Tapi, Reno terlebih dahulu menepis tangan Laras.
"Jangan sentuh, Yang!" peringatan dari Reno membuat Laras menarik kembali tangannya.
Reno memundurkan tubuh, berdekatan dengan Laras akan membuat dirinya semakin bertambah bahaya."A'a kenapa? Hiks, hiks, hiks, .... ayok bilang A'a!" Laras semakin meguncang-guncang tubuh Reno, Reno yang bertambah parah menarik paksa Laras untuk duduk di pangkuan laki-lakinya.
Laras membeku di tempat, dia tahu kenapa suaminya kesakitan. Sesuatu terasa menusuk Laras.
Plak!
"Kya! A'a mes'um!" teriak Laras mengguncang-guncang tubuh agar dilepaskan Reno.
Reno tersenyum sambil menahan pinggang Laras, walau sesuai di bawah bertambah keras sebisa mungkin Reno tahan.
"TURUNKAN AKU A'a!" teriak Laras ingin turun di pangkuan Reno.
Reno memejamkan matanya menahan sesuatu yang minta dipuaskan.
"Diam, Yang! Kau membuatnya tambah bangun!" peringat Reno agar Laras tidak bergerak-gerak lagi di pangkuannya.
Laras yang mendapat peringatan itu seketika diam membeku di pangkuan Reno. Reno tersenyum senang kerena Laras mematuhi perintahnya.
"Icip-icip dikit boleh ya, Yang?" minta Reno harap-harap cemas.
Laras yang tidak mengerti perkataan Reno termenung seperti orang bodoh.
"Icip-icip apa, A'a?" tanya Laras dengan mata polosnya.
"Icip-icip lo, Yang!" tekan Reno berharap Laras mengerti.
Laras yang memang bodoh, malah menggaruk kepala binggung. Reno melihat itu benar-benar merasa gemas atas tingkah istrinya itu. Inggin rasanya Reno memakan Laras saat ini juga.
"Iya, A'a. Icip-icip gimana maksudnya?" tanya Laras semakin binggung.
Tuhan ampunan Reno, istrinya benar-benar amazing. Reno mengangkat bibirnya sebelah ke atas.
"Kamu benaran mau tahu?" tanya Reno tersenyum dalam hati.
Larang menganguk cepat, Reno semakin tersenyum dalam hati paling dalam. Laras benar-benar polos.
Brug!
Reno mendorong tubuh Laras, membuat tubuhnya yang berada di atas dengan posisi tiduran. Laras menahan nafas kuat-kuat saat merasakan nafas Reno yang harum.
"Perkutut A'a mau masuk sarangnya," ucap Reno sembari mendekatkan wajahnya ke wajah Laras. Namun, terhenti kerena Laras menahan dadanya dengan tangan.
Reno menatap kesal istrinya itu.
"Ap—"
"Aku lagi datang bulan, A'a." Ucapan Reno di potong cepat oleh Laras.
Tanpa di minta, tanpa di suruh Reno bangun dari tubuh Laras dengan muka yang benar-benar masam, lalu berjalan ke arah pintu tanpa niat untuk menoleh kebelakang melihat istrinya.
"A'a baik-baik aja, 'kan?"
Apa yang Laras bilang? Baik-baik saja? Bagaimana dirinya bisa baik-baik saja kalau sesuatu terpenting dalam tubuhnya ingin dipuaskan. Lihat saja ke bawah pinggang Reno, bahkan Reno sendiri bisa melihat sesuatu itu berdiri semakin tinggi.
Bersambung..
![](https://img.wattpad.com/cover/324339189-288-k13469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dosen Killer
RomanceSinopsis Bagiamana dosen di kampusmu sendiri adalah suamimu? Dosen killer yang memegang mata pelajaran matematika itu adalah suamimu. Diusia yang menginjak angka 19 tahun seharusnya Laras harus menikmati masa mudanya. Namun, Lantas harus disibukkan...