[77] Kegaduhan di Pagi Hari

594 7 0
                                    


Melangkah pelan-pelan menuju Laras yang sedang sibuk mengaduk-aduk tepung di dalam mangkok, Reno berdiri tepat di belakang wanita itu, tangannya terangkat hendak menyentuh pundak sang istri.

Namun, tangan Reno terhenti, dia berpikir beberapa kali sebelum benar-benar menyentuh bahu sang istri. Takut-takut nanti dia malah kena lemparan mangkok, atau paling ringannya kena tamparan tiba-tiba.

'Ish! Persetan, mau marah, mau lempar mangkok, lempar rumah aku tak peduli!' gerutu Reno.

Dengan tekat yang sudah dia miliki Reno mengetuk-ngetuk pundak sang istri, akan tetapi tidak ada jawaban. Laras tak berbalik masih sibuk dengan adonannya, Reno kembali mengetuk-ngetuk pundaknya.

Laras berbalik, lalu menatap dengan alis terangkat, seolah-olah berkata 'Apa lagi yang dia lakukan?'

Reno melindungi wajahnya dengan tangan, takut-takut kalau Laras marah dan melepas apa saja, tentukan Reno harus menyelamatkan wajahnya? Jangan sampai wajahnya kena, bisa-bisa nanti kadar ketampanan berkurang atau hilang, bisa jadikan? Kalau ketampanannya hilang Laras juga nanti yang rugi.

"Apa yang A'a lakukan?" Laras masih menatap dengan kebingungan.

Mendengar suara merdu itu, dan tak merasakan sesuatu yang keras mengenai tubuhnya, Reno menyingkirkan tangan dari wajah. Lalu melirik kiri kanan, setelahnya menyengir hambar pada sang istri.

"Olahraga tangan Sayang," jawab Reno sambil menggerakkan tangan.

Laras mengeleng-gelengkan. "Ada-ada saja kamu, A'a!" Laras membiarkan.

Wanita itu kembali pada kegiatannya, tak menghiraukan Reno yang sudah berganti gaya melakukan push up, entah memiliki tujuan apa, Laras tak ambil pusing, dirinya malah sibuk sekarang membaca tutorial di google ponselnya.

[Masukan gula setengah, setelahnya aduk sampai merata]

Laras melakukan apa yang dijelaskan di sana, mengambil gula berada di samping, lalu menuang ke dalam mangkok yang sudah berisi tepung.

"Lagi buat apa sih kamu, Ayang? Fokus amat A'a lihat," bilang Reno yang sudah selesai melakukan push up, lalu melirik Laras.

Kerena kaget gula yang tadi harus Laras masukan setengah malah masuk semuanya, wanita itu seketika panik sendiri, hal itu juga membuat Reno panik.

Tampak Laras yang berusaha mengeluarkan beberapa gula yang belum tercampur atau basa oleh adonannya ke dalam toples kembali.

Reno ingin membantu, namun ia urungkan kerena tahu membatu sama saja mencari masalah, jadilah ia pengamat yang patuh.

"Ini gara-gara A'a." Laras menyalahkan sang suami, lihat kan?

Setelah memisahkan gula tersebut, Laras menutup toplesnya, meletakkan pada tempatnya, lalu kembali berbalik menghadap Reno di samping dirinya sedang melihat saja.

Laras berdecak pinggang, mata melotot pada Reno. "Dari pada A'a ngerusu saja di sini, dan bikin adonan Laras rusak, mending bantu beresin kamar saja," suruh Laras.

Reno cenggo dengan perkataan sang istri, bukanya tak bisa, malahan Reno ahli dalam melipat atau mengibas. Akan tetapi kenapa tak bersama Laras saja? Kan mereka bisa berduaan, sudah lama rasanya mereka tak saling sapa gara-gara masalah kemarin.

"Apa lagi yang A'a tunggu? Sana beresin! Jangan sampai tertinggal satupun, harus rapi, ok?" Laras membentuk tangannya seperti huruf 'O' lalu memberikannya pada Reno.

"Sendiri aja nih Yang? Nggak berdua?" ucap Reno bernegosiasi.

"Hadeh, A'a. Itu saja harus berdua, nggak lihat kalau aku sibuk ini?" Laras mengkode dengan bulu mata, bergerak seolah memperlihatkan adonannya yang belum jadi.

"Toh kalau berdua-dua, yang ketiga setan! A'a nggak tahu ya?" lanjutnya lagi sambil menarik turunkan alis.

Reno langsung tepuk jidat, bisa-bisa Laras punya alasan yang menurutnya tak masuk akal sama sekali.

"Jangankan setan, manusia saja pasti bakal jauh-jauh ketemu kamu, Yang," cicitnya saat hendak pergi melaksanakan perintah dari Laras.

Laras yang masih bisa mendengar, berteriak pada Reno, itu malah membuat Reno berlari-lari sambil tertawa mendengar makian Laras yang menurunkannya lucu.

Sedangkan Laras masih saja menggerutu, bisa-bisanya Reno bilang begitu, nggak lihat Laras sudah cantik pagi ini, lihat dari samping cantik, belakang cantik, depan cantik, pokoknya dari arah manapun cantik.

Ya, memang! Kalau ganteng kan aneh.

Di dalam kamar Reno sudah mulai melipat selimut dan memasukan ke dalam keranjang cucian, kemudian mengganti dengan yang baru, menatanya dengan rapi, dia juga menyapu lantai dan juga mengepel.

Setelah semuanya tampak rapi, Reno melihat-lihat lagi apa yang belum dia bereskan, jangan sampan Nyonya nanti marah-marah lagi padanya.

"Kemoceng?" Menolok Reno pada dirinya sendiri.

Reno kembali menuju dapur untuk mengambil kemoceng. Sesampai di dapur dia langsung mengambil kemoceng tanpa niat menyapa Laras.

Saat akan kembali lagi ke dalam kamar tiba-tiba saat berbalik dirinya malah menyenggol donat yang berada di dalam mangkok dekat dengannya.

Prak!

Mangkok itu jatuh, lalu pecah berkeping-keping, membetuk pecahan diarea itu, sedang sang pelaku malah terlihat polos. Melirik Laras dengan mata besarnya, yang sekarang siap untuk memaki-maki dirinya kembali.

"Mangkoknya jatuh, Yang," lapor Reno pada Laras masih dengan menunjukkan wajah polos.

"A'a! Senggol iya lah jatuh," pekik Laras cemreng.

Laras melangkah dekat mangkok yang terjatuh, mengambil plastik sebelum berjongkok memungut donat yang jatuh, sangat disayangi harus dibuang. Padahal dia buat banyak agar bisa membagikan ke mertua dan mamanya.

Reno juga ikutan memungut, satu donat dia ambil. Laras pikir Reno akan memasukan ke dalam plastik yang dia pegang, ini malah Reno makan, Laras memegang tangan Reno, melarang sang suami untuk mengigit kembali donat tersebut.

"Belum 5 menit, Yang!" Reno mendekatkan kepalanya pada tangan yang dipegang Laras, mengigit donat itu kembali.

Dengan tampang bodohnya, Reno bangkit, lalu berucap. "Kamu butuh bantuan nggak, Yang?" tanyanya, Laras mendongkakkan kepala.

"Tapi, kayaknya kamu bisa sendiri ... A'a ke kamar dulu ya. Masih ada yang belum A'a selesai." Setelah mengucapkan itu Reno melangkah.

Otak Laras masih susah untuk diajak berpikir, hanya melihat Reno yang menaiki tangga sampai atas, barulah dia sadar, dan tentu saja tahu apa yang terjadi selanjutnya? Tentu terdengar teriakan yang kembali memaki Reno.

Sesampainya di dalam kamar, Reno mengusap-gusap dadanya sembari menutup pintu takut Laras berlari ke atas lalu membanting dirinya.

"Selamat-selmat!"

Bersambung...

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang