[65] Martabak

555 6 0
                                    

Reno terus saja menggerutu pasalnya tiba-tiba saja Laras meminta untuk dibelikan martabak, tengah-tengah malam begini siapa yang akan menjual martabak, walaupun begitu Reno tetap saja mengikuti kemauan sang istri tercinta.

"Martabak ya, yang rasa asam ya A'a!" minta Laras yang mengikuti Reno keluar dari rumah.

Reno berbalik dengan raut tak menyangka. "Di mana A'a harus mencari mertabak rasanya asam?" bilangnya dengan wajah terlihat tertekan sekali.

"Ish, ya cari lah ditukang yang jualan martabak A'a," keluh Laras memasang wajah sedih di buat-buat.

Reno hanya bisa menarik napas pasrah akan keinginan sang istri, padahal kondisi Reno sendiri belum stabil, seharusnya waktu sekarang dia gunakan untuk istirahat malah tertentu atas keinginan sang istri.

"Hem." Reno hanya berdehem, setelahnya mulai berjalan ke arah mobil yang diparkiran garasi.

Setelah aksi lambai melambai mobil Reno secara perlahan mulai tak terlihat lagi di pelupuk mata Laras, setelah benar-benar tak terlihat Laras mengantup pintu, lalu masuk ke dalam rumah mereka.

Beberapa menit berputar-putar sambil lihat kiri kanan akhirnya Reno menemukan tukang jualan martabak, Reno memarkirkan mobilnya dekat dengan penjual, kemudian keluar dari mobil dan menghampiri penjual martabak tersebut.

"Masih ada?" tanya Reno sambil meletakkan tangannya di atas meja tinggi se tinggi dada Reno sendiri.

"Masih ada Mas ganteng, Mas mau beli berapa?" Penjual tersebut tampak sangat ramah pada Reno.

"Satu aja, martabak encer rasa asam," sebut Reno pesanannya.

Tampak sang penjual martabak tersebut lama berpikir, Reno yang melihat sudah tahu jawabannya, lalu dengan senyum dipaksakan penjual tersebut menjawab.

"Maaf Mas ganteng, martabak yang Mas bilang tidak tersedia, akan tetapi kami menyediakan berbagai aneka martabak lain yang tak kalah enaknya dibandingkan dengan martabak yang Mas ganteng bilang," jelasnya dengan senyum tipis-tipis namun manis.

Sang penjual memberikan menu yang mereka jual, Reno melihat-lihat menu tersebut, tampak banyak menu yang terlihat enak di daftar buku menu itu. Pusing akan memilih Reno memutuskan mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.

Menekan nama kontak my wife di kontaknya, seketika sambungan tersambung tanpa menunggu waktu yang lama bagi Reno.

[Hallo, Yang!] sapa Reno.

[Yang martabak yang kamu pesan nggak ada, bisa ganti dengan yang lain nggak, Sayang?] tawar Reno.

Tutttt ...

Panggilan langsung Laras matikan sepihak, Reno yang melihat ponselnya sudah tak tersambung lagi hanya bisa banyak-banyak bersabar. Reno memberikan kembali buku menu pada penjual martabak.

"Maaf, lain kali aja, istri saya cuma mau martabak encer rasa asam," bilang Reno, tanpa menunggu jawaban dari sang penjual martabak Reno sudah melangkah.

Reno kembali memasuki mobilnya, kembali mengitari kota Jakarta yang terlihat sepi ini, bagaimana tak sepi jam saja sudah menunjukan pukul tiga malam kurang sembilan menit saja sebelum jam tiga.

30 menit lebih lima menit Reno kembali menemukan penjual martabak, Reno kembali memarkirkan mobilnya, kali ini sebuah tokoh, kalau yang tadi hanya penjualan pinggir jalan saja.

"Pesan martabak encer rasa asam, Mbak!" bilang Reno tanpa basa-basi.

Mbak-mbak kasir yang tampak sibuk itu tak menghiraukan ucapan Reno, Reno pun heran kenapa jam segini masih ada tokoh martabak yang terbuka, dan pengunjungnya cukup banyak, bisa dibilang begitu.

"MBAK PESAN MARTABAKNYA SATU BUNGKUS!" teriak Reno cukup kencang.

Beberapa pasang mata langsung menatap Reno tak suka, ada yang sedang duduk nyaman tergantung akan suara Reno, ada yang sedang cipokan terpenting lagi-lagi gara-gara Reno yang terlalu keras berucap.

Reno langsung kecap, saat semua mata tertuju padanya, namun sedetik berikutnya Reno masa bodoh pada pasang mata yang menatapnya.

"Mas, Mas kalau nggak bisa sabar bikin sendiri di belakang," suruh sang kasir membuat Reno langsung bungkam di tempatnya berdiri.

Tak ingin bertambah panjang lagi urusannya, Reno meningalkan tokoh tersebut dengan sedikit kesal, berharap bisa mendapatkan martabak yang istrinya ingin di dalam tokoh tersebut malah hilang sirna.

"Cih, tokoh nggak laku begitu saja sok bangat," gerutu Reno sambil menjalankan mobilnya kembali mencari penjual martabak.

1 jam kemudian Reno masih saja mengelilingi kota Jakarta tersebut, tidak lagi menemukan orang yang menjual martabak, bahkan Reno juga melihat-lihat di aplikasi ternyata tak ada lagi yang buka jam segini.

Brak!

Hampir saja mobil Reno menabrak pembatas, dan untung saja Reno cepat membelokkan, Reno hilang fokus melihat seseorang sedang berdiri di pinggir jalan dengan gerobak bermerek martabak encer rasa, pahit, darah, asam, lambung. Itulah membuat Reno tak fokus.

Reno membelokkan mobil ke arah penjual tersebut, meletakan mobilnya di samping gerobak, lalu cepat-cepat ke sana untuk memesan martabak keinginan Laras.

"Apa masih buka?" tanya Reno sambil melirik sana sini.

Seseorang dengan rambut panjangnya mendoakan wajah, "Masih Mas, mau rasa apa?" bilang sosok itu pada Reno.

"Rasa asam ya, Mbak ... oh ya! Saya pesan ya, dua kontak ya," sebut Reno.

"Baik, Mas, tunggu di sana!" Sosok itu menunjuk tempat tak jauh dari tempatnya berjualan.

Reno berjalan ke arah yang ditunjuk Mbak-mbak tersebut, menunggu pesannya selesai, sambil menunggu Reno membuka aplikasi yang bisa menghilangkan penaknya.

15 menit belum juga selesai, Reno yang sudah membuka berbagi macam aplikasi merasa bosan, Reno kembali memasukan ponselnya, lalu menatap penjual dari atas sampai bawah.

Lama termenung menatap sosok tersebut, bahkan Mbak-mbak itu memanggil Reno, Reno tak mendengar. Sampai panggilan ke tiga kalinya akhirnya Reno tersadar.

Reno berjalan ke arah penjual, mengambil martabak yang disodorkan Mbak-mbak tersebut.

"Makasih, Mbak!" bilang Reno setelah memberi beberapa uang lima puluh, setelahnya Reno beranjak menuju mobilnya.

1 jam sampailah Reno di rumahnya, ternyata dia cukup jauh berkendara. Reno menjinjing dua martabak pesanan Laras, setalah meletakan mobil langsung masuk ke dalam rumah.

Berjalan beberapa langkah sampai pada kamar mereka, melihat sang istri yang sudah terlelap dalam tidurnya. Reno mengguncangkan tubuh sang istri.

"Yang, bangun!" ucap Reno sambil menguncang-guncang Laras.

Laras bangun, tak terlalu sulit membangunkan Laras, mencium bau martabak ini saja sudah membuat Laras terbangun dari tidurnya.

"Nih!" Reno memberikan martabak itu pada Laras.

Tampa pikir panjang Laras langsung membuka kota pertamannya, lalu memakan martabak tersebut dengan sangat lahap.

"Enak A'a, A'a beli di mana?" sebutnya masih sibuk mengunyah martabak di dalam mulutnya.

"Ada lah, Yang!" jawab Reno mengelus-elus kepala Laras.

Reno merebahkan tubuhnya, melihat Laras yang tampak asik memakan martabak tersebut, melihat Laras yang seperti ini malah membuat Laras seperti orang yang sedang ngidam, menurut Reno. Namun mustahil kerena kemarin mamahnya dan Mama mertuanya sudah mengecek Laras, dan hasilnya negatif.

Bersambung...

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang