[9] Hukuman Untuk Reno

3.2K 47 0
                                    


"A'a cepatan napa!" kesal Laras melihat Reno berjalan seperti siput di belakangnya.

"Tunggu, Ayang."

Reno yang ketingalan jauh mencoba untuk mengejar istrinya, jika kalian ingin tahu mereka sedang ada di mana jawabanya di pantai.

Laras terlihat begitu antusias berbanding terbalik dengan dirinya, jika di suruh memiliki Reno lebih memilih diam di rumah bersama istrinya itu.

Reno menatap tubuh Laras yang berlari-larian di tepi pantai. Reno mendudukan tubuhnya di tempat peristirahatan.

"A'a sini dong," ajak Laras sambil mengibaskan-gibaskan tangan meminta Reno untuk menemaninya.

Reno hanya acu saja melihat lambaian Laras, dirinya malah membaringkan tubuh membenarkan kecamatan yang melekat di mantanya.

Kalau dilihat-lihat penampilan Reno sangat maskulin, celana pendek sebatas lututnya, kaus putih sebatas lengannya, cukup untuk menutupi tubuh atletis Reno. Sedangkan Laras berpenampilan baju putih dengan lengan panjang, serta celana trening. Jangan lupakan bando kupu-kupu melingkar indah di kepala Laras.

Reno menatap Laras yang mencipratkan air di tepian pantai, rambut panjangnya berterbangan diterpa angin laut.

"Reno!" panggil seseorang yang berdiri menjulang di hadapan Reno.

Reno yang sedang memejamkan matanya seketika terbuka untuk minat asal suara yang memanggil dirinya. Reno membuka kacamata yang melekat di matanya.

"Dewi!" panggil Reno menatap tidak percaya orang didepannya.

Reno menatap dengan senyum tipis miliknya, sedangkan wanita yang di pangil Dewi sudah mengembangkan senyumnya sedari tadi.
Wanita yang dipanggil Dewi duduk di sampingnya, Reno meletakan tangannya di balik kepala sebagai bantalan.

"Gimana kabar lu Ren?" tanya Dewi akrab, Reno yang ditanya hanya mengangguk lalu menjawabnya.

"Ya begini-begini saja."

"Ren, Aku boleh minta nomor kamu? Mana tahu nanti kita ketemu lagi kan bisa jalan-jalan bareng." Reno melirik kearah Dewi mengeluarkan telepon genggam yang berada di sakunya.

Tanpa sadar seseorang sedang menatap keduanya dengan mata menyalak-yalak siap untuk membakar apapun yang berada di dekatnya. Laras, iya. Orang itu Laras yang sedang menatap tajam pada keduanya.

'Awas kamu, A'a.'

Singa betina sedang mengaum di tempatnya.

Reno membuka telpon miliknya, untuk mencari nomornya. Dewi menanti dengan harapan-harap cemas di tempatnya. Melihat gerak gerik Reno.

"Ren!" panggil Dewi sambil memegang tangannya. Reno menatap Dewi. Dewi yang ditatap mendekatkan tubuhnya ke Reno.

"DADDY!"

Teriakan itu membuat Reno sadar akan termenung ya, begitupun Dewi yang mengalihkan tatapannya ke arah seseorang yang berjalan ke arah mereka.

'Dasar penggangu!' batin Dewi menatap tidak suka orang tersebut.

Laras berdiri bagai malaikat maut di depan Reno, Reno mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Siapa, Ren?" tanya Dewi menatap tidak suka Laras.

Laras yang ditatap begitu pantang takut, dirinya malah memberikan tatapan yang sama tajamnya dengan Dewi.
Reno menatap bingung keduanya, kedua wanitanya di dekatnya saling menatap tajam. Dirinya seperti domba yang akan dikulit oleh dua wanita tersebut.

"Ist-"

"Ayok Daddy pulang. Mama pasti sudah menunggu kita dirumah, aku tidak ingin Mama cemas." Laras menatap Reno berapi-api seperti Inggin membakar Reno saat ini juga.

'Sabar Laras, sabar!' batin Laras berusaha menyemangati dirinya.

Laras tidak boleh begitu saja menampakkan sifat aslinya didepan Dewi.

"Lo udah nika, Ren?" tanya terkejut sambil berdiri dari duduknya. Begitupun Reno yang juga ikut berdiri.

"Ha?" ucap Reno bingung, sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Ayok!"

Laras menarik tangan Reno kuat, Reno hanya pasrah ditarik paksa oleh istrinya itu. Dewi sudah bangun dari duduknya. Saat melewati Dewi Laras berhenti sejenak.

"Tante, aku sama Daddy pulang duluan ya." pamit Laras pura-pura sopan.

Bisa Laras lihat ketidak sukaan dari wanita yang berani menggoda suaminya, salah sendiri siapa suruh goda laki orang.

Reno seperti orang bodoh di tarik-tarik Laras, sampai tidak terlihat lagi oleh wanita yang tadi menggoda Reno, Laras melepas kasar tautan tangan mereka.

"Malam ini A'a TIDUR DI LUAR!"

Setelah mengucapkan itu Laras pergi meninggalkan Reno terlebih dahulu, tidak memperdulikan wajah Reno yang sudah pucat pasi di tempatnya.

'Apa salah Reno? Tolong siapapun jelaskan padanya!'

Malang sekali nasib dirinya yang harus berteman nyamuk dan kedinginan malam. Tidak ada lagi selimut yang hangat, tidak ada lagi kasur yang empuk, dan yang paling membuat Reno kesal tidak ada pelukan hangat Laras malam ini.

"Tega kamu, Yang! Tega, sungguh teganya." Reno berucap sambil menatap punggung Laras yang sudah menghilang di balik pintu.

Ternyata istri lebih kejam dibandingkan Mama tiri, sungguh-sungguh istri durjana.

"Awas kamu, Yang! Besok-besok minta peluk A'a nggak bakal kasih," ujar Reno mengancam orang yang sudah tidak di depannya lagi.

"Awas juga besok-besok minta jatah, jatahnya aku pending sebulan," sahut Laras dari balik pintu.

Laras masih bisa mendengar ucapan-ucapan Reno, emang Laras Taku apa? Ya, takut sih heheh. Tapikan, dirinya harus jual mahal nggak boleh kelihatan murahan.

Laras menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang, tangan mengotak atik henpone mencari drakor-drakor yang wajib dirinya tonton malam ini juga.

"Yang benaran ni! A'a nggak bakal kasih pelukan lagi lo." Reno masih tidak mau mengalah.

Laras yang sudah masuk ke dalam dunianya sudah tidak memperdulikan gerutuhan suaminya itu lagi.

"Ya sudah lah, yuk Reno junior lebih baik kita tidur saja," ucap Reno pasrah, sambil menenangkan Reno junior yang meronta minta masuk kandang.

Reno meletakan bantal pada tempatnya, lalu membaringkan tubuhnya sambil menyelimuti seluruh tubuh.

"Good night istri Reno."

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang