[6] Celana Dalam

5K 65 0
                                    

"Yang, serius dong. Kenapa sedari tadi kamu cuma ngeliatin aku terus?!" keluh Reno pasalnya Laras tidak memperhatikan apa yang di terangkan olehnya.

Tadi Laras yang semangat untuk di ajarkan les, sekarang diajak wanita itu malah asik melihatnya saat menjelaskan. Laras seperti baru melihatnya padahal mereka selalu bersama setiap hari di rumah, di sekolahpun begitu Laras selalu menganggu ketenangan Reno.

Reno meletakan spidol di tangannya, mendekati Laras yang menatapnya sambil tersenyum polos. Menatap kesal istrinya yang sekarang tidak tahu malu meletakan kepalanya di atas kasur.

Iya, mereka sekarang berada di atas kasur dengan Reno yang berbicara panjang lebar menerangkan apa yang tidak di paham Laras istrinya. Reno ikut duduk di kasur, Laras yang telungkup dengan gerakan cepat memindahkan kepalannya ke atas pangkuan Reno suaminya.

"A'a, tadi Buk Nisa bicara apa sama A'a?" tanya Laras dengan nada cemburu plus tidak suka.

Laras tidak suka suaminya itu dekat-dekat dengan wanita lain, apalagi wanita itu terlihat sekali Inggin mencari perhatian suaminya. Demi tuhan jika Laras saat itu bukan berstatus mahasiswa bakal Laras cakar itu muka Buk Nisa yang sok kecantikan. Cantikan dia di mana-mana.

Reno mengingat kejadian di ruangannya tadi, sungguh dia tidak habis pikir.

"Oh, kamu cemburu aku dekat sama Nisa?" Reno malah bertanya malah membuat Laras semakin kesal.

'Dasar tidak peka!' batin Laras kesal pada suaminya.

Reno tahu bahwa istrinya itu sedang kesal terhadap dirinya, membuat Laras kesal memang kerjaan Reno. Apalagi istrinya sampai gambek dengan wajah yang di tekuk menambah kesenangan tersendiri bagi seorang Reno.

"A'a belum pernah merasakan dikebiri 'kan? Mau aku buat perkutut A'a tidak berdaya lagi!" ancam Laras dengan tangan yang memeragakan gunting, setelah membangun tubuhnya dari pangkuan Reno.

Reno memundurkan tubuhnya sambil memegang perkutut miliknya. Istrinya kalau marah memang menyeramkan, bahkan sangat serem dari pada film horor yang sering mereka tonton.

Bagaimana bisa istrinya itu berucap semedian rupa, jika perkututnya di potong Laras juga yang akan mendapat imbasnya nanti. Laras kalau bicara nggak pernah berpikir terlebih dahulu.

"Ya, jangan Ayang. Nanti kamu juga yang rugi," ucapnya mengigatkan Laras.

"Aku tinggal cari perkutut baru, apa susahnya," jawab Laras semakin membuat wajah Reno pias.

Bolehkan Reno mengelamkan Laras ke dalam rawa-rawa supaya otak istrinya itu kembali normal. Semakin hari Laras semakin tidak waras jika berurusan dengan dirinya.

Laras yang berhasil membuat Reno terlihat tidak berdaya gaya tertawa dalam hati, mereka seperti musuh sekarang.

"Ya, sudah kalau gitu. Aku juga bisa cari sarang baru," balas Reno tidak mau kalah.

"Eh, jangan!" peringat Laras, membuat Reno acuh saja.

Laras akan membunuh Reno jika benar-benar berani mencari sarang baru. Seenaknya saja sudah singgah padannya lalu berpindah kalau sudah tidak membutuhkan.

"Katanya kamu mau cari yang baru. Ya, aku nggak mau kalah lah," balas Reno dengan wajah semakin acuh.

"Nggak kok, nggak sayangnya aku."

Nahkan suaminya cepat benar gambeknya, padahal Laras cuma bercanda mana mungkin dia berani.

"Hem, kalau gitu cium aku!" perintah Reno mendekati pipinya ke wajah Laras.

Laras menatap pipi suaminya itu, senyum jail muncul dari bibirnya. Memang otak Laras selalu loding hak beginian.

"Beneran Aa mau aku cium?" tanya Laras memastikan.

Reno menganguk semangat. Di cium Laras itu sangat jarang, biasanya dia yang mencium istrinya itu duluan.

"Oke."

Laras mendekatkan wajahnya semakin dekat dengan pipi tirus suaminya. Lalu ....

Krek!

Iya bibir Laras menyentuh pipi Reno. Tapi, ciuman yang di berikan Laras berbeda, ciuman yang membuat Reno terpekik sakit.

"Akhh ... kenapa digigit sih Ayang?!" ucap Reno kesal bercampur sakit di pipinya.

"Yah, katanya tadi minta di ciuman," balas Laras sok polos.

"Dah lah malas."

"Ya, ngambek," ucap Laras menahan tawanya.

Kerena telah berhasil mengerjakan Reno

Reno meningalkan Laras, meladeni Laras tidak akan selesai-selesia istrinya itu pasti bakal bisa untuk menjawab semua perkataan. Memang istri nakal Reno.

Reno memilih untuk pergi keruang kerjaan, memeriksa beberapa dokumen kerja. Selain berkerja sebagai dosen Reno juga seorang Derektu dalam perusahaan yang di didirikannya sendiri.

Reno memiliki beberapa cabang, salah satunya di Jerman. Jauh? Itu di dapatkan sebelum menikah dengan Laras, perusahaan itu sekarang di jalankan oleh adiknya.

Reno selalu membagi apa yang dia punya kepada keluarganya, meski ada anggota keluarga yang kurang menyukai dirinya dalam rumah.

Reno menandatangi beberapa berkas yang harus besok di serahkan olehnya kepada sekretaris. Beberapa jam berada dalam ruangannya Reno akhirnya bisa menyelesaikan semuanya dengan cepat.

Reno kembali ke kamarnya, melihat Laras yang tertidur dengan polisi menungkup. Reno membalik tubuh istrinya agar terlentang, Reno mengamati wajah yang sering membuatnya kesal setiap hari. 'Manis dan cantik' itulah yang di lihat oleh Reno sekarang.

Memang wanita ini selalu membuatnya kesal. Tapi, wanita ini juga yang selalu membuat tawanya bisa terukir lagi.

Reno sangat jarang tersenyum, itupun hanya berani didepan Laras. Di sekolah dirinya dijuluki dosen killer oleh mahasiswa yang di ajarnya.

"Good night istrinya Reno."

Cup!

Reno berucap lalu memberikan kecupan selamat malam di kening Laras. Setelah itu Reno ikut terbaring di samping Laras, Reno memeluk tubuh istrinya dari belakang.

Dua sejoli itu terlihat sangat mirip, wajahnya mereka terlihat sangat nyaman berseri dan menawan. Memang pasangan selasih, semoga tuhan selalu menjaga rumah tangan merekanya.

Kesunyian malam menambah mencengkeram dengan bunyi-bunyi yang juga berasal dari burung-burung hantu itu.

Pagi!

"A'a! Cepatan nanti aku telat!" teriak Laras dari dalam mobil.

Reno datang sambil setengah berlari kearah mobilnya, mobil di jalankan Reno agak cepat takut istr'nya itu terlambat. Ini gara-gara keenakan tidur makanya mereka ke siangan'kan jadinya.

Mobil Reno berhenti di tempat biasa, Laras turun cepat setelah tadi mengecup tangan suaminya.

"Aa aku duluan! Takut telat!" teriak Laras sambil berlarian.

"Hati-hati!" teriak Reno mengingatkan agar istrinya itu berhati-hatilah.

Laras memasuki ruangan, disana tidak tampak dosen yang mengajar. Laras duduk di sampingnya Rani.

"Dosen ya mana?" tanya Laras.

"Untung dosennya nggak hadir kalau nggak mati lo," ujar Rani membuat Laras harus menguatkan hati mengahadapi.

Laras bernapas lega, untung dosennya kagak ada. Laras memasukan tangan kedalam tas mengambil sapu tangan di dalam tas'nya. Tanpa sengaja Laras mengangkat sesuatu yang bukan sapu tangan.

Rani yang melihat itu melotot.

'Astaga celananya Reno!' batin Laras menatap tidak percaya celana di tangannya.

"RAS, LO NGAPAIN BAWA-BAWA CELANA DALAM LAKI-LAKI KE KAMPUS!" pekik Rani seketika.

'Mati gue!'

Laras diam seribu bahasa, Rani menatapnya dengan tatapan horor.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang