[54] Terungkap

868 26 2
                                    

Hari ini hari yang kau tunggu
Bertambah satu tahun usiamu, bahagialah kamu
Yang kuberi bukan jam dan cincin
Bukan seikat bunga, atau puisi, juga kalung hati
Maaf, bukannya pelit
Atau nggak mau ngemodal dikit
Yang ingin aku beri padamu doa s'tulus hati
S'moga Tuhan melindungi kamu
Serta tercapai semua angan dan cita-citamu
Mudah-mudahan dib'ri umur panjang
Sehat selama-lamanya
S'moga Tuhan melindungi kamu
Serta tercapai semua angan dan cita-citamu
Mudah-mudahan dib'ri umur panjang
Sehat selama-lamanya
Mudah-mudahan dib'ri umur panjang
Sehat selama-lamanya
S'lamat ulang tahun
S'lamat ulang tahun.

Lirik lagu tersebut mengengah di rumah yang cukup besar tersebut, Papa Laras yang sedang memukul dan menendang menantunya langsung terhenti, Laras, Reno, dan sang Papa langsung menatap pada tangan. Kerena lampu yang dinyalakan hanya lampu bagian bawa, jadi pas Larasati bersama besannya turun semua lampu barulah hidup.

Di belakang Larasati tampak Natalia yang sedang membawa sesuatu berbentuk angka di pelukannya. Sampai Larasati di pertengahan tangah semuanya masih menatap ke arah sana. Papa Laras bingung atas kejadian ini, apa dia dikerjai?!

Ah! Tampaknya sih begitu, lihatlah Laras bahkan sudah membantu Reno berdiri, dan detik itu juga besannya Papa Reno masuk dengan pakaian yang rapi dan meriah. Siap untuk merayakan. Disusul juga Alvin dan Azka yang tampak berlari panik.

Sibuk melihat sana sini tanpa sadar Larasati sang istri sudah berdiri di depan suaminya sambil memegang kue yang berangka 38 T.

"Suamiku, Papanya Laras ... mungkin ini membuat Papa bingung, maaf bukan maksud Mama dan yang lain membohongi Papa, hal ini semata kami rencanakan susuai kesepakatan bersama. Jadi kalau niat Papa mau  menyalahkan, salahkan lah anak kesayanganmu, dan mantu mu!"

Larasati yang tak ingin ikut-ikutan, padahal dia juga ikut adil dalam membohongi sang suami. "Tapi, sebelum itu tiup dulu lilinnya nanti padam," lanjut Larasati tanpa dosa sedikitpun.

Andreas tanpa pikir panjang langsung meniup lilin di hadapan sampai padam, setelah itu disusul dengan tepukan tangan dari semuanya. Meskipun Alvin dan Azka tak tahu apa-apa dia juga ikutan bertepuk tangan untuk memeriahkan.

"Selamat ulang tahun, Pa ... semoga Papa selalu diberi kesehatan, semoga selalu langgeng sama Mama, pokoknya doa terbaik Laras buat Papa semua ... oh, satu lagi, selamat jadi tua, Papa!" ucap Laras sepenuh hati. Papa Laras langsung memeluknya, mengecup kepala sang anak penuh dengan kasih sayang.

"Makasih, Sayang, makasih kamu udah berhasil prank Papa. Papa sampai mukul Reno bertubi-tubi begitu," balas sang Papa setelah melepas pelukan.

Melihat sekilas Reno yang berdiri tak jauh darinya, yang jelas sudah babak belur, Laras yang melihat wajah sang suami ikutan meringis, oh! Wajah suaminya tak berbentuk lagi.

"Heheh ...," tawa Laras sambil memperlihatkan barisan giginya pada sang suami.

Bayangkan saja bukan hanya di depan Papa mertuanya, Reno juga harus berakting meski tak ada yang melihat. Itu semua atas suruan Laras, alasannya sewaktu-sewaktu kalau sudah di depan Papa Reno tak tega bersikap kasar padanya atau yang lain, makanya Laras menerapkan ini semua. Supaya mereka percaya, memang pemikiran yang ane!

Bahkan, Mama dan yang lain kecuali Alvin yang kompor, tahu baru tadi malam dari Laras, semuanya sudah Laras susun matang-matang, apalagi Mama Laras ikutan emosi mendengar cerita anaknya yang selalu mengadu padanya atas sikap kasar Reno, tentu Larasati juga akan mengadu pada sang suami. Membuat rencana Laras berjalan dengan lancar.

"Astaga, Om, udah tua aja ya, selamat ulang tahun Om," tiba-tiba saja Alvin menerobos.

Andreas Papa Laras mengusap-usap kepala Alvin. "Makasih Nak, Alvin!" ucap Papa Laras.

Disusul ucapan selamat dari Reno, Andreas meringis melihat wajah sang mantu yang tampak babak belur akibat pukulannya.

"Nggak perlu kuatir, Pa, Reno baik-baik saja, belum mati kok. Yaudah, Reno nggak mau banyam basa-basi langsung aja doa terbaik buat Papa, gomong-gomong pukulan Papa cukup menyakitkan," bilangnya sambil sesekali meringis.

"Nanti minta Laras obatin luka-luka kamu!" perintah Papa Laras.

Reno mengangguk dengan mantap. "Tentu, dia harus bertanggung jawab," jawab Reno sambil melirik Laras yang tampak mengalihkan pandangannya tak ingin bertemu tatap dengan sang suami.

Setelah itu disusul dengan ucapan selamat dari yang lain, sedangkan Laras memapah Reno duduk di sofa. Alvin dan Azka mendekati Reno, sedangkan Laras lari ke dalam kamar mengambil kotak P3K.

"Ren! Gomong-gomong lu dapat tuh cewek dari mana?" tanya Alvin yang kepo, dan tampaknya Azka ikutan.

Reno langsung melihat ke arah di mana Natalia, sebelum menjawab dia merebahkan tubuhnya. Lalu memalingkan wajahnya ke samping, ke arah Alvin. Membuang napas sebelum menjawab pertanyaan Alvin.

"Lama amat sih lo, Ren! Tinggal jawab aja apa susahnya sih?!" kesal Alvin lama-lama.

Akhirnya. "Tanya aja sendiri sama orangnya," jawab Reno terus tak ingin melihat wajah Alvin yang menyebalkan, apalagi di sampingnya ada Azka membuat Reno tambah tak ingin melihat ke arah sana.

Alvin dan Azka langsung pergi dari samping Reno, mendekati Natalia. Mereka berdua berlomba-lomba saling ingin kenalan. Dan, akhirnya Alvin mengalah setelah Azka berucap yang mampu menyadarkan.

"Lu kan udah punya bini, sekarang ini bagian gue! Sana pergi jauh-jauh," usir Azka sambil mengibas-gibaskan tangannya pada Alvin.

Terjadilah aksi pedekate Azka dan Natalia, sementara itu Laras datang dengan kotak P3K di tangannya. Kemudian duduk di samping Reno, Laras mengeluarkan kapas dan obat meras dari tempatnya.

"Hadap sini, A'a!" perintah Laras yang langsung dilakukan oleh Reno.

Laras mulai membersihkan luka di pipi Reno, belum juga kapas tersebut singgah di pipinya Reno telah terlebih dahulu meringis dan protes.

"Pelan-pelan dong, Yang, sakit tahu," ucapnya sambil memegang pipinya.

"Ini udah pelan, A'a! A'a aja yang Labay." Laras kembali mengoles kapas di tangan kanannya ke wajah Reno.

Reno hanya menatap sambil menahan sakit pada bibir dan pipinya, padahal dia sudah melindungi wajahnya tetap saja kena juga. Apez-apes! Sampai Reno teringat dia cukup kuat menarik rambut Laras, dia jadi kuatir Laras merasa sakit dikepalanya.

"Kepala kamu sakit nggak pas tadi A'a tarik rambut kamu?" Laras yang tadi sedang mengoleskan terhenti, lalu mengeleng-gelengkan kepala.

"Nggak kok, A'a!" ucap Laras berbohong.

Siapa juga yang tak merasa sakit saat rambutannya ditarik kuat begitu, sekarang saja masih terasa sakit meski tak sesakit pas Reno tadi menariknya.

Reno mengangguk-angguk atas jawaban Laras, kemudian menarik tangan wanita yang masih ada di pipinya, membuat tubuh Laras menunduk berserta kepala Laras menunduk di hadapannya.

"Bohong kamu, Yang!" bilangnya, lalu ....

Cup!

Reno mengecup singkat tepat di mana dia menarik rambut sang istri.

"Kamu ini gimana sih Azka, jelas-jelas dia cowok masih juga kamu ajak berumah tangga!" suara Larasati.

Bersambung..

Suamiku Dosen KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang