[13] Canggung

2.5K 34 0
                                    

'Deg!'

Mata Reno Rasanya ingin keluar dari tempatnya, detak jantung memompa begitu cepat di dalam sana. Apakah dia sedang jatuh cinta sekarang? Jawabannya tentu tidak bukan? Cintanya hanya Laras seorang, dan hanya wanita itu.

Reno berjalan lambat, rasanya kakinya terdapat maknet menarik ke lantai susah untuk di gerakkan. Matanya menatap lurus objek didepannya, dengan jantung yang masih berdisko di dalam.

Bagaimana Dokter Elpan berada dirumahnya? Yang lebih mencengangkan laki-laki yang menyandang profesi dokter itu berada di dalam kamar mereka, dengan Laras yang berdiri di samping laki-laki yang berpakaian putih itu.
Rasanya Reno Inggin memaki kedua manusia yang menatap ke arahnya tanpa kedip, horor! Itulah kesan pertama yang di rasakan oleh Reno saat sekarang.

Reno tahu pelaku dari semua ini, tentunya Laras ibu negaranya. Sudah membuat dirinya tersiksa sekarang wanita itu membuat Reno kehilangan muka menatap Elpan, dokter sekaligus teman akrab Reno.

Senyum mengejek dapat di tangkap oleh mata Reno saat bersitatap dengan Elpan sang dokter, bolehkan Reno menghilangkan dirinya sekarang?

'Tuhan, kuatkan lah hamba mu ini.' Reno membantin, menatap tajam kearah sang pelakunya.

Laras yang di tatap cuma tersenyum tanpa dosa sedikitpun, bahkan wanita itu tidak menghiraukan isyarat mata yang di berikan oleh Reno. Beginilah nasib kalau mendapatkan istri bocil, menyusahkan sekali.

Reno berjalan semakin mendekati mereka, berdiri dengan canggung di depan Laras dan Dokter Elpan, menggaruk sedikit kepala bagian belakang berharap menghilangkan rasa canggung yang ada.

"Apa sudah selesai Tuan Reno terhormat?" tanya Dokter Elpan dengan bibir tertarik satu keatas memberikan kesal cool di wajahnya yang tampan.

"Ha--ha, it–itu." Reno gelagapan, entah kenapa suaranya sulit untuk dikeluarkan.

Reno menatap Laras yang sudah menyembunyikan dirinya dibalik barang besar Dokter Elpan. Sudahlah lanjut di timpa tangga pula, itulah ibarat untuk Reno sekarang. Sudahlah tersiksa kerena perkututnya, sekarang bertambah dengan malu.

Dokter Elpan menatap Reno yang terdiam di tempatnya, gemas dengan sahabatnya ini. Dan, tanpa di duga tangan Dokter Elpan mencubit gemas wajah Reno.

"Akhh! Sakit, Kak!" protes Reno tidak terima dengan tindakan Elpan padanya, Inggin membalas tapi kalah cepat dengan seseorang di belakang tubuh Elpan.

"Kyaaaa! Kalian berdua homo!" teriak Laras berlari kencang keluar dari kamar, ingin rasanya Laras memuntahkan isi perutnya melihat aksi kedua manusia itu.

Elpan dan Reno menatap punggung Laras yang menghilang di balik pintu kamar, mereka saling pandang lalu mengedikan bahu geli setelah menyadari semua.

Reno melangkah pergi, sampai pada saat melewati Dokter Elpan, Reno menoleh dengan wajahnya yang terlihat jijik menatap Elpan, sedangkan Elpan hanya mengedikan bahunya acuh sekali.

Reno melihat Laras duduk di ruang tamu dengan muka yang tegang, perlahan Reno mendekati istrinya itu diikuti Dokter Elpan dari belakang mengekor dirinya.

"Yang!" panggil Renon pelan, lalu hendak mendudukan tubuhnya di samping Reno.

Belum juga duduk perkataan Laras membuatnya diam dengan posisi jongkok.

"A'a suami, kayanya kalian butuh dokter." Ucapan Laras itu mengundang tanya di otaknya kedua laki-laki itu.

Reno semakin menurunkan tubuh siap untuk mendarat tubuhnya di sofa. Begitupun Dokter Elpan yang juga udah siap mendaratkan tubuh, namum lagi-lagi pergerakan mereka terhenti kerena teriakan Laras.

"STOP! Jangan duduk, jauh-jauh sana, A'a, Kak!" usir Laras sambil mengibaskan tangannya pertanda tidak Inggin kedua laki-laki itu mendudukan tubuhnya di samping Laras.

"Baik," ucap Reno. "Baik," ucap Dokte Elpan kompak.

Laras semakin menatap jijik kearah manusia itu, menutup mulut tidak percaya suami dan laki-laki yang sudah di anggap kakak oleh Laras sedari dahulu kala.

"Tu, kan! Benar pemikiran aku," ujar Laras terlihat sok.

Reno dan Dokter Elpan saling tatap sejenak, Laras yang tidak sengaja menangkap itu benar-benar bertambah sok.

'Tuhan tolong dua manusia ini, jangan sampai mere—'Laras tidak sanggup lagi melanjutkan kata batinnya.

Tidak Inggin membuang waktu akhirnya Dokter Elpan langsung berbicara.

"Jadi apa yang harus aku periksa?" tanya Dokter Elpan mengarahkan tatapannya ke arah Laras.

Laras kembali dalam mode serius, mengesampingkan pemikiran kotornya tentang dua laki-laki ini. Dengan cepat Laras berpindah duduk sebelah Reno.

Reno yang melihat itu hanya mengangkat bahunya acuh. Sampai ....

"Ini Kak, ini!" tunjuk Laras tempat mengarah ke arah Reno.

"Tadi A'a Reno kesakitan sekali, coba Kak periksa!" suruh Laras sambil mendorong tubuh suaminya agar mendekat pada Dokter Elpan.

Reno memijit pelipisnya pening, istri Reno benar-benar sangatlah polos, ingatkan Reno untuk menghukum wanita ini nanti.
Dokter Elpan menatap Reno dari atas sampai bawah, untuk mencari luka atau semacam penyakit dirubah Reno, yang di tatap merasa sangat risi di tatap begitu.

"Yang aku lihat Reno baik-baik saja, kecuali ...." Elpan mengantung ucapannya, sambil melihat ke arah celana Reno. Melihat celananya yang sedikit basa.

Laras mengusap dadanya pelan, untung suaminya baik-baik saja. Laras kembali ketempat duduknya.

'Sialan!'

Hati Reno benar-benar merasa dongkol pada isteri nakalnya itu. Bagaimana istrinya bisa berbuat sedemikian rupa padanya? Inggin rasanya membuat Laras ke dasar bumi paling dalam agar otak lugu istrinya itu menghilang.

Jangan salahkan Reno apa bila menarik Laras ke kamar tidur, lalu mengurung istrinya beberapa hari dalam kamar, yang pasti melakukan hal-hal berfaedah seperti membuat Reno junior.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang