[34] Ketegangan

1K 15 0
                                    


Ketegangan tampak begitu nyata menyelimuti meja makan saat ini, Reno seperti sedang diinterogasi oleh tatapan tajam Laras, entah apa lagi yang membuat wanita itu kesal sampai wajah pun terlihat masam.

"Kamu kok cemberut aja, Yang? Datang bulan lagi?" ledek Reno yang malah membuat Laras menatapnya tajam bak tajam silet.

Syett!

Laras menusuk daging panggang yang berada di piringnya cukup keras, sedangkan mata tidak beranjak dari Reno sampai membuat suaminya itu cukup risi ditatap begitu.

Pikiran buruk sana sini muncul dipikirkan Laras, mendengar kisah cinta suaminya membuat hatinya seketika bad mood. Melihat Reno saja dia malas, ingin sekali Laras mencakar-cakar wajah tampan itu dengan garpu yang dia pegang sekarang.

Penggerakan tangannya terangkat mengarahkan potongan daging panggang ke dalam mulutnya. Menarik kuat daging itu dari garpu seperti sedang sedang menarik rambut wanita masa lalu Reno.

Hap!

Te tiba Laras mengambil piring milik Reno membuat laki-laki nampak protes akan perbuatan Laras.

"A'a belum selesai, Yang!" protes Reno ingin mengambil kembali piringnya.

Namun, Laras telah terlebih dahulu menjauhkan piring itu dari jangkauan sang suami. Tangannya menunjuk-nunjuk agar Reno kembali duduk pada kursinya, yang langsung diturutin oleh Reno.

"Jangan makan lama-lama nanti A'a telat ke kampus ya," bilang Laras begitu tanpa dosa.

"Tapi masih lapar, sayangku," kata Reno sedih.

"Nanti aja kalau udah pulang lanjut lagi makanya," kata Laras mulai membereskan meja makan tanpa melihat sedikit pun wajah memelas dari sang suami.

Reno hanya menatap Laras yang sibuk membereskan meja makan dengan garpu yang masih di pegang olehnya sambil memasang wajah memelas berharap Laras akan melihat dan kasihan.

Laras berdiri di samping Reno, membuat laki-laki itu mengembangkan senyum termanis.

"Sendok ya!" ujar Laras melihat sendok yang Reno pegang.

"Ha?!" Reno tampak tidak konek dengan ucapan dari sang istri.

"Ish! Sendok ya, A'a! Apa mau A'a bawa ke kampus?" kesal Laras mengeluarkan kata-kata pedasnya.

Reno yang mendengar nada kekesalan dari sang istri tampak meringis sedikit, kemudian memberikan sendok dan garpu di tangannya pada Laras yang langsung wanita itu ambil dengan ke sinisan.

Laras mengumpul sendok dan garpu pada piring-piring yang siap ia bawa ke dapur untuk dicuci. "Lama amat, sih! Tinggal kasih sendok aja pakai drama segala," gerutunya sepanjang perjalanan menuju dapur.

Reno hanya bisa menatap punggung kecil itu sedikit meringis.

'Mulutnya pedas sekali, lain kali tuh mulut bakal aku bikin bengkak!' kata Reno dalam hati.

Reno menunggu Laras di dalam mobil, beberapa menit akhirnya wanita itu keluar dengan tas yang di sudah berada di samping tubuhnya. Wanita itu langsung masuk begitu saja ke dalam mobil tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Mobil Reno hidupkan, dan secara perlahan mulai meninggalkan halaman rumah mereka. Selema perjalanan tidak ada percakapan antara mereka Laras yang sibuk dengan ponselnya sesekali tersenyum entah kerena apa.

Ternyata Laras sedang asik chat dengan Vano, tiba-tiba saja coba itu mengirimkan dirinya pesan di pagi hari ini, Laras tersenyum-senyum sendiri melihat balasan dari Vano.

[Jadi gimana calon istriku? Nanti pulangnya sama Babag Vano aja!]

[Hati-hati nanti ada yang marah lo, Van,😂] balasan Laras dengan emot ketawa mengejek.

[Tenang istriku, aku milikmu! Tidak akan ada yang marah.] katanya dengan begitu pede.

Pesan itu tanpa sengaja terlihat oleh Reno, matanya langsung mantap tidak suka pada orang yang mengirimkan istrinya pesan itu. Berani-beraninya laki-laki itu menyebut Laras calon istrinya. Belum pernah bertemu tatap dengan tinju Reno kali nih orang.

Reno semakin penasaran siapa yang mengirimkan Laras pesan gombal itu, nama kontaknya pun terlihat aneh menurut Reno. Saat tahu siapa itu bakal Reno kasih perhitungan.

Berbeda dengan Laras yang sudah memasuki ponselnya kembali ke dalam tasnya, sebenarnya Laras tahu dia pura-pura acuh saja. Siapa suruh punya manta, pakai dielus sama dicium lagi.

Asik dengan aksi cemburunya tanpa sadar mobil Reno sudah berhenti.

Clek!

"Langsung ke kampus!" kata Laras setelah keluar dari mobil, mereka berhenti pada tempat dulu.

Laras berjalan kaki, sedangkan Reno hanya termenung menatap punggung Laras yang sudah mulai menjauh. Saat dirinya akan menghidupkan mobilnya tiba-tiba motor ninja merah berhenti tepat di samping Laras.

"Ciee ... tampaknya emang jodoh nih," kata Vano menggoda Laras.

"Barang gue yuk, Ras!" ajak Vano, Laras melirik sebentar ke belakang ke mobil Reno.

Laras langsung menaiki motor Vano dengan sedikit bantuan dari cowok itu kerena Laras terlihat kesusahan naik motor tinggi itu.

Setelah motor cowok itu pergi, Reno mendengus kasar sambil berkomat kamit memaki mereka.

"Manis bangat, sampai-sampai suami sendiri nggak ingat lagi!" gerutu Reno sambil menjalankan mobilnya menuju kampus.

Sesampainya di parkiran Laras dan  berjalan menuju kelas berbarengan, meskipun di belakang mereka ada dosen killer mereka tetap saja acuh tak acuh, entah sadar entah tidak mereka tidak menghiraukan itu.

"Eh, Pak Reno! Baru sampe ya?"

Dengan kecepatan kilat dua manusia di depan Reno berbalik, bukan! Bukan keduanya, melainkan Laras saja yang berbalik.

Reno mengalihkan pandangannya pada Buk Nisa yang berada di sampingnya. Reno tersenyum sebagai jawabannya tanpa sadar telah membangun singgah tidur yang siap mengamuk.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang