[61] Tespek?

577 10 0
                                    

Bukan saja Reno yang menjadi korban, Andreas dan Anton selaku Papa dan Papa mertuanya pun juga menjadi korban, kalau semalam Reno harus memakai sempak Dora sekarang berbeda Andreas dan Anton harus memakai bando dan harus berperilaku seperti kucing jinak.

Reno dari kejauhan hanya menatap iba pada kedua papanya tersebut, Laras benar-benar semakin aneh. Reno bangkit dari duduknya mencoba mendekati sang istri.

"Udah ya, Yang, biarin Papa pergi ya," minta Reno secara baik-baik.

Laras yang tadi asik bermain dengan Anton dan Andreas beralih pandang, wajahnya seketika beruba, dia masih kesal pada Reno, sebenarnya bukan cuma memakai sempak Dora Laras juga menyuruh laki-laki itu keluar hanya dengan berpakaian sempak.

"Sana jauh-jauh deh, A'a! Laras masih kesal sama A'a tahu," usir Laras kembali pada Anton dan Andreas.

Reno pasrah, dia memilih duduk di samping Reno melihat sang Papa-papanya yang menderita, dua laki-laki paru baya itu bahkan tak boleh berbicara ataupun protes oleh Laras, beberapa menit berlalu wanita itu tampak bosan dengan Anton dan Andreas yang hanya bergerak lambat begitu-begitu saja.

Laras langsung menubruk tubuh sang suami, Anton dan Andreas yang melihat hanya bisa menggelengkan kepalanya, mereka tahu siapa yang akan menjadi korban selanjutnya. Lihatlah Reno sudah memasang wajah pasrah saja apa yang nanti Laras ingin dia lakukan, asal jangan memakai sempak Dora lagi, aman.

"Laras udah kayak orang ngidam aja, kan jeng?!" bilang Elena selaku besan dari Larasati.

Larasati yang tadi sibuk melihat Andreas dan Anton beralih pandang, Larasati tak berpikir sampai ke situ. Bisa saja kan? Wah, berati mengejutkan sekali, bukanya menjawab Larasati malah menarik Elena ikut dengannya.

"Eh, jeng! Mau ke mana?" Penasaran Elena saat Larasati menariknya.

Larasati mendekati wajahnya ke telinga Elena, lalu membisikan sesuatu pada besannya itu. Elena yang mendapatkan bisikan dari Larasati seketika terbelalak, lalu setujuh dengan ucapan besannya tersebut.

Tanpa berpamitan mereka berdua langsung cap cus keluar, sedangkan yang lain masih sibuk mengikuti keinginan Laras, lihat Andreas dan Anton sekarang malah cosplay menjadi burung yang lagi terbang.

"Udahan dong, Sayang, biar Papa istirahat sebentar, lihat tuh udah keringat! Nanti Papa pingsan, kan udah tua, Sayang," bujuk Reno.

"Kamu gejek kami?" Anto buka suara, tak terima dikatakan tua oleh anaknya sendiri.

"Tapikan emang tua, 'kan Papa?!" Bukan, bukan Reno yang menjawab melainkan Laras yang begitu santai berucap pada keduanya.

Reno tertawa dalam diam, niat ingin memarahi Reno malah istrinya buka suara, salah sendiri kenapa tak sadar diri, sudah tua gak mau mengakui.

"Walaupun tua-tua begini, tenaganya tenaga banteng tahu nggak, Sayang." Andreas juga ikut menyahuti, tidak terima dikatai oleh anak dan mantu.

"A'a Reno juga kelihatan udah tua!" Laras beralih menatap Reno yang dia peluk sekarang.

Posisi mereka Reno yang duduk selanjar, dan Laras yang duduk di pangkuannya dengan memeluk leher Reno begitu erat, sedangkan sang Papa berada di depan mereka.

Reno yang dikatai tua langsung melepas pelukan dari tubuh Laras, menatap istrinya itu tak percaya.

"Ku pikir kamu akan membelaku, Yang, nyatanya sama aja," ucap Reno terdengar berat.

Anton dan Andreas tertawa penuh kemenangan, berarti di sini ada 3 laki-laki tua, yaitu Anton, Andreas, dan terakhir Reno ... buahhh!

"Tapi benar, wajah kamu udah kelihatan tua sih Ren!" Anton semakin membuat suasana hati Reno rusak.

Ingatkan Reno bahwasanya ketiga orang yang sedang bersamanya ini tak akan senang kalau Reno merasa bahagia, terutama papanya sendiri. Bisa-bisanya dia mengatai anak sendiri tua, padahal Reno belum tua-tua bangat kan? Bahkan Reno masih bisa mengait anak SMA dengan pesonanya.

Biarkan saja mereka mau bilang apa, Reno sudah sangat pasrah. Tidak ada gunanya berdebat, kerena Reno tahu dialah yang bakal kalah melawan mereka, tentu saja nggak seimbang masak tiga lawan satu, kejam kan?

"Kalian ketawa kerena apa? Ada kah yang lucu?" Larasati dan Elena datang bersama sekantong cemilan.

"Reno dikatai tua sama istrinya sendiri, kan lucu!" Anton berucap.

"Papa yang tua," bilang sang anak tak terima dengan ucapan dari papanya.

Dua wanita itu hanya bisa terkekeh melihat perdebatan itu, Larasati meletakan cemilan itu di depan mereka, setelah itu beralih menatap sang anak yang di pangkuan Reno.

"Laras, ikut Mama sebentar!" ajak Larasati pada Laras.

Laras langsung menengadah menatap sang Mama, tidak lupa dengan kening mengkerut, bingung kenapa mamanya meminta dirinya ikut bersamanya. Namun, Laras tetap mengikuti sang Mama.

Mereka bertiga pergi dengan Laras berada di tengah mereka. Laras menatap kedua mamanya, apakah dia akan dihukum kerena telah mengerjai suami-suami mereka? Mungkin saja begitu adanya.

Sampailah mereka bertiga di depan kamar mandi.

"Ini kamu coba dulu, Sayang!" Larasati memberi tespek yang tadi dia beli pada Laras.

Laras tak mengambil terpek tersebut, dia malah menatap bingung. Sampai akhirnya Larasati meletakan tespek tersebut ke tangan Laras, Laras melihat benda masih berbungkus itu. Apa maksud mamanya? Kenapa sang Mama ingin Laras mencoba ini.

Laras bukanya tak tahu benda apa yang dia pegang, dia cuma bingung saja kenapa dia harus mencobanya. Melihat reaksi diam dari sang Putri akhirnya Larasati mendorong tubuh sang anak masuk ke dalam kamar mandi secara paksa.

"Laras harus gapain?" Akhirnya Laras bertanya juga, dia memegang pintu kamar mandi sebelum ditutup sang Mama dari luar.

"Kamu pipisin itu tespek ya," jelas Elena yang berada di samping Larasati.

Bukan itu maksud Laras, maksudnya gapain dia harus mencoba alat ini. Namun, sebelum sempat bertanya lagi sang Mama telat terlebih dahulu menutup pintu.

"Kami berdua menunggu hasilnya yah, Sayang!" teriak Larasati dari luar.

Larasati dan Elena menunggu dengan sambar, sampai Andreas dan Anton menghampiri mereka. Laki-laki berdua itu menatap pintu yang sedang Elena dan Larasati tunggu.

"Kalian gapain di depan kamar mandi? Pintunya rusak?" saat Anton akan membuka pintu kamar mandi, Elena menahan tangan sang suami.

"Ada Laras di dalam!" katanya setelah itu menak sang suami ke belakang.

"Oh, jadi kalian nungguin Laras, gapain nggak masuk barang aja," cerocos Andreas yang beranggapan kalau wanita berdua ini kebelet.

"Ck, diam deh, Pa! Mending kalian berdua jauh-jauh dari sini, ini bukan urusan kalian," kata Larasati mengusir kedua laki-laki tersebut.

"Gitu aja marah," sewot Andreas lalu beranjak dari sana disusul oleh Anton dari belakang, tampaknya Anton juga diusir sepertinya.

"Ada apa, Pa? Kenapa wajah kalian kesal begitu? Tambah jelek tahu."

Bersambung...

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang